Peter L. Berger. Konstruksi Realitas Secara Sosial

Berger* menulis risalat teoritis utamanya, The social Construction of Reality (1966) bahu-membahu dengan sosiolog Jerman, Thomas Luckmann. Walaupun merupakan karya bersama, tetapi teori yang dikembangkan di dalamnya telah pernah diketengahkan dalam karyanya yang lebih awal yaitu Invitation to Sociology (1963), dan dalam analisa lanjut yang sering dipakai Berger*. Karya ini bekerjsama merupakan dasar bagi goresan pena Berger di kemudian hari, yang dipersiapkan sebagai bacaan populer, dan terutama untuk kaum ilmuwan sosial.

Berger* dan Luckman meringkas teori mereka dengan menyatakan "realitas terbentuk secara sosial" dan sosiologi ilmu pengetahuan (sociology of knowledge) harus menganalisa proses bagaimana hal itu terjadi. Mereka mengakui realitas objektif, dengan membatasi realitas sebagai "kualitas yang berkaitan dengan fenomena yang kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak sanggup dienyahkan)". Menurut Berger* dan Luckman kita semua mencari pengetahuan atau "kepastian bahwa fenomena ialah riil adanya dan mempunyai karakteristik khusus, yang berada di tengah-tengah; di antara orang awam dan para filosof'.

Orang awam "mengetahui" realitasnya tanpa bersusah payah memakai analisa sistematis. di pihak lain, para filosof dipaksa untuk mengetahui apakah pengetahuan itu valid atau tidak. Kepada para sosiolog tidak sanggup disodorkan pertanyaan filsafat seperti, apa bekerjsama yang riil? Sebaliknya pertanyaan itu harus terpusat pada soal bagaimana realitas sosial terjadi, terlepas apa pun validitasnya. Para sosiolog tidak memperdebatkan apakah dingklik benar-benar dingklik atau keluarga benar-benar keluarga; label yang demikian itu mereka ambil begitu saja, tanpa dipertanyakan. Mereka mendapatkan aneka macam realitas masyarakat yang kasatmata dan dari sinilah analisa itu dilanjutkan.

Berger* oke dengan pernyataan fenomenologis bahwa terdapat realitas berganda daripada hanya suatu realitas tunggal--(Etnometodologi menekankan perbedaan dua realitas; realitas sehari-hari yang diterima tanpa dipertanyakan atau common sense dan realitas ilmiah). Berger* bersama dengan Garfinkel* beropini bahwa ada realitas kehidupan sehari-hari yang diabaikan, yang bekerjsama merupakan realitas yang lebih penting. Realitas ini dianggap sebagai realitas yang teratur dan terpola; biasanya diterima begitu saja dan non-problematis, alasannya ialah dalam interaksi-interaksi yang bersiklus (typefied) realitas sama-sama dimiliki dengan orang lain.

Akan tetapi, berbeda dengan Garfinkel*, Berger* menegaskan realitas kehidupan sehari-hari mempunyai dimensi-dimensi subjektif dan objektif. Manusia merupakan instrumen dalam membuat realitas sosial yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia mempengaruhinya melalui proses internalisasi (yang mencerminkan realitas subjektif). Dalam mode yang dialektis, di mana terdapat tesa, anti tesa dan sintesa, Berger* melihat masyarakat sebagai produk insan dan insan sebagai produk masyarakat. Selanjutnya kita akan menjelajahi aneka macam implikasi dimensi realitas subjektif dan objektif, maupun proses dialektis dari objektivikasi, internalisasi, dan eksternalisasi.

Download di Sini


Sumber.
Poloma, Margaret. M. Sosiologi Kontemporer. Jakarta. PT. RajaGrafindo Perkasa.


Baca Juga
1. Peter L. Berger. Biografi
2. Peter L. Berger. Refleksi Atas Interaksi Kesadaran dan Struktur dalam Modernisasi
3. Peter L. Berger. Momen Eksternalisasi, Munculnya Kesadaran Modern dan Aspek-Aspeknya
4. Peter L. Berger. Momen Objektivasi, Pranata-Pranata Modern
5. Peter L. Berger. The Sacred Canopy
6. Peter L. Berger. Pembentukan Realitas Secara Sosial
7. Peter L. Berger. Masyarakat Sebagai Realitas Subjektif 
8. Peter L. Berger. Masyarakat Sebagai Realitas Objektif
9. Peter L. Berger. Modernisasi Sebagai Pembangunan Alam Artifisial
10. Peter L. Berger. Konstruksi Realitas Secara Sosial dan Legitimasinya
11. Peter L. Berger. Momen Internalisasi yang Susah Payah
12. Peter L. Berger. Perkawinan
13. Pokok Bahasan Sosiologi
14. Mirror On The Wall. Gambaran Realitas Sosial yang Terdistorsi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel