Sajogyo
Prof Dr Ir Sajogyo (lahir di Karanganyar, 21 Mei 1926-meninggal di Bogor, 17 Maret 2012 pada umur 85 tahun) yaitu seorang pakar ilmu sosiologi dan ekonomi yang juga sering dikenal “Bapak Sosiologi Pedesaan” di Indonesia.
Prof. Dr. Ir, Sajogyo terlahir dengan nama Sri Kusumo Kampto Utomo, Karanganyar, Kebumen, 21 Mei 1926. Ia dikenal sebagai “Bapak Sosiologi Pedesaan Indonesia” atau “Bapak Ekonomi-Sosiologi Indonesia”, demikian berdasarkan Prof. Dr. Mubyarto. Dia turut meletakan dasar-dasar studi sosial-ekonomi pedesaan di Indonesia. Prof. Dr. Ir. Sajogyo tumbuh, meneliti dan menjadi pemimpin studi agraria Indonesia, dimulai dari kampus IPB, sampai menjadi rektor IPB pada tahun 1964. Dibesarkan dalam tradisi ilmu sosial yang dikembangkan dari pertanian, Prof.Dr.Ir Sajogyo menyoal ekologi, pangan, gizi, tanah, agraria, yang kesemuanya berada dalam konteks agri-culture (pembudidayaan), serta hubungan antara natura dan humana.
Ia menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya dibeberapa kota: Karanganyar, Bandung, Cepu, Barabai, Kediri, Banjarnegara, Purwakarta, Solo, dan Yogyakarta, mengikuti ayahnya bertugas sebagai seorang guru. Ia mulai mengenal dan bekerja untuk pedesaan semenjak tahun 1949 ketika mencar ilmu di Fakultas Pertanian UI di Bogor, atau sekarang dikenal dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Kepakarannya dalam menggeluti hak-hak sosial ekonomi masyarakat, membawanya pada posisi Ketua Kelompok Kebutuhan Dasar Manusia (1980-1983), salah satu bidang dalam Panitia Nasional Iptek di bawah Menteri Ristek, yang ketika itu dijabat oleh Prof.Dr. B.J. Habibie. Kiprahnya berlanjut dengan menjadi Anggota Dewan Riset Nasional (DRN), Ketua Kelompok Kebutuhan Dasar Manusia, di bawah Menteri Ristek, pada tahun 1983 sampai 1994.
Pada 2011 Sajogyo meraih Habibie Award 2011 untuk kategori ilmu sosial. Sajogyo mengabdikan dirinya untuk ilmu pengetahuan. Hal itu tercermin ketika dirinya mendirikan Sajogyo Institute yang merupakan tubuh pelaksana Yayasan Sajogyo Inti Utama yang didirikan pada tahun 2005 lalu. Sajogyo membangun institut ini bersama para kolega, sahabat, murid dan bawah umur muda yang terinspirasi oleh kepedulian, ajaran dan konsistensi usaha yang panjang dalam memahami dinamika masyarakat petani dan penghidupan di pedesaan.
Pengembangan masyarakat menjadi perhatiannya. Prof. Sajogyo diundang sebagai fellow selama animo panas di UN Research Institute of Social Development, Geneva, Swis (1985), dengan pendanaan dari Ford Foundation. Sebagai peneliti, dia terus menerus menyebarkan penelitian kerjasama lintas lembaga.
Ia juga ditugasi sebagai Penanggung Jawab Proyek Penelitian Peluang Usaha/Kerja di Luar Pertanian (PukLuTan), dan ISS Belanda (1986-1991), yang dari sini diembriokan gagasan “industrialisasi desa” mengatasi kemacetan pembangunan pedesaan dan tanda-tanda migrasi besar-besaran atas “surplus of rural population”. Berbagai riset yang terhimpun dalam proyek ini, terwariskan menjadi forum riset berjulukan Pusat Penelitian dan Analisa Sosial, AKATIGA yang berdiri tahun 1991. Prof. Sajogyo menjadi pendiri sekaligus penasihatnya.
Berbagai pertemuan, baik di aras desa, nasional, sampai internasional mengenai dilema pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, gizi-pangan, kemiskinan, tanah dan agraria, serta melalui aneka macam kelembagaan internasional ibarat ILO, WHO, dan UNDP, telah dihadirinya. Ijtihadnya mendorong terciptanya masyarakat yang cerdas dan merdeka terus-menerus dilakukannya tanpa henti, bahkan sampai sekarang meski dia tergolek lemah di atas pembaringan. Usahanya secara sungguh-sungguh itu terus menerus dilakukannya, baik di aras akademik, kebijakan (pemerintah), dan gerakan sosial kemasyarakatan.
Download di Sini
Prof. Dr. Ir, Sajogyo terlahir dengan nama Sri Kusumo Kampto Utomo, Karanganyar, Kebumen, 21 Mei 1926. Ia dikenal sebagai “Bapak Sosiologi Pedesaan Indonesia” atau “Bapak Ekonomi-Sosiologi Indonesia”, demikian berdasarkan Prof. Dr. Mubyarto. Dia turut meletakan dasar-dasar studi sosial-ekonomi pedesaan di Indonesia. Prof. Dr. Ir. Sajogyo tumbuh, meneliti dan menjadi pemimpin studi agraria Indonesia, dimulai dari kampus IPB, sampai menjadi rektor IPB pada tahun 1964. Dibesarkan dalam tradisi ilmu sosial yang dikembangkan dari pertanian, Prof.Dr.Ir Sajogyo menyoal ekologi, pangan, gizi, tanah, agraria, yang kesemuanya berada dalam konteks agri-culture (pembudidayaan), serta hubungan antara natura dan humana.
Kepakarannya dalam menggeluti hak-hak sosial ekonomi masyarakat, membawanya pada posisi Ketua Kelompok Kebutuhan Dasar Manusia (1980-1983), salah satu bidang dalam Panitia Nasional Iptek di bawah Menteri Ristek, yang ketika itu dijabat oleh Prof.Dr. B.J. Habibie. Kiprahnya berlanjut dengan menjadi Anggota Dewan Riset Nasional (DRN), Ketua Kelompok Kebutuhan Dasar Manusia, di bawah Menteri Ristek, pada tahun 1983 sampai 1994.
Pada 2011 Sajogyo meraih Habibie Award 2011 untuk kategori ilmu sosial. Sajogyo mengabdikan dirinya untuk ilmu pengetahuan. Hal itu tercermin ketika dirinya mendirikan Sajogyo Institute yang merupakan tubuh pelaksana Yayasan Sajogyo Inti Utama yang didirikan pada tahun 2005 lalu. Sajogyo membangun institut ini bersama para kolega, sahabat, murid dan bawah umur muda yang terinspirasi oleh kepedulian, ajaran dan konsistensi usaha yang panjang dalam memahami dinamika masyarakat petani dan penghidupan di pedesaan.
Pengembangan masyarakat menjadi perhatiannya. Prof. Sajogyo diundang sebagai fellow selama animo panas di UN Research Institute of Social Development, Geneva, Swis (1985), dengan pendanaan dari Ford Foundation. Sebagai peneliti, dia terus menerus menyebarkan penelitian kerjasama lintas lembaga.
Berbagai pertemuan, baik di aras desa, nasional, sampai internasional mengenai dilema pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, gizi-pangan, kemiskinan, tanah dan agraria, serta melalui aneka macam kelembagaan internasional ibarat ILO, WHO, dan UNDP, telah dihadirinya. Ijtihadnya mendorong terciptanya masyarakat yang cerdas dan merdeka terus-menerus dilakukannya tanpa henti, bahkan sampai sekarang meski dia tergolek lemah di atas pembaringan. Usahanya secara sungguh-sungguh itu terus menerus dilakukannya, baik di aras akademik, kebijakan (pemerintah), dan gerakan sosial kemasyarakatan.
Download di Sini