Anaxagoras. Fatwa Mengenai Nus
Ketika mempelajari pandangan Empedokles, kita sudah mendengar bahwa filsuf itu mendapatkan dua prinsip, "Cinta" dan "Benci", yang mengakibatkan perubahan-perubahan pada keempat anasir. Anaxagoras mendapatkan satu prinsip saja yang mengakibatkan benih-benih menjadi kosmos. Kepada prinsip ini diberi nama nus yang berarti "roh" atau "rasio". Anaxagoras menyampaikan bahwa nus tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Dengan kata lain, perihal nus dilarang dikatakan "semuanya terdapat dalam semuanya". Nus itu mengenal segala sesuatu dan menguasai segala sesuatu.
Sudah dalam tradisi Yunani dikemukakan bahwa Anaxagoras, alasannya yakni ajarannya perihal nus, untuk pertama kalinya dalam filsafat membedakan "yang rohani" dengan "yang jasmani". Pun dalam beberapa uraian modern perihal sejarah filsafat sanggup kita baca begitu. Tetapi ada sejarawan-sejarawan lain yang mengetengahkan bahwa Anaxagoras juga menyampaikan bahwa nus merupakan unsur yang paling halus (leptos) dan paling murni (katharos) dari semua hal yang ada. Jadi, ia masih berbicara perihal nus dengan mempergunakan istilah-istilah yang berdasarkan artinya yang biasa digunakan mengenai materi. Barangkali kita boleh mengikuti anggapan E. Zeller yang beropini bahwa Anaxagoras sungguh pun bermaksud menunjukkan sesuatu yang bersifat jasmani, tetapi tidak berhasil mengistilahkan maksudnya.
Kami tidak akan menguraikan panjang lebar cara Anaxagoras mengartikan susunan kosmos dengan mempergunakan nus sebagai prinsip yang membangkitkan gerak. Kosmologinya seolah-olah dengan anggapan filsuf-filsuf pertama dari Ionia, Anaximenes pada khususnya. Kami hanya menyebut dua pokok fatwa saja. Anaxagoras beropini bahwa badan-badan jagat raya merupakan batu-batu yang menjadi pijar, jawaban kecepatan tinggi dari pusaran angin yang menggerakkannya. Dalam riwayat hidup Anaxagoras kita sudah melihat bahwa pendirian ini dijadikan tuduhan di depan pengadilan. Mungkin pendiriannya dipengaruhi oleh jatuhnya meteorit raksasa di Aigospotamoi pada tahun 468/7 SM. Kejadian ini mengakibatkan kesan mendalam di dunia Yunani, sebagaimana faktual dalam banyak kesaksian pada waktu itu.
Pokok fatwa yang kedua dari kosmologi Anaxagoras yang boleh disebut di sini sebagai berikut. Anaxagoras yakni filsuf pertama yang membedakan secara terang makhluk-makhluk yang hidup dengan makhluk-makhluk yang tidak hidup. Nus memang menguasai segala-galanya, tetapi nus tidak ada dalam makhluk-makhluk yang tidak hidup, sedangkan dalam makhluk-makhluk yang hidup (termasuk juga tumbuh-tumbuh) nus ada.
Seperti Empedokles* sebelumnya, Anaxagoras juga berbicara perihal pengenalan. Tetapi Anaxagoras tidak oke dengan Empedokles* bahwa yang sama mengenal yang sama. Sebaliknya, berdasarkan beliau yang berlawanan mengenal yang berlawanan. Alasannya ialah bahwa pengenalan inderawi sering kali disertai dengan nyeri (misalnya jikalau tangan meraba air panas atau mata melihat terang yang bercahaya keras).
Download di Sini
Sumber.
Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius. Yogyakarta
Baca Juga
1. Anaxagoras. Biografi
2. Anaxagoras. Ajaran Mengenai Benih-benih
Sudah dalam tradisi Yunani dikemukakan bahwa Anaxagoras, alasannya yakni ajarannya perihal nus, untuk pertama kalinya dalam filsafat membedakan "yang rohani" dengan "yang jasmani". Pun dalam beberapa uraian modern perihal sejarah filsafat sanggup kita baca begitu. Tetapi ada sejarawan-sejarawan lain yang mengetengahkan bahwa Anaxagoras juga menyampaikan bahwa nus merupakan unsur yang paling halus (leptos) dan paling murni (katharos) dari semua hal yang ada. Jadi, ia masih berbicara perihal nus dengan mempergunakan istilah-istilah yang berdasarkan artinya yang biasa digunakan mengenai materi. Barangkali kita boleh mengikuti anggapan E. Zeller yang beropini bahwa Anaxagoras sungguh pun bermaksud menunjukkan sesuatu yang bersifat jasmani, tetapi tidak berhasil mengistilahkan maksudnya.
Kami tidak akan menguraikan panjang lebar cara Anaxagoras mengartikan susunan kosmos dengan mempergunakan nus sebagai prinsip yang membangkitkan gerak. Kosmologinya seolah-olah dengan anggapan filsuf-filsuf pertama dari Ionia, Anaximenes pada khususnya. Kami hanya menyebut dua pokok fatwa saja. Anaxagoras beropini bahwa badan-badan jagat raya merupakan batu-batu yang menjadi pijar, jawaban kecepatan tinggi dari pusaran angin yang menggerakkannya. Dalam riwayat hidup Anaxagoras kita sudah melihat bahwa pendirian ini dijadikan tuduhan di depan pengadilan. Mungkin pendiriannya dipengaruhi oleh jatuhnya meteorit raksasa di Aigospotamoi pada tahun 468/7 SM. Kejadian ini mengakibatkan kesan mendalam di dunia Yunani, sebagaimana faktual dalam banyak kesaksian pada waktu itu.
Pokok fatwa yang kedua dari kosmologi Anaxagoras yang boleh disebut di sini sebagai berikut. Anaxagoras yakni filsuf pertama yang membedakan secara terang makhluk-makhluk yang hidup dengan makhluk-makhluk yang tidak hidup. Nus memang menguasai segala-galanya, tetapi nus tidak ada dalam makhluk-makhluk yang tidak hidup, sedangkan dalam makhluk-makhluk yang hidup (termasuk juga tumbuh-tumbuh) nus ada.
Seperti Empedokles* sebelumnya, Anaxagoras juga berbicara perihal pengenalan. Tetapi Anaxagoras tidak oke dengan Empedokles* bahwa yang sama mengenal yang sama. Sebaliknya, berdasarkan beliau yang berlawanan mengenal yang berlawanan. Alasannya ialah bahwa pengenalan inderawi sering kali disertai dengan nyeri (misalnya jikalau tangan meraba air panas atau mata melihat terang yang bercahaya keras).
Download di Sini
Baca Juga
Sumber.
Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius. Yogyakarta
Baca Juga
1. Anaxagoras. Biografi
2. Anaxagoras. Ajaran Mengenai Benih-benih