John Dewey (1859-1952)
Ia dilahirkan di Burlington pada tahun 1859. Setelah menuntaskan studinya di Baltimore ia menjadi Guru Besar di bidang filsafat dan lalu juga bidang pendidikan pada Universitas-universitas di Minnesota, Michigan, Chicago (1894-1904), dan hasilnya di Universitas Columbia (1904-1929). Sekalipun Dewey terlepas dari William James*, ia menghasilkan anutan yang nampaknya mempunyai persamaan dengan gagasan James.
Dewey ialah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat ialah untuk mengatur kehidupan dan acara insan secara lebih baik, untuk di dunia, dan sekarang. Tegasnya, kiprah filsafat yang utama ialah menunjukkan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh alasannya itu, filsafat dilarang karam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada faedahnya.
Filsafat harus berpijak pada pengalaman (experience), dan memeriksa serta mengolah pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan sanggup menyusun suatu sistem norma-norma dan nilai-nilai,
Instrumentalisme ialah suatu perjuangan untuk menyusun suatu teori yang logis dan sempurna dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang majemuk itu dengan cara utama memeriksa bagaimana pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang menurut pengalaman mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan. Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey sanggup dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata temporalisme yang berarti ada gerak dan kemajuan yang positif dalam waktu. Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia sanggup dibentuk lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini juga dianut oleh William James*.
Download di Sini
Baca Juga
1. John Dewey. Pendidikan Progresif
2. John Dewey. Tentang Pengalaman dan Pikiran
3. Aliran Filsafat. Pragmatisme
Sumber.
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat; dari Masa Klasik sampai Postmodern”. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Dewey ialah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat ialah untuk mengatur kehidupan dan acara insan secara lebih baik, untuk di dunia, dan sekarang. Tegasnya, kiprah filsafat yang utama ialah menunjukkan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup. Oleh alasannya itu, filsafat dilarang karam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada faedahnya.
Instrumentalisme ialah suatu perjuangan untuk menyusun suatu teori yang logis dan sempurna dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalam bentuknya yang majemuk itu dengan cara utama memeriksa bagaimana pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang menurut pengalaman mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan. Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Sikap Dewey sanggup dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meneliti tiga aspek dari yang kita namakan instrumentalisme. Pertama, kata temporalisme yang berarti ada gerak dan kemajuan yang positif dalam waktu. Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin. Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia sanggup dibentuk lebih baik dengan tenaga kita. Pandangan ini juga dianut oleh William James*.
Download di Sini
Baca Juga
1. John Dewey. Pendidikan Progresif
2. John Dewey. Tentang Pengalaman dan Pikiran
3. Aliran Filsafat. Pragmatisme
Sumber.
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat; dari Masa Klasik sampai Postmodern”. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.