Manusia Satu Dimensi (One Dimensional Man)

[One-Dimensional Man; Studies in the Ideology of Advanced Indsutrial Society, ditulis Herbert Marcuse di Amerika Serikat 1946]
“Seorang perempuan yang neourosis alasannya yaitu lupa atau tidak membelanjakan uangnya”, demikian salah satu data gres dari keterangan seorang psikoanalisis ketika merawat seorang ibu muda yang terkena sejenis penyakit jiwa yakni, goncangan kesadaran kebijaksanaan sehatnya (Strees)” (Andre Gorz:2003:56). Marcuse selain Fromm*, banyak menawarkan ulasan ihwal kondisi masyarakat industri modern dengan menggunakan atau mencoba memadukan analisa Marxis dan psikoanalisa Freudian. Berbeda dengan Fromm*, Marcuse mencoba menggunakan analisa Freud* tersebut secara keseluruhan, contohnya analisa Freud ihwal represi kepuasan seksual manusia, yakni sebuah prinsip ihwal kesenjangan antara cita-cita untuk kesenangan dan pemuasan dengan realitas kemasyarakatan, di mana Freud* menyebutkan bahwa cita-cita insan tersebut terpaksa harus direpresi dikarenakan ia harus menghemat sisa energinya tersebut bagi mengatasi kesulitan ekonomi dan menaklukan alam. Demikian Freud*, mengasumsikan ihwal asal mula kultur atau budaya insan sebagai jawaban dari tindakan insan dalam merepresi keinginannya akan kepuasan atau kesenangan, namun kondisi tersebut berdasarkan Freud tetap menyisakan rasa sakit, menderita dan putus asa yang tak sanggup diatasi.

Analisa Freud* tersebut di satu sisi sanggup diterima oleh Marcuse, namun ia kembali beropini bahwa seandainya kebutuhan untuk mengatasi kesulitan ekonomi atau kebutuhan material insan sudah teratasi, maka tentunya cita-cita dan daya represif tersebut akan kehilangan validitasnya, akan tetapi dalam kenyataannya semakin maju teknologi dan pencapaian ekonomi masyarakat keadaan represif tersebut malah semakin bertambah. Pada kondisi dikala ini kesengsaraan insan jawaban kondisi pekerjaan yang kejam sudah kehilangan sifat, sehingga terdapat lebih besar kemungkinan bagi insan untuk mendamaikan ketegangan antara dua kubu tersebut, demikian halnya kita sanggup menyaksikan banyaknya waktu luang yang mungkin bagi insan dalam merealisasikannya.

Demikian, kondisi masyarakat industri modern dikala ini malah mencerminkan sebuah kondisi masyarakat yang represif tanpa ampun, contohnya pasien yang nourosis tadi. “One Dimension Man”, berisi pemaparan yang lebih lengkap ihwal kondisi tersebut, ihwal sebuah dunia yang dipenuhi oleh ironi, sebuah dunia di mana logika tidak mempunyai fungsinya lagi. Sebaliknya logika yang berlaku yaitu logika yang semata-mata satu dimensi, yakni “Nalar Teknologis”. “Rasio teknologis” (nalar teknologis) yang menolak segala macam manfaat kecuali atas sesuatu yang sanggup atau sanggup dimanifulasi, kecuali untuk sesuatu yang dianggap paling efisien dan efektif dalam mencapai sebuah tujuan, yakni tujuan instrumental belaka.

Sebuah logika di mana hanya terbersit kebutuhan untuk memenuhi atau mengikuti selera publik, sebuah kebutuhan yang terlahir alasannya yaitu represif, dengan demikian ia yaitu kebutuhan palsu semata, yakni kebutuhan yang semata-mata berasal dari luar dirinya, bukan kebutuhan dirinya. Demikian Marcuse mengemukakan argumennya ihwal kondisi ‘manusia satu dimensi’ dalam masyarakat industri modern, yakni insan yang dibelenggu melulu oleh ‘rasio teknologis’. Sehingga hidup insan tidak lebih dari instrumen teknologis yang pada gilirannya mensugesti seluruh prosedur organ tubuhnya hanya sebagai bab dari mekanisasi mesin atau teknologi produktif belaka.

Seusai Perang Dunia II, Marcuse tidak mengikuti anggota-anggota Mazhab Frankfurt* yang pulang ke Jerman untuk melanjutkan aktivitasnya di kawasan asalnya. Marcuse menentukan untuk tinggal di Amerika Serikat. Kemudian, semenjak tahun 1940-an Marcuse sudah tidak terhitung lagi di antara anggota-anggota Lembaga Penelitian Sosial yang resmi, sanggup diragukan pula apakah sewajarnya ia dibicarakan dalam rangka filsafat Mazhab Frankfurt* dan alasannya yaitu sebagian besar karya-karyanya—justru karya-karyanya yang paling penting—ditulis dalam bahasa Inggris, demikian, sanggup dipersoalkan juga apakah ia masih digolongkan pada filusuf-filusuf Jerman. Corak Amerikan Thinking sangat kental dalam uraian-uraian karyanya, termasuk dalam karyanya yang utama yakni “Manusia Satu Dimensi”. Namun demikian, selama ia bekerja sama dengan Horkheimer* dan rekan-rekannya ia merupakan salah seorang teoritikus yang paling terkemuka dalam Institut Penelitian Sosial. Pada gilirannya Marcuse memang menempuh jalannya sendiri, tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa pertautannya dengan Teori Kritis terputus sama sekali. Tidak sanggup disangkal adanya kontinuitas antara karangan-karangan Marcuse sewaktu ia masih menjadi anggota Institut Penelitian Sosial dan karya-karya populer yang terbit kemudian. Dengannya, ada alasan cukup untuk memandang pemikirannya setelah tahun 40-an sebagai salah satu perkembangan Teori Kritis. Hal lain, bila dibandingkan dengan Horkheimer* dan Adorno*, anutan Marcuse bercorak lebih sistematis, di antara anggota-anggota Mazhab Frankfurt, Marcuse dianggap juga sebagai pemikir yang paling ekslusif memusatkan perhatiannya pada teori saja, dan tidak pernah terlibat dalam penelitian empiris.


Download di Sini


Sumber.

Ramdani, Dani. 2005. Studi Komparasi antara Teori Karl Marx dan Teori Kritis Mazhab Frankfurt dalam Menganalisa Masyarakat Kapitalis. Skripsi. Universitas Lampung.

Baca Juga
1. Herbert Marcuse. Biografi dan Karya
2. Mazhab Frankfurt. Herbert Marcuse (1898-1979): Menafsirkan Freud
3. Mazhab Frankfurt. Herbert Marcuse (1898-1979): Menganalisis Masyarakat Industri Maju
4. Mazhab Frankfurt

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel