Marx, Hegel, Dan Feuerbach
Marx secara keseluruhan dipengaruhi oleh, dan bersikap kritis terhadap, Hegel* maupun Feueurbach*. Marx mengikuti Feueurbach, bersikap kritis terhadap kesetiaan Hegel kepada filsafat idealis*. Marx* mengambil pendirian itu bukan hanya alasannya yaitu ia menganut orientasi materialis, tetapi juga alasannya yaitu minatnya terhadap kegiatan-kegiatan praktis. Fakta-fakta sosial ibarat kekayaan dan negara diperlakukan oleh Hegel* sebagai ide-ide ketimbang entitas material yang nyata. Bahkan, dikala beliau menyelidiki suatu proses yang tampak material ibarat pekerjaan, Hegel hanya melihat pekerjaan mental yang abstrak. Hal itu sangat berbeda dari minat Marx* pada pekerja nyata, insan yang berindra (sentient).
Oleh alasannya yaitu itu, berdasarkan Marx*, Hegel sedang melihat pada isu-isu yang salah. Selain itu, Marx merasa bahwa idealisme Hegel menghasilkan orientasi politis yang sangat konservatif. Bagi Hegel*, proses evolusi terjadi di luar kendali insan dan aktivitas-aktivitas mereka. Bagaimanapun juga, di dalam proses itu insan tampak sedang bergerak menuju kesadaran yang lebih besar akan dunia yang sanggup diwujudkan, sepertinya perubahan revolusioner apa pun tidak diperlukan; proses itu selalu bergerak di dalam arah “yang diinginkan”. Masalah-masalah apa pun selalu terletak di dalam kesadaran, oleh alasannya yaitu itu jawabannya sepertinya terletak di dalam pengubahan pemikiran.
Marx* mengambil pendirian yang sangat berbeda, yang menegaskan bahwa masalah-masalah kehidupan modern sanggup diusut ke sumber-sumber material yang faktual (contohnya, struktur-struktur kapitalisme) sehingga solusi-solusinya sanggup ditemukan hanya pada penjungkirbalikan struktur-struktur itu melalui agresi kolektif oleh sejumlah besar orang (Marx dan Engels, 1845/1956:254). Sementara Hegel* “menapaki dunia dengan kepalanya” (yakni, berfokus pada kesadaran, bukan dunia material yang nyata), Marx menancapkan dengan kukuh dialektikanya di dalam landasan material.
Marx menyambut bangga kritik Feueurbach* terhadap Hegel mengenai sejumlah tuduhan (misalnya, materialismenya dan penolakannya pada keabstrakan teori Hegel), tetapi beliau tidak puas sepenuhnya dengan pendirian Feueurbach (Thopson, 1994). Untuk satu hal, Feueurbach memusatkan perhatian pada dunia agamis, sementara Marx percaya bahwa dunia merupakan dunia sosial seluruhnya, dan khususnya ekonomi, itulah yang harus dianalisis. Meskipun Marx mendapatkan materialisme Feueurbach*, beliau merasa bahwa Feueurbach telah melangkah terlalu jauh dalam memfokuskan perhatian pada dunia material dengan secara nondialektis dan satu sisi. Dalam orientasi materialismenya, Feueurbach gagal untuk meliputi sumbangan-sumbangan Hegel yang paling penting, yakni dialektika, khususnya kekerabatan antara insan dan dunia material. Akhirnya, Marx berargumen bahwa Feueurbach*, ibarat sebagian besar filsuf, gagal untuk menekankan praxis—kegiatan praktis—khususnya, kegiatan evolusioner (Wortmann, 2007). Seperti yang dinyatakan Mrax, “Para filsuf hanya menafsirkan dunia, di dalam banyak sekali cara; padahal, yang penting ialah mengubahnya” (dikutip di dalam Tucker, 1970: 109).
Marx menyerap apa yang dianggap sebagai dua unsur yang paling penting dari kedua pemikir itu—dialektika Hegel dan materialisme* Feueurbach—dan memadukannya ke dalam orientasinya sendiri yang khas, materialisme dialektis*, yang berfokus pada hubungan-hubungan dialektis di dalam dunia material.
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Download
Biografi dan Pemikiran
1. Ludwig Feuerbach (1804-1872)
2. Georg W.F. Hegel (1770-1831 M)
3. Karl Marx
Marx* mengambil pendirian yang sangat berbeda, yang menegaskan bahwa masalah-masalah kehidupan modern sanggup diusut ke sumber-sumber material yang faktual (contohnya, struktur-struktur kapitalisme) sehingga solusi-solusinya sanggup ditemukan hanya pada penjungkirbalikan struktur-struktur itu melalui agresi kolektif oleh sejumlah besar orang (Marx dan Engels, 1845/1956:254). Sementara Hegel* “menapaki dunia dengan kepalanya” (yakni, berfokus pada kesadaran, bukan dunia material yang nyata), Marx menancapkan dengan kukuh dialektikanya di dalam landasan material.
Marx menyambut bangga kritik Feueurbach* terhadap Hegel mengenai sejumlah tuduhan (misalnya, materialismenya dan penolakannya pada keabstrakan teori Hegel), tetapi beliau tidak puas sepenuhnya dengan pendirian Feueurbach (Thopson, 1994). Untuk satu hal, Feueurbach memusatkan perhatian pada dunia agamis, sementara Marx percaya bahwa dunia merupakan dunia sosial seluruhnya, dan khususnya ekonomi, itulah yang harus dianalisis. Meskipun Marx mendapatkan materialisme Feueurbach*, beliau merasa bahwa Feueurbach telah melangkah terlalu jauh dalam memfokuskan perhatian pada dunia material dengan secara nondialektis dan satu sisi. Dalam orientasi materialismenya, Feueurbach gagal untuk meliputi sumbangan-sumbangan Hegel yang paling penting, yakni dialektika, khususnya kekerabatan antara insan dan dunia material. Akhirnya, Marx berargumen bahwa Feueurbach*, ibarat sebagian besar filsuf, gagal untuk menekankan praxis—kegiatan praktis—khususnya, kegiatan evolusioner (Wortmann, 2007). Seperti yang dinyatakan Mrax, “Para filsuf hanya menafsirkan dunia, di dalam banyak sekali cara; padahal, yang penting ialah mengubahnya” (dikutip di dalam Tucker, 1970: 109).
Marx menyerap apa yang dianggap sebagai dua unsur yang paling penting dari kedua pemikir itu—dialektika Hegel dan materialisme* Feueurbach—dan memadukannya ke dalam orientasinya sendiri yang khas, materialisme dialektis*, yang berfokus pada hubungan-hubungan dialektis di dalam dunia material.
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Download
Biografi dan Pemikiran
Baca Juga
2. Georg W.F. Hegel (1770-1831 M)
3. Karl Marx