Teori-Teori Sosiologi Setelah Comte; Mazhab Formal
Ahli-ahli pikir yang menonjol dari mazhab ini, kebanyakan dari Jerman, sangat terpengaruh oleh ajaran-ajaran dan filsafat Immanuel Kant*. Salah seorang di antaranya ialah Georg Simmel* (1858-1918). Menurut Simmel*, elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut. Bentuk-bentuk tadi sebetulnya yakni elemen-elemen itu sendiri. Menganalisis proses terjadinya dan mengidentifikasikan pengaruh-pengaruhnya tersebut merupakan kiprah sosiologi.
Selanjutnya Simmel* beropini bahwa aneka macam forum di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi, dan konflik. Semua hubungan-hubungan sosial, keluarga, agama, peperangan, perdagangan, kelas-kelas sanggup diberi karakteristik berdasarkan salah satu bentuk di atas atau ketiga-tiganya.
Menurut Simmel*, seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan sosialisasi. Tanpa menjadi warga masyarakat tak akan mungkin seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan kelompok. Dengan perkataan lain, apa yang memungkinkan masyarakat berproses yakni bahwa setiap orang memiliki peranan yang harus dijalankannya. Maka, interaksi individu dengan kelompok hanya sanggup dimengerti dalam kerangka peranan yang dilakukan oleh individu.
Leopold von Wiese (1876-1961) beropini bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antarmanusia tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan pengamatan terhadap sikap kongkret tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan berusaha untuk mengadakan kuantifikasi terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang masing-masing sanggup diuraikan ke dalam unsur-unsurnya secara sistematis.
Alfred Vierkandt (1867-1953) menyatakan bahwa sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi-situasi tersebut tidak sanggup dianalisis secara tersendiri, tetapi merupakan hasil sikap yang timbul sebagai akhir interaksi antarindividu dan kelompok dalam masyarakat. Dengan demikian, kiprah sosiologi yakni untuk menganalisis dan mengadakan sistematika terhadap tanda-tanda sosial dengan jalan menguraikannya ke dalam bentuk-bentuk kehidupan metal. Hal itu sanggup ditemukan dalam gejala-gejala ibarat harga diri, perjuangan, simpati, imitasi, dan lain sebagainya. Itulah prakondisi suatu masyarakat yang hanya sanggup berkembang penuh dengan kehidupan berkelompok atau dalam masyarakat setempat (community). Oleh sebab itu, sosiologi harus memusatkan perhatian terhadap kelompok-kelompok sosial.
Download di Sini
Baca Juga Biografi, Karya, dan Pemikiran
1. Immanuel Kant
2. Georg Simmel
Sumber.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta
Selanjutnya Simmel* beropini bahwa aneka macam forum di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi, dan konflik. Semua hubungan-hubungan sosial, keluarga, agama, peperangan, perdagangan, kelas-kelas sanggup diberi karakteristik berdasarkan salah satu bentuk di atas atau ketiga-tiganya.
Leopold von Wiese (1876-1961) beropini bahwa sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antarmanusia tanpa mengaitkannya dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah. Sosiologi harus mulai dengan pengamatan terhadap sikap kongkret tertentu. Ajarannya bersifat empiris dan berusaha untuk mengadakan kuantifikasi terhadap proses-proses sosial yang terjadi. Proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang masing-masing sanggup diuraikan ke dalam unsur-unsurnya secara sistematis.
Alfred Vierkandt (1867-1953) menyatakan bahwa sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi-situasi tersebut tidak sanggup dianalisis secara tersendiri, tetapi merupakan hasil sikap yang timbul sebagai akhir interaksi antarindividu dan kelompok dalam masyarakat. Dengan demikian, kiprah sosiologi yakni untuk menganalisis dan mengadakan sistematika terhadap tanda-tanda sosial dengan jalan menguraikannya ke dalam bentuk-bentuk kehidupan metal. Hal itu sanggup ditemukan dalam gejala-gejala ibarat harga diri, perjuangan, simpati, imitasi, dan lain sebagainya. Itulah prakondisi suatu masyarakat yang hanya sanggup berkembang penuh dengan kehidupan berkelompok atau dalam masyarakat setempat (community). Oleh sebab itu, sosiologi harus memusatkan perhatian terhadap kelompok-kelompok sosial.
Download di Sini
Baca Juga Biografi, Karya, dan Pemikiran
1. Immanuel Kant
2. Georg Simmel
Sumber.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta