Dr. Imam Budidarmawan Prasodjo
Sosiolog Yang Aktif Mengimplementasikan Pengetahuan Sosiologi
Dr. Imam Budidarmawan Prasodjo lahir di Purwokerto, 15 Februari 1960. Pendidikan Strata 1 FISIP Universita Indonesia tahun 1986, Master of Arts (MA) Kansas State University, Manhattan Amerika Serikat tahun 1990, Ph.D dari Brown University, Rhode Island, Amerika Serikat tahun 1997. Beliau bekerja sebagai dosen FISIP UI dan memimpin sejumlah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak di dalam bidang kemasyarakatan. Salah satu LSM yang dipimpin ialah CERIC (Center for Research on Intergroup Relation and Conflik Resolution). Bila dilihat namanya, lembaga ini berfungsi sebagai pusat kajian hubungan antarkelompok dan penyelesaian konflik.
Kesibukan yang lain ialah menjadi pemandu talk show di televisi, menjadi pembicara di aneka macam lembaga seminar, pernah menjadi anggota KPU (komisi Pemilihan Umum) namun mengundurkan diri sebab diharuskan fulltime. Sebagai seorang kolumnis surat kabar, dia kritis dalam memberikan gagasan. Sebagai sosiolog, Imam Prasodjo menerapkan pengetahuan sosiologi dalam aneka macam kesempatan. Dalam skala hubungan antarpribadi, Imam Prasojo pernah tiga kali diminta mahasiswanya untuk meluruskan kasus akhir prasangka (stereotype) kesukuan. Misalnya, ada seorang calon mertua yang menolak menantu asal Padang, sebab adanya anggapan bahwa orang Padang pelit.Dalam skala hubungan antarkelompok, dia sering menjadi penengah dalam konflik antara pengusaha dengan buruh. Adapun dalam skala nasional, dia aktif dalam penyusunan conflik resolution di aneka macam tempat konflik.
Di awal gerakan reformasi dia gencar mengampanyekan paradigma Indonesia baru. Selain itu, dia juga turut aktif dalam penanganan pengungsi. Salah satu pandangan gres dia yang cemerlang dilontarkan dalam uji kelayakan di DPR. Antara lain mengusulkan biar Pemilu bisa menjadi media yang efektif untuk menjaring pimpinan negara yang bisa merefleksikan aspirasi rakyat yang diwakili. Menurut beliau, pemilu harus demokratis, partisipasi rakyat harus dikembangkan, dan sentralisasi kekuasaan yang berlebihan harus dihindari. Ide ini diterima dan sebab itu dia lolos menjadi anggota KPU.
Download di Sini
Dr. Imam Budidarmawan Prasodjo lahir di Purwokerto, 15 Februari 1960. Pendidikan Strata 1 FISIP Universita Indonesia tahun 1986, Master of Arts (MA) Kansas State University, Manhattan Amerika Serikat tahun 1990, Ph.D dari Brown University, Rhode Island, Amerika Serikat tahun 1997. Beliau bekerja sebagai dosen FISIP UI dan memimpin sejumlah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak di dalam bidang kemasyarakatan. Salah satu LSM yang dipimpin ialah CERIC (Center for Research on Intergroup Relation and Conflik Resolution). Bila dilihat namanya, lembaga ini berfungsi sebagai pusat kajian hubungan antarkelompok dan penyelesaian konflik.
Kesibukan yang lain ialah menjadi pemandu talk show di televisi, menjadi pembicara di aneka macam lembaga seminar, pernah menjadi anggota KPU (komisi Pemilihan Umum) namun mengundurkan diri sebab diharuskan fulltime. Sebagai seorang kolumnis surat kabar, dia kritis dalam memberikan gagasan. Sebagai sosiolog, Imam Prasodjo menerapkan pengetahuan sosiologi dalam aneka macam kesempatan. Dalam skala hubungan antarpribadi, Imam Prasojo pernah tiga kali diminta mahasiswanya untuk meluruskan kasus akhir prasangka (stereotype) kesukuan. Misalnya, ada seorang calon mertua yang menolak menantu asal Padang, sebab adanya anggapan bahwa orang Padang pelit.Dalam skala hubungan antarkelompok, dia sering menjadi penengah dalam konflik antara pengusaha dengan buruh. Adapun dalam skala nasional, dia aktif dalam penyusunan conflik resolution di aneka macam tempat konflik.
Di awal gerakan reformasi dia gencar mengampanyekan paradigma Indonesia baru. Selain itu, dia juga turut aktif dalam penanganan pengungsi. Salah satu pandangan gres dia yang cemerlang dilontarkan dalam uji kelayakan di DPR. Antara lain mengusulkan biar Pemilu bisa menjadi media yang efektif untuk menjaring pimpinan negara yang bisa merefleksikan aspirasi rakyat yang diwakili. Menurut beliau, pemilu harus demokratis, partisipasi rakyat harus dikembangkan, dan sentralisasi kekuasaan yang berlebihan harus dihindari. Ide ini diterima dan sebab itu dia lolos menjadi anggota KPU.
Download di Sini