Kurt Lewin. Teori Medan Kognitif
Teori medan muncul sebagai serpihan dari fondasi psikologi sosial. Teori ini ditopang oleh sekumpulan konsep yang menciptakan seseorang sanggup menggambarkan kenyataan psikologis individu yang berada dalam suatu situasi konkret. Lewin menyatakan bahwa teori medan merupakan suatu metode untuk menganalisis hubungan-hubungan kausal serta membangun konstruk-konstruk ilmiah.
Oleh alasannya ialah itu, konsep-konsep teori medan harus sanggup diterapkan dalam banyak sekali tanda-tanda psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laris bayi dan anak-anak, masa adolsen, keterbelakangan mental, dilema kelompok minoritas, perbedaan abjad nasional, serta dinamika kelompok.
Teori medan mempunyai beberapa ciri pokok. Pertama, tingkah laris merupakan fungsi dari medan yang ada pada ketika sikap itu terjadi. Kedua, situasi dipandang sebagai keseluruhan dari bagian-bagian komponen yang dipisahkan. Ketiga, orang yang konkret dalam situasi riil sanggup digambarkan secara matematis.
Struktur Kepribadian
a. Pribadi
Lewin selalu memegang berpengaruh kepercayaan bahwa langsung selalu ada dalam lingkungannya. Atau dengan kata lain, langsung tidak sanggup dilepaskan dari lingkungannya. Namun, langsung secara struktural merupakan suatu keseluruhan yang terpisah dari hal-hal lain di dunia ini. Menurut Lewin, langsung sanggup dibayangkan dengan mengendalikan sebuah area bundar (spasial) dengan batas-batas tertentu. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas bundar tersebut disebut langsung (P). adapun segala sesuatu yang terdapat di luar batas bundar disebut bukan langsung (non-P). maka, P itulah yang berdasarkan Lewin disebut pribadi.
b. Lingkungan psikologis
Selanjutnya, bayangkan sebuah area elips yang lebih besar dan melingkupi (menutupi) bundar tersebut. Area elips ini oleh Lewis disebut lingkungan psikologi pribadi. Yang ada di dalam batas elips itu disebut lingkungan psikologis (LP) sedangkan di luar batas bukanlah lingkungan psikologis (non-LP). Meskipun langsung (area lingkaran) dikelilingi oleh lingkungan psikologis (area elips), langsung bukanlah serpihan dari lingkungan tersebut. Artinya, lingkungan psikologis bukan merupakan serpihan dari langsung meskipun melingkupinya.
Sebagai catatan, baik batas bundar maupun elips sanggup ditembus. Batas itu hanya menjadi simbol pembeda antara yang “di luar” dengan “di dalam”. Karena bundar dan elips sanggup ditembus, maka hal tersebut menjadi fakta bahwa lingkungan psikologis sanggup memengaruhi pribadi. Secara matematis, hal tersebut sanggup dituliskan sebagai P = f (LP). Artinya, langsung sama dengan fungsi dari lingkungan psikologis. Secara matematis, hal itu ditulis sebagai LP = f (P) yang berarti lingkungan psikologis sama dengan fungsi pribadi.
c. Ruang hidup
Ruang hidup—atau disebut juga medan psikologis—adalah keseluruhan (totalitas) situasi (realitas) psikologis yang berisi semua fakta yang sanggup memengaruhi tingkah laris individu pada suatu waktu. Dengan kata lain, ruang hidup merupakan hasil interaksi antara langsung (P) dengan lingkungan psikologis (LP). Dalam hal ini, tingkah laris (TL) ialah fungsi dari ruang hidup (RH). Secara matematis, sanggup dituliskan TL = f (RH), yaitu tingkah laris sama dengan fungsi ruang.
Penggambaran ruang hidup (interaksi langsung dengan lingkungan psikologisnya) tidak cukup menggambarkan kenyataan sebenarnya. Sebab, baik langsung maupun lingkungan psikologis bukan kesatuan mutlak, tetapi mempunyai diferensiasi (perbedaan). Ada dua aspek diferensiasi dalam ruang hidup, yaitu diferensiasi langsung dan lingkungan psikologis. Diferensiasi ini ditunjukkan oleh garis-garis batas antardaerah, yakni bundar dan elips.
Diferensiasi langsung dikelilingi oleh diferensiasi lingkungan psikologis di mana satu sama lain saling membatasi diri. Akan tetapi, batas-batas ini bukan tidak sanggup ditembus hingga menciptakan langsung dan lingkungan psikologis menjadi berdiri sendiri dan tidak berhubungan. Batas-batas tersebut sanggup ditembus alasannya ialah diferensiasi langsung dan lingkungan psikologis saling bekerjasama dan bergantung.
Ruang hidup mempunyai banyak tempat yang ditentukan oleh banyak sekali faktor psikologis yang ada pada suatu waktu. Apabila kenyataan pada langsung itu hanya satu macam—misalnya lapar—maka hanya ada satu tempat dalam ruang hidup. Akan tetapi, bila rasa lapar itu terjadi alasannya ialah membajak sawah, maka ada dua tempat di dalam ruang hidup. Lewin mengatakan bahwa ruang hidup sanggup digambarkan sebagai medan yang daerah-daerahnya relatif sedikit dan kurang terang perbedaannya satu sama lain.
Ruang hidup mempunyai dua dimensi. Pertama, dimensi waktu. Dimensi ini bekerjasama dengan waktu kini yang sesuai dengan prinsip kekinian. Menurut prinsip kekinian, masa lampau dan masa depan tidak memengaruhi tingkah laris yang terjadi ketika ini. Namun demikian, sikap, perasaan, dan pikiran mengenai masa lampau dan masa depan tetap memengaruhi tingkah laris ketika ini. Oleh alasannya ialah itu, masa kini juga harus “memuat” masa lampau dan masa depan. Kedua, dimensi realitas-irealitas. Dimensi realitas berisikan fakta konkret sedangkan irealitas terdiri dari fakta khayal. Di antara dua dimensi ekstrem tersebut terdapat banyak sekali taraf. Misalnya, suatu perbuatan lebih baik dilakukan (fakta aktual) daripada hanya dibicarakan (fakta khayal). Atau untuk mencapai impian (fakta khayal). Atau untuk mencapai impian (fakta khayal) harus dimulai dengan mengerjakan hal-hal tertentu sekalipun sedikit (fakta aktual).
Keterikatan antara fakta konkret dan khayal dalam teladan tersebut membuktikan bahwa dimensi realitas dan irealitas saling berhubungan. Di sinilah kemudian muncul konsep lokomosi dan komunikasi. Kedua konsep itu (lokomosi dan komunikasi) disebut peristiwa-peristiwa alasannya ialah keduanya merupakan hasil interaksi antara fakta konkret dan khayal. Fakta direpresentasikan oleh suatu tempat di dalam ruang hidup. Dengan demikian, sebuah insiden merupakan suatu interaksi antara dua tempat atau lebih.
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
1. Kurt Lewin. Biografi Psikolog
2. Kurt Lewin. Dinamika Kepribadian
Teori medan mempunyai beberapa ciri pokok. Pertama, tingkah laris merupakan fungsi dari medan yang ada pada ketika sikap itu terjadi. Kedua, situasi dipandang sebagai keseluruhan dari bagian-bagian komponen yang dipisahkan. Ketiga, orang yang konkret dalam situasi riil sanggup digambarkan secara matematis.
Struktur Kepribadian
a. Pribadi
Lewin selalu memegang berpengaruh kepercayaan bahwa langsung selalu ada dalam lingkungannya. Atau dengan kata lain, langsung tidak sanggup dilepaskan dari lingkungannya. Namun, langsung secara struktural merupakan suatu keseluruhan yang terpisah dari hal-hal lain di dunia ini. Menurut Lewin, langsung sanggup dibayangkan dengan mengendalikan sebuah area bundar (spasial) dengan batas-batas tertentu. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas bundar tersebut disebut langsung (P). adapun segala sesuatu yang terdapat di luar batas bundar disebut bukan langsung (non-P). maka, P itulah yang berdasarkan Lewin disebut pribadi.
b. Lingkungan psikologis
Selanjutnya, bayangkan sebuah area elips yang lebih besar dan melingkupi (menutupi) bundar tersebut. Area elips ini oleh Lewis disebut lingkungan psikologi pribadi. Yang ada di dalam batas elips itu disebut lingkungan psikologis (LP) sedangkan di luar batas bukanlah lingkungan psikologis (non-LP). Meskipun langsung (area lingkaran) dikelilingi oleh lingkungan psikologis (area elips), langsung bukanlah serpihan dari lingkungan tersebut. Artinya, lingkungan psikologis bukan merupakan serpihan dari langsung meskipun melingkupinya.
Sebagai catatan, baik batas bundar maupun elips sanggup ditembus. Batas itu hanya menjadi simbol pembeda antara yang “di luar” dengan “di dalam”. Karena bundar dan elips sanggup ditembus, maka hal tersebut menjadi fakta bahwa lingkungan psikologis sanggup memengaruhi pribadi. Secara matematis, hal tersebut sanggup dituliskan sebagai P = f (LP). Artinya, langsung sama dengan fungsi dari lingkungan psikologis. Secara matematis, hal itu ditulis sebagai LP = f (P) yang berarti lingkungan psikologis sama dengan fungsi pribadi.
c. Ruang hidup
Ruang hidup—atau disebut juga medan psikologis—adalah keseluruhan (totalitas) situasi (realitas) psikologis yang berisi semua fakta yang sanggup memengaruhi tingkah laris individu pada suatu waktu. Dengan kata lain, ruang hidup merupakan hasil interaksi antara langsung (P) dengan lingkungan psikologis (LP). Dalam hal ini, tingkah laris (TL) ialah fungsi dari ruang hidup (RH). Secara matematis, sanggup dituliskan TL = f (RH), yaitu tingkah laris sama dengan fungsi ruang.
Penggambaran ruang hidup (interaksi langsung dengan lingkungan psikologisnya) tidak cukup menggambarkan kenyataan sebenarnya. Sebab, baik langsung maupun lingkungan psikologis bukan kesatuan mutlak, tetapi mempunyai diferensiasi (perbedaan). Ada dua aspek diferensiasi dalam ruang hidup, yaitu diferensiasi langsung dan lingkungan psikologis. Diferensiasi ini ditunjukkan oleh garis-garis batas antardaerah, yakni bundar dan elips.
Diferensiasi langsung dikelilingi oleh diferensiasi lingkungan psikologis di mana satu sama lain saling membatasi diri. Akan tetapi, batas-batas ini bukan tidak sanggup ditembus hingga menciptakan langsung dan lingkungan psikologis menjadi berdiri sendiri dan tidak berhubungan. Batas-batas tersebut sanggup ditembus alasannya ialah diferensiasi langsung dan lingkungan psikologis saling bekerjasama dan bergantung.
Ruang hidup mempunyai banyak tempat yang ditentukan oleh banyak sekali faktor psikologis yang ada pada suatu waktu. Apabila kenyataan pada langsung itu hanya satu macam—misalnya lapar—maka hanya ada satu tempat dalam ruang hidup. Akan tetapi, bila rasa lapar itu terjadi alasannya ialah membajak sawah, maka ada dua tempat di dalam ruang hidup. Lewin mengatakan bahwa ruang hidup sanggup digambarkan sebagai medan yang daerah-daerahnya relatif sedikit dan kurang terang perbedaannya satu sama lain.
Ruang hidup mempunyai dua dimensi. Pertama, dimensi waktu. Dimensi ini bekerjasama dengan waktu kini yang sesuai dengan prinsip kekinian. Menurut prinsip kekinian, masa lampau dan masa depan tidak memengaruhi tingkah laris yang terjadi ketika ini. Namun demikian, sikap, perasaan, dan pikiran mengenai masa lampau dan masa depan tetap memengaruhi tingkah laris ketika ini. Oleh alasannya ialah itu, masa kini juga harus “memuat” masa lampau dan masa depan. Kedua, dimensi realitas-irealitas. Dimensi realitas berisikan fakta konkret sedangkan irealitas terdiri dari fakta khayal. Di antara dua dimensi ekstrem tersebut terdapat banyak sekali taraf. Misalnya, suatu perbuatan lebih baik dilakukan (fakta aktual) daripada hanya dibicarakan (fakta khayal). Atau untuk mencapai impian (fakta khayal). Atau untuk mencapai impian (fakta khayal) harus dimulai dengan mengerjakan hal-hal tertentu sekalipun sedikit (fakta aktual).
Keterikatan antara fakta konkret dan khayal dalam teladan tersebut membuktikan bahwa dimensi realitas dan irealitas saling berhubungan. Di sinilah kemudian muncul konsep lokomosi dan komunikasi. Kedua konsep itu (lokomosi dan komunikasi) disebut peristiwa-peristiwa alasannya ialah keduanya merupakan hasil interaksi antara fakta konkret dan khayal. Fakta direpresentasikan oleh suatu tempat di dalam ruang hidup. Dengan demikian, sebuah insiden merupakan suatu interaksi antara dua tempat atau lebih.
Sumber
Irawan, Eka Nova. 2015. Pemikiran Tokoh-tokoh Psikologi; dari Klasik hingga Modern. IrcisoD. Yogyakarta
Download
Baca Juga
Baca Juga
1. Kurt Lewin. Biografi Psikolog
2. Kurt Lewin. Dinamika Kepribadian