Plato. Nomoi

Inilah obrolan terakhir dan terpanjang yang ditulis Plato (terdiri dari 12 buku atau bagian). Nomoi (undang-undang) bekerjsama meneruskan dilema yang telah dibicarakan oleh Politikos. Karena susunan negara di mana filsuf memegang kekuasaan dianggap tidak praktis, maka Politikos telah mengusulkan supaya  undang-undang menjadi instansi tertinggi dalam negara. Pertanyaan yang menyusul yakni undang-undang mana harus dianggap cocok untuk suatu negara. Nomoi memberi jawaban. Tiga pelaku memainkan peranan dalam obrolan ini. Pertama-tama ada seorang Kreta yang ditugaskan mendirikan Polis gres di pulau Kreta; ia ditemani oleh serang sahabat yang berasal dari Sparta. Akhirnya, mereka bertemu dengan seorang gila dari Athena (Plato sendiri) dan, lantaran terpesona oleh kepandaiannya, mereka mengundang beliau untuk mengambil kepingan dalam percakapan mereka sebagai “penasihat ahli”.
Dialog selanjutnya menghasilkan undang-undang untuk Polis gres itu. Mungkin sekali Plato memaksudkan Nomoi sebagai rujukan bagi anggota-anggota Akademia yang akan diundang sebagai penasihat untuk menciptakan undang-undang baru. Sekalipun perjuangan Plato dalam politik Syrakusa jadinya gagal sama sekali, namun Akademia sudah populer sebagai sentra dalam bidang ilmu politik.

Kalau dibandingkan dengan Politeia, maka Nomoi tidak melukiskan suatu negara yang ideal, melainkan memperlihatkan undang-undang dasar yang sanggup diterima oleh polis Yunani sekitar pertengahan kala ke-4. Oleh karenanya, di sini suasana bersifat lebih realistis daripada dalam Politeia. Plato tidak melarang lagi milik pribadi, biarpun “komunisme” tetap diakui sebagai ideal. Tiap-tiap warga negara diizinkan juga memiliki keluarga sendiri. Ia menekankan lagi bahwa susunan negara harus memperhatikan keadaan setempat, ekonomis, dan geografis.

Bentuk negara yang diusulkan dalam Nomoi merupakan semacam adonan demokrasi dengan monarki, lantaran terlalu banyak kelaliman (bahaya yang menempel pada monarki) dan terlalu banyak kebebasan (bahaya yang menempel pada demokrasi) merupakan dua ekstrim yang sama buruknya. Plato memberi dua rujukan yang pada waktu itu dikenal oleh umum. Persia disebut sebagai negara di mana di bawah pimpinan Xerxes kelaliman merajalela tanpa batas. Dan Athena pada waktu perang Parsi dikemukakan sebagai negara yang memiliki pimpinan kurang berwibawa, lantaran kebebasan para warga negara terlalu besar. Untuk menghindari ekstrim-ekstrim itu, Nomoi mengusulkan suatu sistem pemerintahan di mana semua petugas dipilih oleh rakyat, tetapi ditambah syarat-syarat supaya hanya mereka yang cakap akan dipilih. Jabatan pemerintahan yang terpenting dipegang oleh “menteri pendidikan”, lantaran pendidikan belum dewasa merupakan kiprah yang memiliki prioritas dalam negara. Seperti juga dalam Politeia, dalam Nomoi pun diberikan banyak petunjuk wacana pendidikan. Dan di sini juga dikatakan bahwa belum dewasa perempuan akan menerima pendidikan yang sama menyerupai belum dewasa laki-laki, supaya laki-laki dan perempuan sanggup memenuhi tugas-tugas yang sama.

Negara yang dilukiskan oleh Nomoi harus berdasarkan pertanian, bukan perniagaan. Dengan seruan ini Plato niscaya bermaksud supaya negara-negara gres menghindari nasib yang telah dialami oleh Athena. Itulah sebabnya negara harus terletak sekurang-kurangnya 80 stadia (1 stadia = 185 meter) dari pantai laut. Plato melukiskan maritim sebagai “seorang mitra yang baik”, tetapi ia memperingatkan juga bahwa kawasan akrab dengan pantai maritim mengakibatkan bahwa jalan-jalan kota dibanjiri dengan pedagang dan pemilik toko. Plato bermaksud bahwa polis yang memiliki pelabuhan mempertebal keserakahan para warga negara. Dalam polis yang dilukiskan oleh Nomoi perniagaan harus dipercayakan kepada orang asing. Seperti di atas sudah dikatakan, dalam Nomoi tidak dituntut lagi suatu komunisme dalam bidang milik. Dalam kota ini terdapat 5040 pemilik tanah (angka ini berdasarkan Plato cocok sekali untuk dibagi-bagi), tetapi tanah dihentikan diperjualbelikan. Harga milik langsung dihentikan melebihi empat kali harga tanah.


Sebagaimana sudah dinyatakan oleh nama dan maksud karya ini, Nomoi sebagian besar diisi oleh undang-undang. Menurut Plato undang-undang harus berlaku sebagai seorang bapak yang baik hati, bukan sebagai seorang lalim. Oleh karenanya, aturan gres boleh memaksa sesudah terlebih dahulu diusahakan untuk meyakinkan. Plato mengikuti prinsip ini dalam seluruh karyanya. Setiap peraturan didahului oleh suatu keterangan yang menguraikan alasannya dengan maksud membujuk logika kebijaksanaan serta perasaan para warga negara. Lalu diberikan peraturan sendiri yang harus dirumuskan dengan singkat dan tepat. Akhirnya, disebut aturan yang berlaku bagi pelanggaran undang-undang bersangkutan. Dengan demikian Plato menyajikan contoh-contoh simpel yang memperhatikan bagaimana seorang legislator (pembuat undang-undang) harus mencari persetujuan dan bukan ketundukan buta dari pihak para warga negara.


Download di Sini


Sumber.

Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius. Yogyakarta

Baca Juga
1. Plato. Biografi
2. Plato. Sifat Khusus
3. Plato. Karya-Karya 
4. Plato. Politeia
5. Plato. Ajaran wacana Jiwa
6. Plato. Ajaran wacana Ide-Ide
7. Plato. Politikos

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel