Pembelajaran Berbasis Dilema (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis duduk kasus (PBL) akan sanggup membantu penerima didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar berdikari (Arends, 2007).
Pembelajaran Problem-based Learning (PBL) membahas situasi kehidupan yang ada di sekitar dengan penyelesaian yang tidak sederhana. Peran guru dalam PBL yaitu menyodorkan banyak sekali duduk kasus autentik atau memfasilitasi penerima didik untuk mengidentifikasi permasalahan autentik, memfasilitasi penyelidikan, dan mendukung pembelajaran yang dilakukan oleh penerima didik.

Pembelajaran berbasis duduk kasus didasarkan atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget* dan Vygotsky* (konstruktivisme). Tahap pertama yang perlu dilakukan dalam pembelajaran yaitu memotivasi penerima didik untuk terlibat dalam kegiatan penyelesaian duduk kasus sehingga mereka akan bertindak aktif membangun pengetahuannya. Sintaks model pembelajaran berbasis duduk kasus yaitu sebagai berikut.

Problem-based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh penerima didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan harus dipecahkan dengan menerapkan banyak sekali konsep dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum mata pelajaran. Sebuah permasalahan pada umumnya diselesaikan dalam beberapa kali pertemuan alasannya merupakan permasalahan multikonsep, bahkan sanggup merupakan duduk kasus multidisiplin ilmu. Model pembelajaran ini sempurna dipakai pada kelas yang kreatif, penerima didik yang berpotensi akademik tinggi, namun kurang cocok diterapkan pada penerima didik yang perlu bimbingan tutorial. Model ini sangat berpotensi untuk mengembangkan kemandirian penerima didik melalui pemecahan duduk kasus yang bermakna bagi kehidupan siswa. Aktivitas pembelajaran berbasis duduk kasus pada umumnya mengikuti rujukan sebagai berikut.
Salah satu variasi tahapan pelaksanaan PBL yaitu sebagai berikut
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi penerima didik untuk terlibat dalam acara pemecahan duduk kasus yang dipilih.
b. Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mekanisme yang harus dilakukan, dan memotivasi penerima didik semoga terlibat dalam acara pemecahan duduk kasus yang dipilih.
c. Guru membantu penerima didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan kiprah berguru yang berafiliasi dengan duduk kasus tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain)
d. Guru mendorong penerima didik untuk mengumpulkan isu yang sesuai, eksperimen untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
e. Guru membantu penerima didik dalam merencanakan karya yang sesuai ibarat laporan dan membantu mereka membuatkan kiprah dengan temannya.
f. Guru membantu penerima didik untuk melaksanakan refleksi atau penilaian terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Variasi tahapan PBL yang dikembangkan oleh Moust dan kawan-kawan adalah:
a. Mengklarifikasi konsep yang belum jelas
b. Mendefinisikan permasalahan
c. Menganalisis permasalahan
d. Diskusi
e. Merumuskan tujuan belajar
f. Belajar mandiri
g. Evaluasi

David dkk. (1999) mengembangkan variasi lain dari PBL yang ibarat dengan desain Moust dan kawan-kawan, yakni seven jumps dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Klarifikasi kata/istilah yang tidak dipahami
b. Merumuskan permasalahan
c. Curah pendapat wacana hipotesis atau penjelasan yang mungkin
d. Penataan hipotesis
e. Penetapan tujuan pembelajaran
f. Pengumpulan isu dan berguru mandiri/belajar bebas
g. Berbagi isu dan diskusi hasil berguru mandiri

Seven jumps bermanfaat untuk acara pembelajaran yang berbasis duduk kasus (problem-based learning). Peserta didik diajak secara sedikit demi sedikit dan sistematis menggali, mengolah, dan menggodok duduk kasus (dalam bentuk skenario) yang diberikan kepada mereka. Masalah dalam skenario dibutuhkan bisa memicu dan memacu kemampuan berpikir analitis, aktif, sekaligus melaksanakan pembelajaran secara kreatif (creative learning), dan berguru bekerja sama (collaborative learning). Pada tahap awal, penerima didik harus mempunyai persepsi dan pengertian yang sama atas permasalahan yang dihadapi, yaitu dengan melaksanakan penjelasan atas istilah, jargon atau pernyataan-pernyataan yang ada pada skenario.

Baca Juga

Selanjutnya, sesuai dengan langkah-langkah 2 s.d. 5, penerima didik berguru menyusun hipotesis atau skenario yang ada dan berusaha untuk menerangkan dan menuntaskan hipotesis yang dibuatnya melalui strategi-strategi yang dipilih. Biasanya acara pembelajaran dilaksanakan melalui dua sesi tutorial, yakni: sesi pertama meliputi langkah 1 hingga 5 dan sesi kedua meliputi langkah 6 hingga 7.

Contoh tugas-tugas yang sanggup diselesaikan melalui pembelajaran berbasis masalah, di antaranya:
1) Mengatasi duduk kasus pencemaran air di lingkungan sekitar yang mengganggu sawah masyarakat
2) Menyelidiki fenomena lumpur Lapindo dan mengusulkan penyelesaian duduk kasus yang mungkin diterapkan (khusus untuk sekolah di wilayah Jawa Timur sekitar tragedi Lapindo)
3) Mempelajari fenomena terjadinya tawuran siswa sekolah dan upaya mengatasinya
4) Menganalisis permasalahan banjir di sebuah kota dan mengajukan solusi yang relevan
5) Menyelidiki faktor-faktor penyebab menyebarnya sebuah penyakit dan upaya penanggulangannya
6) Mengembangkan pupuk organik dari materi alam yang tersedia di lingkungan sekitar untuk mengatasi kesulitan petani lokal dalam merawat tanaman padi

Sumber
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta


Download

Baca Juga
1. Model Pembelajaran
2. Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
3. Model Pembelajaran Bermain Peran
4. Model Pembelajaran Induktif
5. Model Pembelajaran Perolehan Konsep
6. Model Pembelajaran Inkuiri Ilmiah
7. Model Pembelajaran Latihan Inkuiri
8. Model Pembelajaran Ingatan (Memory)
9. Model Pembelajaran Sinektik
10. Model Pembelajaran Advance Organizer
11. Model Pembelajaran Tanpa Arahan (nondirective)
12. Model Pembelajaran Langsung (Direct instruction)
13. Model Pembelajaran Simulasi
14. Model Pembelajaran Inkuiri Yurisprudensi (Yurisprudential Inquiry)
15. Model Pembelajaran Kooperatif

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel