Enkulturasi

Konsep enkulturasi mengacu kepada suatu proses pembelajaran kebudayaan (Soekanto, 1993:167). Dengan demikian, pada hakikatnya setiap orang semenjak kecil hingga tua, melaksanakan proses enkulturasi, mengingat insan sebagai makhluk yang dianugerahi kemampuan untuk berpikir dan bernalar sangat memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya. Beberapa tokoh peneliti psikologi perkembangan telah mempublikasikan hasil risetnya yang mengagumkan.

Dalam aspek kemampuan berpikir (perkembangan kognitif) Jean Piaget* (1967; 1970) menawarkan kerangka kerja untuk melaksanakan analisis terhadap acara berpikir anak. Menurutnya, secara rinci terdapat empat tahapan perkembangan kognitif, yaitu:
a. Periode sensori motor, yakni semenjak lahir hingga usia 1,5-2 tahun, mereka mempunyai kemampuan meraih-raih dan menggenggam


b. Periode praoperasi, yakni usia 2-3 hingga 7-8 tahun, mereka mulai bisa berpikir setengah logis, perkembangan bahasa sangat cepat, dan banyak melaksanakan monolog
 

c. Periode operasi konkret, yakni usia 7-8 hingga 12-14 tahun, mempunyai kemampuan untuk melihat pandangan orang lain, ikut dalam permainan kelompok yang mentaati peraturan, dan bisa membedakan satuan yang berbeda, menyerupai meter dengan kilogram
 

d. Periode operasi formal, yakni usia di atas 14 tahun, bisa menciptakan rencana masa depan dan memulai peranan orang dewasa, selain itu anak sanggup bernalar dari situasi rekaan ke situasi nyata.

Sedangkan dalam aspek perkembangan sosial budaya, sanggup diikuti teori Lev Semyonovich Vygotsky* (1896-1934) dalam tulisannya The Genesis of Higher mental Functions (1981), yang mempertautkan perkembangan psikologi anak dengan sosial budaya yang mengitarinya. Ia beropini bahwa kebudayaan ialah produk kehidupan sosial dan acara sosial manusia. Oleh alasannya ialah itu, dengan mengangkat aspek perkembangan budaya dari sikap maka kita secara eksklusif pun mempertimbangkan aspek perkembangan sosialnya (Vygotsky, 1981:164). Menurut Vygotsky* dalam karya monumentalnya Thought and Language (1962), bahwa perkembangan konseptual pikiran terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu:
a. Thinking of theings in unorganized congeries or heaps, ‘berpikir bermacam hal yang tidak terorganisasi atau menumpuk’ yang dibagi lagi menjadi tiga pemikiran yang tidak terorganisasi
 

b. Thinking of things in complexes, ‘berpikir bermacam hal yang kompleks’ yang dibagi dalam empat berpikir kompleks
 

c. Thinking of things by means of true concepts, ‘berpikir bermacam hal dengan menggunakan konsep yang benar’ terutama dalam pengembangan analisis dan sintesis

Tahapan-tahapan tersebut bukan untuk diajarkan kepada siswa, tetapi sebagai pendidik harus memahami bahwa dalam proses mencar ilmu tidak berlangsung secara total, melainkan gradual sesuai dengan tingkat perkembangannya.


Download di Sini

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)   
5. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 3. Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum 2013)
6. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Bentuk-bentuk Struktur Sosial (KTSP)
7. Materi Ujian Nasional Kompetensi Dinamika Struktur Sosial 
8. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 6. Masyarakat Multikultural (KTSP)
9. Materi Ujian Nasional Kompetensi Masyarakat Multikultural

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel