Konsep Struktur Sosial

Dalam antropologi konsep struktur sosial* berkembang dalam pendekatan struktural-fungsional dari antropologi sosial di Inggris. Para antropolog Amerika Serikat lebih banyak mempergunakan konsep-konsep proses kebudayaan dan sejarah kebudayaan. Di dalam antropologi sosial, konsep struktur sosial* sering kali dipergunakan sebagai sinonim dari organisasi sosial, dan terutama dipergunakan dalam analisa terhadap duduk masalah kekerabatan, forum politik dan forum aturan dari masyarakat sederhana. Pengecualiannya yakni hasil karya Firth yang dengan tegas membedakan arti kedua konsep tersebut (“Elements of Social Organization”, 1956). Menurut Firth, maka organisasi sosial berkaitan dengan pilihan dan keputusan dalam hubungan-hubungan sosial aktual. Struktur sosial* mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang lebih mendasar yang memperlihatkan bentuk dasar pada masyarakat, yang memperlihatkan batas-batas pada aksi-aksi yang mungkin dilakukan secara organisatoris. Fortes berpendapat, bahwa konsep struktur sosial* diterapkan pada setiap totalitas yang terbit, menyerupai misalnya, lembaga-lembaga, kelompok, situasi, proses dan posisi sosial.

Apabila dibandingkan dengan antropologi, maka konsep struktur sosial* lebih banyak dipergunakan dalam sosiologi, walaupun ketepatannya patut dipermasalahkan. Kadang konsep struktur sosial* dipergunakan untuk menggambarkan keteraturan sosial, untuk menunjuk pada sikap yang diulang-ulang dengan bentuk atau cara yang sama. Dalam artian itu, maka struktur sosial dan sistem sosial dikontraskan dengan agregasi (aggregate). D.C. Marsh mempergunakan konsep struktur sosial* untuk menggambarkan keteraturan elemen-elemen atau unit-unit kemasyarakatan, kadang kala dengan tekanan pada statistik. Kadang-kadang konsep tersebut diartikan sama dengan konsep psikologis perihal struktur kelompok yang diterapkan terhadap kelompok-kelompok kecil yang artifisial.


Sebagaimana halnya dengan antropologi, maka di dalam sosiologi pun konsep tersebut merupakan inti pendekatan struktural-fungsional. Struktur sosial* diartikan sebagai kekerabatan timbal-balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan. Interaksi dalam sistem sosial dikonsepsikan secara lebih terperinci dengan menjabarkan insan yang menempati posisi-posisi dan melakukan peranannya. Menurut Parsons*, maka sistem sosial merupakan konsep yang lebih luas dari pada struktur sosial dan meliputi aspek fungsional dari sistem, konsekuensi-konsekuensi positif dan negatif dan sub-kebudayaan terhadap keseluruhan sistem, sebagai komplemen terhadap aspek strukturalnya. Pandangan Parsons* perihal kekerabatan antara struktur dengan proses, secara esensiil yakni sama dengan pandangan dari Radcliffe-Brown. Realitas sosial inisial yakni proses dinamis, akan tetapi untuk menggambarkan dan menjelaskan kenyataan tersebut, maka peneliti harus membekukan beberapa potongan tertentu, itulah yang dinamakan struktur. Dalam hal ini Parsons memandang struktur sosial sebagai aspek yang secara relatif lebih statis daripada aspek prosesual atau fungsional dari sistem tersebut. Selanjutnya ia menyatakan, bahwa lembaga-lembaga suatu masyarakat merupakan perangkat posisi-posisi dan peranan-peranan. Walaupun Parsons* mengadakan perbedaan antara perubahan yang terjadi di dalam struktur sistem sosial dengan perubahan dari struktur sosial, akan tetapi ia dikritik oleh sebab terlampau banyak memberi tekanan pada integrasi struktural dan kesinambungannya. Para sosiolog fungsional cenderung untuk lebih menyoroti integrasi sosial dan struktur dari masyarakat, daripada menelaahnya sebagai masalah.

N. Gross menyatakan, bahwa konsensus peranan atau janji memperlihatkan batasan peranan bersifat empiris dan bukan merupakan suatu pertanyaan apriori, sehingga integrasi struktur sosial secara menyeluruh, juga merupakan suatu masalah. Merton* mempergunakan konsep tersebut di dalam penjelasannya mengenai penyimpangan, sehabis terjadi suatu anomie. Anomie dipandang sebagai akhir ketidakserasian antara struktur kebudayaan dengan struktur sosial. Akan tetapi, Merton* juga pernah dikritik, oleh sebab terlampau menyederhanakan duduk masalah penyimpangan tersebut.

Dari keseluruhan klarifikasi di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan sementara, bahwa struktur sosial* merupakan jaringan daripada unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat. Unsur-unsur sosial yang pokok tersebut mencakup:
1. Kelompok sosial
2. Kebudayaan
3. Lembaga sosial
4. Stratifikasi sosial
5. Kekuasaan dan wewenang

Penjelasan perihal hal itu akan lebih lengkap, apabila disertai dengan uraian perihal dimensi-dimensi struktur sosial masyarakat.


Download di Sini 

Baca Juga
1. Definisi Struktur Sosial
2. Fungsi Struktur Sosial dalam Kehidupan Masyarakat
3. Ciri-ciri Struktur Sosial

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)   
5. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 3. Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum 2013)
6. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Bentuk-bentuk Struktur Sosial (KTSP)
7. Materi Ujian Nasional Kompetensi Dinamika Struktur Sosial

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel