Malcolm X. Gerakan Dan Pemikiran
Di penjara ia mendengar ihwal Elijah Muhammad dan Nation of Islam dari sesama narapidana dan kakak perempuannya yang menjadi pengikut Elijah. Sebagai pengganti Black Muslims, Nation of Islam yaitu organisasi yang berperan penting dalam pengembangan Islam di kalangan Afro-Amerika. Elijah Muhammad yaitu pemimpin gerakan ini yang menggantikan Wallace D. Fard (Wali Farad) yang menghilang pada tahun 1934.
Setelah menjalani eksekusi selama 6 tahun (1946-1952), Malcolm dibebaskan alasannya yaitu berkelakuan baik. Selama itu ia mendalami pedoman Elijah dan banyak membaca buku, terutama filologi.
Keluar dari penjara ia masuk Nation of Islam. Di belakang namanya diberi “X”, identitas gres yang menyatakan pengikut kelompok Elijah. Elijah bahkan menerimanya di markas besar Nation of Islam di Chicago. Ia merasa mendapat hidayah besar sanggup mendengar pedoman Elijah secara langsung. Dalam waktu singkat ia dipercaya untuk mengepalai cabang Nation of Islam di Harlem, New York, yang disebut Kuil No. 7. Dengan gaya orasinya yang memikat, Malcolm segera meraih popularitas.
Dalam masa 12 tahun keterlibatannya di Nation of Islam, Malcolm X tumbuh menjadi “primadona” gerakan itu. Ia berhasil menarik banyak kulit gelap masuk Nation of Islam. Ia menggemakan pedoman “anti-putih” Elijah Muhammad dengan kelantangan yang jauh lebih tajam dan tanpa kompromi sedikit pun, dibandingkan Elijah sendiri. Dengan persuasif ia mengulang-ulang gagasan separatisme Elijah untuk mendapatkan “satu atau lebih negara bab bagi 23 juta orang yang disebut kaum negro”. Ia mengumandangkan, “Kekuatan kulit gelap hanya sanggup diraih dengan ballot (kartu bunyi pemilu) dan bullet (peluru)”.
Popularitas Malcolm mengundang kecemburuan pengurus Nation of Islam di Chicago. Ia dituding membangun basis kekuatan untuk dirinya sendiri. Malcolm tetapkan keluar dari Nation of Islam pada bulan Maret 1964, terutama alasannya yaitu ia mewaspadai moralitas Elijah Muhammad. Sejak itu ia dan keluarganya terus-menerus mendapatkan bahaya pembunuhan. Namun banyak sekali bahaya tidak menggoyahkan semangatnya.
Malcolm segera mengumumkan berdirinya sebuah organisasi baru, Moslem Mosque Inc. Organisasi ini dimaksudkannya sebagai pangkalan untuk melancarkan aksi-aksi perlawanan terhadap penindasan politik, eksploitasi ekonomi, dan segala bentuk penderitaan lain yang dialami kulit gelap Amerika.
Tak usang sehabis keluar dari Nation of Islam, Malcolm melakukan ibadah haji atas usul wakil Liga Arab di Amerika Serikat. Ziarah ke Mekah yang dilanjutkan dengan ke Mesir dan sejumlah negara Afrika lain kuat besar pada pengembangan pribadi Malcolm. Dalam perjalanan itu ia menemukan orang-orang ikhlas membantunya walaupun mereka berkulit putih. Selama melakukan ibadah haji, ia takjub menyaksikan begitu kayanya ragam ciri-ciri fisik beratus ribu insan tetapi dalam kesederajatan yang sangat terasa. Ini merupakan pengalaman yang sama sekali gres bagi seorang yang membangun kariernya justru dengan menandaskan perbedaan ras—sekalipun dari pihak yang dirugikan oleh perbedaan itu.
Sepulang haji ia mengganti nama menjadi H Malik el-Shabazz. Ia mengumumkan pembentukan organisasi baru, The Organization of Afro-American Union (OAAU). Organisasi ini tetap diperuntukan bagi kulit hitam; kulit putih dihentikan menjadi anggota, hanya boleh menawarkan sumbangan. OAAU berusaha memperbaiki kedudukan kaum hitam tanpa mengobarkan paham rasisme. Namun baik Moslem Mosque Inc maupun OAAU tidak berkembang antara lain alasannya yaitu kekurangan dana.
Ia mengubah pendekatan dalam ceramah-ceramahnya; tidak lagi keras dan penuh kebencian pada kulit putih, tetapi menuju harmoni dengan iman Islam. Ia mempraktekkan perilaku persaudaraan sebagaimana diajarkan agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun ia menghadapi dilema. Para pengikutnya tidak menyukai gayanya yang “moderat” itu. Mereka tetapi menginginkan citranya yang lama: kebencian dan kekerasan. Sebaliknya, kaum moderat juga tetap menolaknya alasannya yaitu ia dianggap tetap “militan”.
Malcolm X tewas dibunuh pada usia 40 tahun, ketika hendak menawarkan ceramah di Audubon Ballroom, Harlem. Ia ditembak oleh tiga orang laki-laki yang menghadiri ceramahnya. Sampai kini tidak terang apa motivasi penembakan itu. salah seorang penembak hanya menyampaikan ia ingin membalas tindakan Malcolm terhadap Elijah Muhammad.
Puluhan tahun semenjak kematiannya, ia tetap “hidup”. Belasan buku ihwal dirinya telah terbit, dari mulai himpunan ceramah terakhirnya, filsafat politiknya, sampai teori ihwal persekongkolan pembunuhannya. Otobiografinya yang ditulis oleh Alex Haley telah mengalami sekitar 25 kali cetak ulang semenjak tahun 1964. Otobiografi ini difilmkan oleh sutradara muda Spike Lee pada tahun 1992 dengan judul Malcolm X. Selain itu ada beberapa film dokumenter ihwal Malcolm. Kisah hidupnya juga muncul dalam sandiwara dan opera. Wajahnya dilukis oleh beberapa perupa. Namanya menjadi tema puisi dan judul lagu. Beberapa lagu bahkan menyisipkan rekaman pidatonya. Hari kelahiran dan kematiannya tiap tahun diperingati oleh kulit gelap Amerika, terutama anggota Nation of Islam.
Download
Sumber
Suplemen Ensiklopedi Islam Diterbitkan Oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta Tahun 1996
Setelah menjalani eksekusi selama 6 tahun (1946-1952), Malcolm dibebaskan alasannya yaitu berkelakuan baik. Selama itu ia mendalami pedoman Elijah dan banyak membaca buku, terutama filologi.
Keluar dari penjara ia masuk Nation of Islam. Di belakang namanya diberi “X”, identitas gres yang menyatakan pengikut kelompok Elijah. Elijah bahkan menerimanya di markas besar Nation of Islam di Chicago. Ia merasa mendapat hidayah besar sanggup mendengar pedoman Elijah secara langsung. Dalam waktu singkat ia dipercaya untuk mengepalai cabang Nation of Islam di Harlem, New York, yang disebut Kuil No. 7. Dengan gaya orasinya yang memikat, Malcolm segera meraih popularitas.
Dalam masa 12 tahun keterlibatannya di Nation of Islam, Malcolm X tumbuh menjadi “primadona” gerakan itu. Ia berhasil menarik banyak kulit gelap masuk Nation of Islam. Ia menggemakan pedoman “anti-putih” Elijah Muhammad dengan kelantangan yang jauh lebih tajam dan tanpa kompromi sedikit pun, dibandingkan Elijah sendiri. Dengan persuasif ia mengulang-ulang gagasan separatisme Elijah untuk mendapatkan “satu atau lebih negara bab bagi 23 juta orang yang disebut kaum negro”. Ia mengumandangkan, “Kekuatan kulit gelap hanya sanggup diraih dengan ballot (kartu bunyi pemilu) dan bullet (peluru)”.
Popularitas Malcolm mengundang kecemburuan pengurus Nation of Islam di Chicago. Ia dituding membangun basis kekuatan untuk dirinya sendiri. Malcolm tetapkan keluar dari Nation of Islam pada bulan Maret 1964, terutama alasannya yaitu ia mewaspadai moralitas Elijah Muhammad. Sejak itu ia dan keluarganya terus-menerus mendapatkan bahaya pembunuhan. Namun banyak sekali bahaya tidak menggoyahkan semangatnya.
Malcolm segera mengumumkan berdirinya sebuah organisasi baru, Moslem Mosque Inc. Organisasi ini dimaksudkannya sebagai pangkalan untuk melancarkan aksi-aksi perlawanan terhadap penindasan politik, eksploitasi ekonomi, dan segala bentuk penderitaan lain yang dialami kulit gelap Amerika.
Tak usang sehabis keluar dari Nation of Islam, Malcolm melakukan ibadah haji atas usul wakil Liga Arab di Amerika Serikat. Ziarah ke Mekah yang dilanjutkan dengan ke Mesir dan sejumlah negara Afrika lain kuat besar pada pengembangan pribadi Malcolm. Dalam perjalanan itu ia menemukan orang-orang ikhlas membantunya walaupun mereka berkulit putih. Selama melakukan ibadah haji, ia takjub menyaksikan begitu kayanya ragam ciri-ciri fisik beratus ribu insan tetapi dalam kesederajatan yang sangat terasa. Ini merupakan pengalaman yang sama sekali gres bagi seorang yang membangun kariernya justru dengan menandaskan perbedaan ras—sekalipun dari pihak yang dirugikan oleh perbedaan itu.
Sepulang haji ia mengganti nama menjadi H Malik el-Shabazz. Ia mengumumkan pembentukan organisasi baru, The Organization of Afro-American Union (OAAU). Organisasi ini tetap diperuntukan bagi kulit hitam; kulit putih dihentikan menjadi anggota, hanya boleh menawarkan sumbangan. OAAU berusaha memperbaiki kedudukan kaum hitam tanpa mengobarkan paham rasisme. Namun baik Moslem Mosque Inc maupun OAAU tidak berkembang antara lain alasannya yaitu kekurangan dana.
Ia mengubah pendekatan dalam ceramah-ceramahnya; tidak lagi keras dan penuh kebencian pada kulit putih, tetapi menuju harmoni dengan iman Islam. Ia mempraktekkan perilaku persaudaraan sebagaimana diajarkan agama Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun ia menghadapi dilema. Para pengikutnya tidak menyukai gayanya yang “moderat” itu. Mereka tetapi menginginkan citranya yang lama: kebencian dan kekerasan. Sebaliknya, kaum moderat juga tetap menolaknya alasannya yaitu ia dianggap tetap “militan”.
Malcolm X tewas dibunuh pada usia 40 tahun, ketika hendak menawarkan ceramah di Audubon Ballroom, Harlem. Ia ditembak oleh tiga orang laki-laki yang menghadiri ceramahnya. Sampai kini tidak terang apa motivasi penembakan itu. salah seorang penembak hanya menyampaikan ia ingin membalas tindakan Malcolm terhadap Elijah Muhammad.
Puluhan tahun semenjak kematiannya, ia tetap “hidup”. Belasan buku ihwal dirinya telah terbit, dari mulai himpunan ceramah terakhirnya, filsafat politiknya, sampai teori ihwal persekongkolan pembunuhannya. Otobiografinya yang ditulis oleh Alex Haley telah mengalami sekitar 25 kali cetak ulang semenjak tahun 1964. Otobiografi ini difilmkan oleh sutradara muda Spike Lee pada tahun 1992 dengan judul Malcolm X. Selain itu ada beberapa film dokumenter ihwal Malcolm. Kisah hidupnya juga muncul dalam sandiwara dan opera. Wajahnya dilukis oleh beberapa perupa. Namanya menjadi tema puisi dan judul lagu. Beberapa lagu bahkan menyisipkan rekaman pidatonya. Hari kelahiran dan kematiannya tiap tahun diperingati oleh kulit gelap Amerika, terutama anggota Nation of Islam.
Download
Sumber
Suplemen Ensiklopedi Islam Diterbitkan Oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta Tahun 1996