Ruang Lingkup. Sosiologi Seni

Istilah sosiologi seni (sociology of art) dipakai dari sosiologi banyak sekali seni (sociology of arts) atau sosiologi seni dan literatur (sociology of art and literature). Sedangkan, sosiologi sebagai seni visual relatif jarang dikembangkan dibandingkan sosiologi literatur, drama, maupun film. Implikasinya, sifat generik dari bidang kajian ini mau tidak mau mengakibatkan kesulitan dalam analisisnya alasannya tidak selalu terdapat hubungan linear antara musik dan novel dengan konteks atau politiknya (Wolff, 2000:41). Namun demikian, sosiologi seni sanggup dikatakan sebagai wilayah kajian yang cair alasannya di dalamnya tidak ada suatu model analisis atau teori yang dominan. 
Beberapa pendekatan yang banyak dipakai di Eropa dan Amerika memang ada perbedaan. Sebagai contoh, di Inggris dan Eropa lainnya, pendekatan Marxis dan non-Marxis masih ada pengaruhnya sampai tahun 1970-an. Sebaliknya sosiologi seni di Amerika Serikat yang sering kali dinamakan sebagai pendekatan produksi-budaya (production of culture) maupun mainstream analisis sosiologi, memusatkan perhatiannya pada institusi dan organisasi produksi-budaya (Kamerman dan Martorella, 1983; Becker, 1982). Dalam tradisi Marxis, para andal seni bergerak dari metafora sederhana, yaitu basis dan superstruktur yang mengandung ancaman perilaku reduksionis ekonomi terhadap budaya, dan beranjak melihat literatur serta seni semata-mata sebagai pencerminan faktor-faktor kelas atau ekonomi.
Karena itu, karya-karya pengarang Antonio Gramsci*, Theodor Adorno*, dan Louis Althusser* menjadi penting dalam penyempurnaan model yang bertumpu pada level-level kelompok sosial antara kesadaran individual dan pengalaman spesifik tekstual (Wolff, 2000; 41-42).

Hal itu berbeda dengan pendekatan sosiologi seni produksi-budaya yang sering menerima kritik alasannya dianggap mengabaikan produksi budaya itu sendiri. Pendekatan produksi-budaya (production of culture) memfokuskan pada dilema hubungan sosial di mana karya seni diproduksi. Para andal sosiologi seni melihat peranan para “penjaga gawang”, ibarat para penerbit, kritikus, pemilik galeri dalam mempelantarai seniman dan masyarakat, hubungan sosial, dan proses pengambilan keputusan di suatu forum perguruan tinggi seni maupun perusahaan opera, serta mengenai hubungan antara produk-produk budaya tertentu, ibarat fotografi di mana karya itu dibentuk (Rosenblum, 1978; Adler, 1979). Kebanyakan yang menjadi fokus kajiannya di banyak negara, kecuali Inggris (studi literatur), yaitu pada seni pertunjukan yang menyajikan kompleksitas interaksi sosial yang dianalisis.


Download


Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi
2. Antonio Gramsci. Hegemoni
3. Mazhab Frankfurt. Theodore Wissenground Adorno (1903-1969)
4. Marxisme Prancis. Louis Althusser
5. Strukturalisme dan Marxisme. Louis Althusser

Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta


Lihat Juga 
1. Ruang Lingkup. Sosiologi Seni
2. Ruang Lingkup. Sosiologi Pendidikan (Sociology of Education)
3. Ruang Lingkup. Sosiologi Agama
4. Ruang Lingkup. Sosiologi Keluarga (Family Sociology)
5. Ruang Lingkup. Sosiologi Militer (Military Sociology)
6. Ruang Lingkup. Sosiologi Wanita (Women Sociology)
7. Ruang Lingkup. Sosiologi Perkotaan (Urban Sociology)
8. Ruang Lingkup. Sosiologi Medis (Medical Sociology)
9. Ruang Lingkup. Sosiologi Industri (Industrial Sociology)
10. Ruang Lingkup. Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel