Teori Jaringan

Para teoretisi jaringan bekerja dengan hati-hati untuk membedakan pendekatan mereka dari apa yang disebut Ronald Burt pendekatan-pendekatan sosiologis “atomistik” dan “normatif”. Orientasi sosiologis atomistik berfokus kepada pemeran yang menciptakan keputusan-keputusan yang terasing dari aktor-aktor lain. Secara umum mereka berfokus pada “sifat-sifat pribadi” para aktor. Pendekatan-pendekatan atomistik ditolak alasannya terlalu mikroskopik dan mengabaikan hubungan-hubungan di kalangan para aktor. Seperti dinyatakan Barry Wellman, “Menjelaskan motif-motif individu ialah pekerjaan yang lebih baik ditinggalkan untuk para psikolog” (1983:1963). Hal tersebut tentu saja merupakan penolakan terhadap sejumlah teori sosiologis yang dalam satu dan lain cara sangat memperhatikan motif-motif.

Dalam pandangan para teoretisi jaringan, pendekatan-pendekatan normatif berfokus pada kebudayaan dan proses sosialisasi yang merupakan sarana untuk menginternalisasi norma-norma dan nilai-nilai kepada para aktor.

Di dalam orientasi normatif, orang-orang dipersatukan oleh sekumpulan ilham yang dianut bersama. Para teoretisi jaringan menolak pandangan demikian dan berargumen bahwa orang harus berfokus pada pola-pola ikatan objektif yang menghubungkan para anggota masyarakat.

Perhatian dan Prinsip Dasar
Perhatian utama teori jaringan ialah pada hubungan-hubungan sosial, atau pola objektif ikatan-ikatan yang menghubungkan para anggota (individu dan kolektif) masyarakat (Burt, 1992). Satu aspek khas dari teori jaringan ialah bahwa ia berfokus pada deretan luas struktur-struktur mikro sampai makro. Yakni, bagi teori jaringan para pemeran mungkin ialah orang-orang, tetapi mereka juga mungkin ialah kelompok-kelompok, korporasi-korporasi, dan masyarakat. Hubungan-hubungan terjadi pada level struktur sosial berskala besar dan juga pada level mikroskopik. Mark Granovetter melukiskan hubungan-hubungan level mikro ibarat tindakan yang “melekat” di dalam “hubungan-hubungan eksklusif yang faktual dan struktur-struktur (atau ‘jaringan-jaringan’) relasi-relasi demikian“(1985:490). Dasar bagi setiap korelasi itu ialah ilham bahwa setiap pemeran (individual atau kolektif) mungkin memiliki jalan masuk yang berbeda kepada sumber-sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, dan informasi). Hasilnya ialah bahwa sistem yang terstruktur cenderung terstratifikasi, dengan beberapa komponen yang bergantung kepada yang lain.

Aspek kunci analisis jaringan ialah bahwa ia cenderung menggerakkan para sosiolog menjauh dari studi atas kelompok-kelompok sosial dan kategori-kategori sosial dan menuju studi ikatan-ikatan di kalangan dan di antara para pemeran yang tidak “terikat secara memadai dan terajut secara rapat untuk disebut kelompok” (Wellman, 1983:169). Suatu contoh yang baik akan hal tersebut ialah karya Granovetter mengenai “kekuatan dari ikatan-ikatan yang lemah”. Granovetter membedakan antara “ikatan-ikatan yang kuat”, misalnya hubungan-hubungan di antara orang-orang dan sahabat-sahabat dekatnya dan “ikatan-ikatan lemah” contohnya, hubungan-hubungan di antara orang-orang kenalan belaka. Para sosiolog cenderung berfokus pada orang-orang dengan ikatan-ikatan yang besar lengan berkuasa atau kelompok-kelompok sosial. Mereka cenderung memandang ikatan-ikatan yang besar lengan berkuasa sebagai hal yang sangat penting, sementara ikatan-ikatan yang lemah dianggap memiliki manfaat sosiologis yang kecil. Sumbangan Granovetter ialah menjelaskan bahwa ikatan-ikatan yang lemah sanggup saja sangat penting. Contohnya, ikatan-ikatan lemah di antara dua pemeran sanggup membantu sebagai jembatan di antara dua kelompok dengan ikatan-ikatan internal yang kuat. Tanpa ikatan lemah yang demikian kedua kelompok tersebut mungkin terasing secara total. Keterasingan itu, pada gilirannya sanggup menjadikan sistem sosial yang lebih terpecah-pecah. Seorang individu tanpa ikatan-ikatan yang lemah akan menemukan dirinya terasing di dalam suatu kelompok yang terikat ketat dan akan kekurangan informasi perihal apa yang sedang terjadi di dalam kelompok-kelompok lain dan juga di dalam masyarakat yang lebih luas. Oleh alasannya itu, ikatan-ikatan yang lemah mencegah keterasingan dan mengizinkan individu terintegrasi dengan lebih baik ke dalam masyarakat yang lebih besar. Meskipun Granovetter menekankan pentingnya ikatan-ikatan yang lemah, ia buru-buru menjelaskan “bahwa ikatan-ikatan yang besar lengan berkuasa juga memiliki nilai”. Contohnya, orang dengan ikatan-ikatan yang besar lengan berkuasa memiliki motivasi yang besar untuk saling membantu dan lebih siap sedia bagi satu sama lain.

Teori jaringan relatif gres dan belum berkembang. Seperti dikatakan Burt, “Baru-baru ini ada federasi longgar pendekatan-pendekatan yang diacu sebagai analisis jaringan” (1982:20). Tetapi ia sedang bertumbuh ibarat yang dibuktikan oleh sejumlah makalah dan buku yang diterbitkan dari perspektif jaringan dan fakta bahwa kini ada sebuah jurnal (Social Network) yang dibaktikan untuk teori jaringan. Meskipun ia mungkin merupakan suatu konglomerasi kerja yang longgar, teori jaringan tampak bersandar pada sekumpulan prinsip yang koheren (Wellman, 1983).

Pertama, ikatan-ikatan di kalangan para pemeran biasanya simetris baik di dalam isi maupun intensitas. Para pemeran saling menyuplai satu sama lain dengan hal-hal yang berbeda, dan mereka melaksanakan hal itu dengan intensitas yang lebih besar atau lebih kecil. Kedua, ikatan-ikatan antarindividu harus dianalisis di dalam konteks struktur jaringan-jaringan yang lebih besar. Ketiga, penyusunan ikatan-ikatan sosial menjadikan banyak sekali jenia jaringan tidak acak (nonrandom network). Di satu sisi, jaringan-jaringan bersifat transitif: jikalau ada suatu ikatan antara A dan B dan antara B dan C, mungkin ada suatu ikatan antara A dan C. Hasilnya ialah bahwa lebih besar kemungkinan adanya suatu jaringan yang melibatkan A, B, dan C. Di sisi lain, ada batas-batas seberapa banyak korelasi yang ada dan seberapa intens korelasi itu. Hasilnya ialah bahwa kelompok jaringan dengan batas-batas yang terang yang memisahkan kelompok yang satu dari yang lain kemungkinan besar juga berkembang. Keempat, eksistensi kelompok-kelompok itu menghasilkan fakta bahwa mungkin ada pertautan lintas di antara kelompok dan juga di antara para individu. Kelima, ada ikatan-ikatan asimetrik di kalangan unsur-unsur di dalam suatu sistem dengan hasil bahwa sumber-sumber daya yang langka didistribusikan secara berbeda. Akhirnya, distribusi yang tidak setara sumber-sumber daya langkanya menjadikan kerja sama maupun kompetisi. Beberapa kelompok bergabung bersama untuk memperoleh sumber-sumber daya yang langka dengan cara bekerja sama, sementara yang lain bersaing dan berkonflik memperebutkan sumber-sumber daya. Oleh alasannya itu, teori jaringan memiliki suatu kualitas dinamis dengan struktur sistem yang berubah bersama pola-pola koalisi dan konflik yang berubah.

Untuk mengambil suatu contoh, Mizruchi (1990) berminat pada informasi mengenai kohesi korporasi-korporasi dan hubungannya dengan kekuasaan. Dia berargumen bahwa kohesi secara historis telah didefinisikan dengan cara-cara yang berbeda. Pertama, pandangan subjektif kita ialah bahwa “kohesi ialah suatu fungsi perasaan identifikasi anggota kelompok dengan kelompok itu, khususnya perasaan mereka bahwa kepentingan-kepentingan individual berafiliasi dengan kepentingan-kepentingan kelompok” (MIzruchi, 1990:21). Di sini penekanannya ada pada sistem normatif, dan kohesi dihasilkan baik oleh internalisasi sistem normatif maupun oleh tekanan kelompok. Kedua, atau pandangan objektif, ialah bahwa “solidaritas sanggup dipandang sebagai suatu proses objektif, yang sanggup diamati yang bebas dari sentimen-sentimen para individu” (Mizruchi, 1990:22). Tidak perlu dikatakan, alasannya kesejajarannya dengan teori jaringan, MIzruchi berada di pihak pendekatan objektif kepada kohesi.

Mizruchi melihat kemiripan sikap bukan hanya sebagai hasil kohesi, tetapi juga apa yang ia sebut kesetaraan struktural: “Para pemeran yang setara secara struktural ialah orang-orang yang memiliki hubungan-hubungan identik dengan aktor-aktor lain di dalam struktur sosial” (1990:25). Oleh alasannya itu, kesataraan struktural ada di kalangan, katakanlah korporasi-korporasi meskipun tidak ada komunikasi di antara mereka. Mereka berperilaku dengan cara yang sama alasannya mereka bangun dalam korelasi yang sama dengan suatu entitas lain di dalam struktur sosial. Mizruchi menyimpulkan bahwa kesamaan struktural setidaknya memainkan suatu tugas yang besar lengan berkuasa sebagai kohesi di dalam menjelaskan kemiripan perilaku. Mizruchi memberikan arti penting yang besar kepada kesetaraan struktural yang terutama menyiratkan suatu jaringan hubungan-hubungan sosial.

Suatu Teori Jaringan yang Lebih Terpadu


Ronald Burt (1982) berada di garda depan teoretisi jaringan yang berusaha menyebarkan suatu pendekatan yang terintegrasi sebagai ganti dari bentuk lain determinisme struktural. Burt mulai dengan menguraikan dengan terang suatu skisma di dalam teori tindakan antara orientasi “atomistik” dan “normatif”. Orientasi atomistik “mengasumsikan bahwa tindakan-tindakan alternatif dievaluasi secara independen oleh para pemeran terpisah sehingga penilaian itu dibentuk tanpa pola kepada aktor-aktor yang lain”, sementara “perspektif normatif didefinisikan oleh aktor-aktor terpisah di dalam suatu sistem yang memiliki kepentingan-kepentingan interdependen alasannya norma-norma sosial yang dihasilkan oleh para pemeran yang saling bersosialisasi satu sama lain” (Burt, 1982:5).

Burt mengembangkan suatu perspektif yang “mengelakkan skisma antara tindakan atomistik dan normatif”, perspektif yang “tidak sebanyak suatu sintesis dari dua perspektif yang ada mengenai tindakan dari pada pandangan yang ketiga yang menjembatani kedua pandangan itu secara intelektual” (1982:8). Meskipun ia jelas-jelas meminjam dari dua perspektif lainnya. Burt menyebarkan apa yang ia sebut perspektif struktural yang berbeda dari dua perspektif lainnya “di bidang kriteria untuk ponstulat penilaian marginal. Kriteria yang diasumsikan oleh perspektif struktural yang diusulkan ialah sekumpulan status/peran seorang pemeran yang dihasilkan oleh pembagian kerja. Seorang pemeran mengevaluasi manfaat tindakan-tindakan alternatif sebagian berkenaan dengan kondisi-kondisi pribadinya dan sebagian lagi berkenaan dengan kondisi-kondisi orang lain” (1982:8). Dia melihat pendekatannya sebagai ekspansi logis pendekatan atomistik dan sebagai suatu “pembatasan akurat secara empiris” pada teori normatif.


Download di Sini


Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel