Ibnu Batutah. Perjalanan Ke Pulau Sumatera

Dalam buku pengalaman perjalanannya, Pulau Sumatera disebutnya dengan “Pulau Jawa yang menghijau” (pada zaman pertengahan seluruh Kepulauan Indonesia dan Filipina disebut Jawa). Ia hingga di pelabuhan kerajaan Samudera Pasai yang terletak di salah satu sungai, yaitu Sungai Pisangan yang mengalir dari pegunungan di daerah pedalaman sebelah barat laut. Kota Samudera Pasai menurutnya ialah kota besar yang indah.

Ibnu Batutah kemudian disambut oleh Amir (panglima) Daulasah, Kadi Syarif Amir Sayyir asy-Syirazi, Tajuddin al-Asbahani, dan beberapa jago fikih atas perintah Sultan Mahmud Malik Zahir (1326-1345) yang memerintah pada ketika itu. Menurutnya, Sultan ialah seorang penganut Mazhab Syafi’i. Ia sering mengadakan pengajian, pembahasan, dan Muzakarah wacana inti aturan Islam di istana bersama jago fikih.

Penduduk Samudera Pasai sangat taat kepada Sultan dan aktif dalam jihad, sehingga kerajaan Islam ini sanggup mengalahkan negeri-negeri tetangga yang masih kafir, membawa rampasan perang dalam jumlah yang banyak, termasuk tawanan, dan memaksa mereka untuk membayar jizyah sebagai tanda ketundukan.

Menurutnya, Sultan Mahmud Zahir sangat rendah hati. Sultan berangkat ke mesjid untuk menunaikan ibadah salat jum’at dengan berjalan kaki. Setelah menunaikan salat Jum’at berjamaah, Ibnu Batutah menerima kesempatan untuk mengikuti iring-iringan Sultan berkeliling kota. Dalam iring-iringan itu Sultan selalu diikuti oleh para menteri, panglima, penulis, tentara, jago fikih, pemikir, penyair, dan pembesar kerajaan lainnya. Dalam program ibarat ini terdapat juga hiburan musik, nyanyian dan tarian, yang menurutnya, sama dengan apa yang disaksikannya di kerajaan-kerajaan di India.

Ibnu Batutah menetap di kerajaan Samudera Pasai lebih dari lima belas hari. Sebelum melanjutkan perjalanannya ke Cina, ia mampir di Mul Jawa (pedalaman Sumatera) dan disambut dengan hormat oleh pemimpin setempat yang masih kafir. Penyambutan itu dilakukan alasannya ialah rasa hormatnya kepada tamu yang tiba sebagai utusan Sultan Mahmud Malik Zahir, penguasa paling besar lengan berkuasa di tempat itu. pada kesempatan itu Ibnu Batutah menyaksikan praktek kanibalisme terhadap para budak yang bunuh diri. Bunuh diri ini merupakan perwujudan rasa cinta kepada pemimpinnya.

Ketika pulang dari Cina, ia kembali singgah di kerajaan Samudera Pasai. Ketika itu Sultan Mahmud Malik Zahir gres pulang dari peperangan dengan membawa harta rampasan dan tawanan perang yang banyak. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke negeri Arab.

Setelah menempuh perjalanan pulang melalui negeri al-Ajam, Syam, dan dua sungai (Eufrat dan Tigris), dan Mesir, ia menuju Mekah untuk menunaikan ibadah haji yang keempat kalinya. Dari Mekah ia pergi ke Afrika Utara dan hingga di Fes (Maroko). Beberapa tahun kemudian, ia pergi ke Granada (Spanyol). Setelah itu ia kembali ke Afrika Utara dan menetap di Maroko hingga final hayatnya.

Dalam kunjungannya ke banyak sekali daerah Islam, Ibnu Batutah memiliki rencana dan kecenderungan tertentu. Ia menetapkan apa dan siapa yang menjadi prioritas kunjungannya. Tokoh yang mesti dikunjunginya ialah para wali atau sufi dan para sultan. Di samping itu, ia juga gemar mengunjungi kadi dan fakih yang berperan menegakkan dan menjalankan syariat Islam di setiap daerah atau negeri.

Ia juga tertarik mengunjungi tempat-tempat yang memiliki nilai religius dan historis tertentu, ibarat makam para wali, masjid, istana, dan sekolah. Ia mendeskripsikan hasil pengamatan dan pengalamannya yang sangat berharga bagi dunia ilmu pengetahuan.

Di dalam deskripsinya, ia memiliki ciri tersendiri. Ia sering menawarkan gosip wacana para pelancong yang mendahuluinya. Misalnya, ia menyebut nama tokoh Ibnu Jubair, seorang pelancong muslim kenamaan sebelum dirinya di dalam deskripsinya wacana Damascus dan Baghdad. Selain itu ia mengikuti contoh penulisan geografi yang menawarkan gosip penting sehingga membangkitkan minat pembaca untuk mengunjungi daerah-daerah tertentu. Ia juga berupaya menawarkan gosip historis yang berharga di bidang kemajuan dan peradaban dunia Islam di zamannya.

Menurut Brockelman (sejarawan), Ibnu Batutah hanya sanggup dibandingkan dengan pelancong kenamaan Eropa, Marcopolo (1254-1324). Ibnu Batutah dengan karyanya berjasa menawarkan data geografis dan topografis penting serta menyumbangkan ilmu pengetahuan yang berharga mengenai budaya setiap daerah dunia Islam yang dikunjunginya.


Download


Baca Juga
Ibnu Batutah. Riwayat dan Karya

Sumber
Suplemen Ensiklopedi Islam Diterbitkan Oleh PT. Ichtiar Baru Van Hoeve Jakarta Tahun 1996

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel