Anthony Giddens. Juggernaut Modernitas

“Sebuah mesin tidak terkendali dengan kekuatan yang sangat besar, secara kolektif sebagai umat manusia, sanggup kita kendarai sampai tingkat tertentu, tetapi juga mengancam bergerak cepat di luar kendali kita dan memecah dirinya sendiri sampai hancur remuk. Juggernaut menghancurkan orang-orang yang melawannya, dan sementara kadang kala ia tampak memiliki jalan yang mantap, ada masa-masa dikala ia membelok menjauh tidak menentu ke arah yang tidak sanggup kita ramalkan. Perjalanan tidak seluruhnya nyaris tidak menyenangkan atau tidak memiliki imbalan, malah sering sanggup menggembirakan dan berisi antisipasi penuh harapan. Tetapi, selama lembaga-lembaga modernitas lestari, kita tidak akan pernah bisa mengendalikan secara lengkap baik jalur maupun perjalanannya. Sebaliknya, kita tidak akan pernah merasa kondusif sepenuhnya, alasannya tempat di sepanjang lintasannya penuh dengan resiko dengan kosekuensi yang tinggi” (Giddens, 1990:139)

Modernitas di dalam bentuk sebuah juggernaut sangat dinamis, ia yaitu “dunia yang tidak terkendalikan” dengan peningkatan yang besar di dalam kecepatan, ruang lingkup, dan kemendalaman perubahan melebihi sistem-sistem sebelumnya. Gidden* menambahkan bahwa juggernaut ini tidak mengikuti sebuah jalur tunggal, ia bukan suatu potongan melainkan ia terbuat dari sejumlah bab yang berkonflik dan bertentangan. Oleh alasannya itu, Gidden* menyampaikan kepada kita bahwa ia tidak sedang memperlihatkan suatu teori besar bergaya lama, atau setidaknya bukan suatu narasi besar sederhana yang satu arah.


Ide mengenai sebuah juggernaut sangat cocok dengan teori strukturasi, khususnya dengan pentingnya waktu dan ruang di dalam teori tersebut. Citra juggernaut yaitu sesuatu yang sedang bergerak melalui waktu dan di atas ruang fisik. Akan tetapi, gambaran itu tidak begitu cocok dengan pemfokusan Giddens* pada kekuatan sang agen, gambaran sebuah juggernaut tampak memberi prosedur modern ini kekuasaan yang jauh lebih banyak daripada yang diberikan kepada distributor yang mengemudikannya. Masalah tersebut konsisten dengan kritik yang lebih umum bahwa ada suatu pemisahan di antara pemfokusan pada agensi di dalam karya teoritis murni Giddens* dan analisa historis substantif yang “menunjukkan dominannya tendensi-tendensi sistem melawan kemampuan kita untuk mengubah dunia”

Modernitas dan Konsekuensi-konsekuensinya
Giddens* mendefinisikan modernitas dari segi empat forum dasar, Pertama ialah kapitalisme yang dicirikan oleh produksi komoditas, kepemilikan pribadi atas modal, buruh upahan yang tidak punya harta benda, dan suatu sistem kelas yang berasal dari karakteristik-karakteristik tersebut. Kedua ialah industrialisme, yang melibatkan penggunaan sumber-sumber tenaga tidak berjiwa dan peralatan mesin untuk menghasilkan barang-barang. Industrialisme tidak terbatas pada tempat kerja, namun turut menghipnotis latar-latar yang lainya, transportasi, komunikasi dan kehidupan domestik. Ketiga, kemampuan pengawasan, "pengawasan mengacu pada pengawasan kegiatan-kegiatan populasi subjek di dalam lingkungan politis". Keempat ialah kekuasaan militer, atau pengendalian atas alat-alat kekerasan, termasuk industrialisasi perang.

Modernitas diberi dinamisme oleh tiga aspek esensial teori strukurasi Giddens*, yaitu penjarakan, pelepasan, dan refleksivitas. Yang pertama yaitu pemisahan waktu dan ruang, atau penjarakan. Dalam masyarakat-masyarakat pramodern waktu selalu dihubungkan dengan ruang dan pengukuran waktu tidak saksama. Dengan modernisasi, waktu distandarkan dan pertautan yang rapat antara waktu dan ruang dipecahkan. Dalam arti ini, baik ruang maupun waktu "dikosongkan" dari isi, tidak ada waktu dan ruang yang khusus yang istimewa, mereka menjadi bentuk-bentuk yang murni. Di dalam masyarakat-masyarakat pramodern, ruang didefinisikan sebagian besar oleh kehadiran fisik dan oleh alasannya itu ruang-ruang dilokalkan. Dengan datangnya modernitas, ruang semakin terkoyak dari tempat. Hubungan dengan orang-orang bolos secara fisik dan semakin jauh semakin memungkinkan. Bagi Giddens*, tempat telah menjadi semakin "fatasmorganik", yakni lokal-lokal sanggup diterobos oleh dan dibuat dari segi pengaruh-pengaruh sosial yang sama sekali jauh dari mereka.

Penjarakan ruang dan waktu penting bagi modernitas alasannya beberapa alasan. Pertama, ia memungkinkan pertumbuhan organisasi-organisasi yang dirasionalisasi menyerupai birokrasi dan negara-bangsa, dengan dinamisme alaminya dan kemampuan mereka untuk berafiliasi dengan domain-domain lokal dan global. Kedua, dunia modern diposisikan di dalam suatu pengertian radikal atas sejarah dunia, dan ia bisa mempergunakan sejarah untuk membentuk masa kini. Ketiga, penjarakan demikian yaitu suatu prasyarat utama untuk sumber dinamisme kedua yang disebut Giddens* di dalam modernitas sebagai pencerabutan.

Sebagaimana didefinisikan Giddens*, pencerabutan mencakup "pencabutan relasi-relasi sosial dari konteks-konteks lokal interaksi dan penyusunannya kembali lintas rentang waktu yang tidak terbatas". Ada dua tipe prosedur pencerabutan yang memainkan tugas kunci di dalam masyarakat modern, di mana keduanya sanggup di masukan di bawah judul "sistem-sistem abstrak". Yang pertama ialah gejala simbolik, yang paling populer ialah uang. Uang memungkinkan penjarakan waktu-ruang, di mana kita bisa terlibat di dalam transaksi-transaksi dengan orang lain yang terpisah secara luas dari kita oleh waktu dan ruang. Kedua ialah sistem-sistem ahli, didefinisikan sebagai "sistem-sistem prestasi teknis atau keahlian profesional yang mengorganisasi wilayah-wilayah besar lingkungan material dan sosial tempat kita hidup di masa kini". Sistem-sistem jago yang paling terperinci mencakup kaum profesional menyerupai jago aturan dan dokter, tetapi fenomena sehari-hari menyerupai kendaraan beroda empat dan rumah kita diciptakan dan dipengaruhi oleh sistem-sistem ahli. Sistem-sistem jago menyampaikan jaminan kinerja lintas waktu dan ruang.

Kepercayaan sangat penting di dalam masyarakat modern yang didominasi oleh sistem-sistem abnormal dan dengan penjarakan waktu dan ruang yang besar. Kebutuhan untuk kepercayaan berkaitan dengan penjarakan tersebut, "kita tidak perlu mempercayai seseorang yang terus-menerus kita lihat dan kegiatan-kegiatannya sanggup diawasi secara langsung". Kepercayaan menjadi perlu ketika, sebagai hasil penjarakan yang meningkat dari segi waktu dan tempat, kita tidak lagi memiliki informasi yang penuh perihal fenomena sosial. Kepercayaan didefinisikan "sebagai keyakinan pada keterandalan seseorang atau sistem, mengenai sekumpulan hasil atau insiden tertentu, dikala keyakinan itu mengungkapkan suatu dogma pada kejujuran atau cinta orang lain, atau di dalam ketepatan prinsip-prinsip abnormal (pengetahuan teknologis). Kepercayaan sangat penting bukan hanya pada masyarakat modern pada umumnya, tetapi juga pada gejala simbolik dan sistem-sistem jago yang membantu mencerabut kehidupan di dunia modern. Misalnya, biar ekonomi modern dan sistem aturan bekerja, orang harus percaya padanya.

Karakteristik dinamis ketiga modernitas ialah refleksivitasnya. Refleksivitas yaitu suatu ciri mendasar teori strukturasi Giddens* (dan juga teori mengenai eksistensi manusia, berdasarkan pandangannya), tetapi ia mengambil makna istimewa di dalam modernitas, yaitu "praktik-praktik sosial terus menerus diperiksa dan diperbaharui dalam kerangka informasi yang gres masuk perihal hal-hal yang sangat praktis, dengan demikian mengubah secara konstitutif abjad mereka". Segala sesuatu terbuka untuk refleksi di dalam dunia modern, termasuk refleksi itu sendiri, yang meninggalkan kita dengan suatu rasa ketidakpastian yang meresap. Selanjutnya, problem hermeneutika ganda berulang di sini alasannya refleksi para jago mengenai dunia sosial cenderung mengubah dunia itu.

Sifat tercerabut kehidupan modern memunculkan sejumlah gosip khas. Salah satunya ialah kebutuhan akan kepercayaan pada sistem-sistem abnormal pada umumnya, dan sistem-sistem jago pada khususnya. Di dalam salah satu kiasannya yang lebih sanggup dipertanyakan, Giddens* melihat bawah umur sedang "disuntik" dengan suatu "dosis" kepercayaan selama sosialisasi masa kanak-kanak. Aspek sosialisasi tersebut membantu melengkapi orang dengan suatu "kepompong pelindung", yang sewaktu mereka matang memasuki masa dewasa, membantu memberi mereka suatu takaran rasa kondusif ontologis dan kepercayaan. Kepercayaan tersebut cenderung ditunjang oleh serangkaian rutinitas yang kita jumpai berbasis hari demi hari.

Akan tetapi, ada resiko gres dan berbahaya terkait dengan modernitas yang selalu membahayakan kepercayaan kita dan mengancam menyebabkan rasa tidak nyaman ontologis yang meresap. Seperti dilihat Giddens*, sementara mekanisme-mekanisme pencerabut telah memberi kita rasa kondusif dalam banyak sekali wilayah, mereka juga membuat suatu "profil resiko" yang khas. Resiko bersifat global di dalam intensitas (perang nuklir sanggup membunuh kita semua) dan di dalam perluasan peristiwa-peristiwa kontingen yang menghipnotis sejumlah besar orang di seluruh dunia (contohnya, perubahan-perubahan di dalam pembagian kerja di seluruh dunia). Kemudian ada resiko-resiko yang sanggup dilacak kembali kepada usaha-usaha kita untuk mengelola lingkungan material kita. Resiko-resiko juga berasal dari penciptaan lingkungan-lingkungan resiko kelembagaan menyerupai pasar-pasar investasi global. Orang semakin sadar atas resiko-resiko, dan agama serta adab kebiasaan semakin kurang penting sebagai cara-cara untuk mempercayai bahwa resiko-resiko tersebut sanggup kita hadapi. Akhirnya, ada suatu kesadaran yang menyakitkan bahwa sistem-sistem jago terbatas kemampuannya untuk menangani resiko-resiko tersebut. Resiko-resiko itulah yang memberi modernitas perasaan akan juggernaut tidak terkendali dan mengisi kita dengan ketidaknyamanan ontologis.

Apa yang sudah terjadi? mengapa kita sedang menderita konsekuensi-konsekuensi negatif dengan menaiki juggernaut modernitas? Giddens* menyarankan beberapa alasan. Yang pertama ialah kesalahan rancangan di dalam dunia modern, orang-orang yang merancang unsur-unsur dunia modern membuat kekeliruan-kekeliruan. Kedua, kegagalan operator, problem tersebut sanggup dilacak bukan kepada para perancang tetapi kepada siapa yang menjalankan dunia modern. Akan tetapi, Giddens* memberi arti penting yang pertama kepada dua faktor lainnya, konsekuensi-konsekuensi tidak sengaja dan refleksivitas pengetahuan sosial. Yakni, konsekuensi-konsekuensi tindakan untuk suatu sistem yang tidak pernah sanggup diramalkan sepenuhnya, dan pengetahuan gres terus-menerus mengirim sistem-sistem ke arah-arah yang baru. Karena semua alasan tersebut, kita tidak sanggup mengendalikan secara lengkap sang juggernaut, dunia modern.


Akan tetapi, daripada menyerah, Giddens* menyarankan arah yang sepertinya paradoksal yaitu realisme utopis. Yakni, ia mengusahakan suatu keseimbangan antara citra-citra utopis dan realitas-realitas kehidupan di dunia modern. Ia juga menyampaikan arti penting kepada tugas yang sanggup dimainkan gerakan-gerakan sosial dalam menangani beberapa resiko dunia modern dan mengarahkan kita menuju suatu masyarakat tempat resiko-resiko tersebut sanggup dikurangi.

Usaha Giddens* menemukan pendirian politis kompromis terwujud di dalam judul buku-bukunya yang belakangan, Beyond left and right: The Future of Radical Politics. Karena pendirian-pendirian politis yang ada hampir mati, Giddens mengusulkan "politik radikal" yang direkonturksi berdasarkan realisme utopis dan diorientasikan kepada pembahasan masalah-masalah kemiskinan, degradasi lingkungan, kekuasaan dan kekuatan otoriter serta kekerasan dalam kehidupan sosial. Pendirian politis Giddens* mencakup sebuah penerimaan setidaknya beberapa aspek kapitalisme (misal, pasar) dan penolakan banyak aspek sosialisme (misal, subjek revolusioner). Dengan demikian Giddens* telah menentukan berusaha menyelamatkan keadaan genting politis yang sangat sempit dan sulit.

Berdasarkan pandangan-pandangan pada modernitas itu, di mana Giddens* bangkit pada posmodernitas? untuk suatu hal, ia menolak sebagian besar, atau bukan semuanya, ajaran-ajaran yang biasanya dihubungkan dengan posmodernisme. Contohnya, pandangan gres bahwa pengetahuan sistematis mustahil, Giddens* menyampaikan bahwa pandangan demikian akan membawa kita "menyangkal aktivitas intelektual sama sekali". Akan tetapi, meskipun ia melihat kita hidup di dalam suatu kala modernitas tinggi, Giddens* percaya kini dimungkinkan bagi kita untuk memperoleh pandangan sekilas atas posmodernitas. Dunia yang demikian dalam pandangannya, akan dicirikan oleh sistem pascakelangkaan, demokratisasi banyak lapis yang semakin meningkat, demiliterisasi, dan humanisasi teknologi. Akan tetapi, jelaslah tidak ada jaminan bahwa dunia akan bergerak ke arah berapa, untuk menyampaikan tidak sama sekali, karakteristik posmodern itu. Namun, secara refleksif, Giddens percaya bahwa di dalam menulis perihal insiden demikian yang mungkin terjadi ia (dan juga orang lain) sanggup memainkan tugas dalam membantu insiden tersebut terjadi.


Download di Sini


Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Baca Juga
1. Anthony Giddens. Biografi
2. Anthony Giddens. Teori Strukturasi
3. Anthony Giddens. Unsur-Unsur Teori Strukturasi
4. Anthony Giddens. Modernitas dan Identitas
5. Anthony Giddens. Globalisasi sebagai "Dunia Tidak Terkendali" 
6. Teori-Teori Modernitas dan Postmodernitas
7. Teori-Teori Globalisasi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel