Erich Fromm. Kebutuhan Manusia

Menurut Fromm, kebutuhan dasar insan sanggup diklasifikasikan menjadi dua bagian.
a. Kebutuhan kebebasan dan keterikatan
1) Keterhubungan (relatedness)
Keterhubungan ialah kebutuhan untuk mengatasi perasaan sendiri dan terisolasi dari lingkungan serta dirinya. Manusia selalu merasa perlu terhubung dengan orang lain. Keterhubungan itu bisa faktual kalau kekerabatan dengan orang lain didasarkan pada cinta, perhatian, tanggung jawab, penghargaan, serta pengertian. Namun, keterhubungan juga bisa bersifat negatif bilamana kekerabatan dengan orang lain didasari kepatuhan atau kekuasaan.


2) Keberakaran (rootedness)
Keberakaran ialah kebutuhan untuk mengikatkan diri dengan kehidupan. Disadari atau tidak, insan selalu perlu mempunyai ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman di segala kawasan dan kondisi di dunia. Hal ini disebabkan insan ingin tetap aktif dan kreatif menyebarkan perasaannya menjadi kepingan integral dari dunia. Manusia menjadi gila dari dunianya. Artinya, keberakaran seseorang tercerabut lantaran dua alasan. Pertama, ia direnggut dari akar-akar hubungannya oleh situasi. Kedua, pikiran dan kebebasannya sendiri justru memutus ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi serta tak berdaya.

3) Penciptaan (transcendency)
Penciptaan ialah kebutuhan untuk membuat keadaan yang membuatnya nyaman dalam menjalani kehidupan. Setiap individu menyadari betapa berpengaruh dan angker alam semesta sehingga membuatnya merasa tidak berdaya. Ia ingin mengatasi perasaan takut dan ketidakpastian dalam menghadapi kemarahan dan situasi tidak menentu pada alam semesta. Oleh lantaran itu, ia membutuhkan peningkatan diri, berjuang mengatasi sifat pasif (dikuasai alam) menjadi aktif, serta mempunyai tujuan. Ia juga perlu berubah dari makhluk ciptaan menjadi pencipta. Hanya saja, penciptaan ini mempunyai sisi faktual (menciptakan sesuatu) serta negatif (menghancurkan sesuatu).

4) Kesatuan (unity)
Kesatuan ialah kebutuhan untuk mengatasi dualisme keberadaan antara hakikat hewan dan nonbinatang di dalam diri manusia. Manusia sanggup mencapai kesatuan, yakni memperoleh kepuasan—tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri—apabila hakikat kebinatangan dan kemanusiaannya berhasil didamaikan. Caranya ialah berusaha menjadi insan seutuhnya melalui aneka macam cinta dan kolaborasi dengan orang lain.

5) Identitas (identity)
Identitas ialah kebutuhan untuk menjadi “aku”. Setiap insan selalu mengontrol nasibnya sendiri, membuat keputusan, serta merasa berkuasa penuh terhadap hidupnya. Oleh lantaran itu, ia senantiasa ingin mengidentifikasi diri di antara orang lain untuk menawarkan eksistensinya di tengah-tengah mereka.

b. Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas
1) Kerangka orientasi (frame of orientation)
Kerangka orientasi berafiliasi dengan kebutuhan seseorang pada peta mengenai dunia sosial dan alamiahnya. Tanpa peta itu, ia akan galau serta tidak bisa bertingkah laris secara konsisten. Kerangka orientasi ialah seperangkat dogma mengenai keberadaan hidup serta panduan tingkah laris yang mutlak diharapkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.

2) Kerangka kesetiaan (frame of devotion)
Kerangka kesetiaan ialah kebutuhan untuk mempunyai tujuan hidup yang mutlak. Manusia membutuhkan sesuatu yang sanggup mendapatkan seluruh pengabdiannya sehingga membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka dedikasi ialah “jalan” yang mengarahkan pencarian makna hidup sebagai dasar dari nilai-nilai sekaligus klimaks semua perjuangan.


3) Stimulasi keterangsangan (excitation stimulation)
Stimulasi keterangsangan ialah kebutuhan untuk melatih sistem saraf dan memanfaatkan kemampuan otak. Manusia membutuhkan bukan sekadar stimulus sederhana (misalnya makanan), tetapi juga stimulus yang sanggup mengaktifkan jiwa (misalnya: puisi atau aturan fisika). Stimulus yang diinginkannya tidak bersifat “remeh” dan sanggup diberikan setiap waktu, tetapi sanggup direspons secara aktif, produktif, serta berkelanjutan.

4) Keefektifan (effectivity)
Keefektifan atau efektivitas ialah kebutuhan untuk menyadari keberadaan diri melawan perasaan tidak bisa serta melatih kompetensi atau kemampuan. Kebutuhan ini didorong oleh cita-cita seseorang untuk senantiasa mempunyai hidup yang efektif, setidaknya berdasarkan dirinya sendiri.

Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta


Download

Baca Juga


Baca Juga
1. Erich Fromm. Biografi Psikolog
2. Erich Fromm. Psikososial Humanistik
3. Erich Fromm. Masyarakat dan Eksistensi Manusia
4. Erich Fromm. Eksistensi Manusia
5. Erich Fromm. Normalitas dan Kebebasan 
6. Erich Fromm. Alam Bawah Sadar Sosial

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel