Karl Marx. Konsepsi Materialis Atas Sejarah

Marx* bisa mengkritik kapitalisme dari perspektif masa depannya sebab kepercayaannya bahwa sejarah akan mengikuti arah yang sanggup diprediksi. Kepercayaan itu didasarkan pada konsep materialisnya atas sejarah (Vandenberghe, 2005). Klaim umum materialisme historis Marx* ialah bahwa cara orang menyediakan kebutuhan-kebutuhan materialnya memilih atau, secara umum, membentuk hubungan-hubungan orang-orang antara satu sama lain, lembaga-lembaga sosialnya, dan bahkan ide-ide mereka yang lazim.

Karena pentingnya cara orang menyediakan kebutuhan-kebutuhan materialnya, hal di atas, beserta hubungan-hubungan ekonomi yang dihasilkan, sering diacu sebagai basis. Hubungan-hubungan nonekonomi, lembaga-lembaga sosial lainnya, dan ide-ide yang lazim diacu sebagai superstruktur. Harus dicatat bahwa pandangan Marx* atas sejarah tidak meramalkan suatu tren yang terus terang kawasan superstruktur sekedar menyetujui basis itu.

Sejarah insan digerakkan oleh perjuangan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan, tetapi menyerupai yang dicatat di atas, kebutuhan-kebutuhan tersebut sendiri sedang berubah secara historis. Akibatnya, kemajuan-kemajuan dalam pemenuhan kebutuhan cenderung menghasilkan kebutuhan yang lebih banyak sehingga kebutuhan-kebutuhan insan merupakan fondasi yang memotivasi dan sekaligus hasil landasan ekonomi.

“Di dalam produksi sosial yang dilakukan manusia, mereka memasuki relasi-relasi nyata yang sangat dibutuhkan dan independen dari keinginan mereka. Relasi-relasi produksi tersebut berkenaan dengan tahap yang terang dari perkembangan kekuatan-kekuatan produksi material mereka. Totalitas hubungan-hubungan produksi itu merupakan struktur hemat masyarakat, yang merupakan fondasi nyata yang melandasi munculnya superstruktur legal dan politis yang sesuai dengan bentuk-bentuk kesadaran sosial yang tegas. Pada tahap tertentu dari perkembangan, kekuatan-kekuatan material produksi di dalam masyarakat bertentangan dengan relasi-relasi produksi yang sudah ada atau—yang tidak lain dari ungkapan legal dari hal yang sama—dengan relasi-relasi hak milik yang telah berlaku sebelumnya. Dari bentuk-bentuk perkembangan kekuatan-kekuatan produksi, hubungan-hubungan itu menjelma belenggu mereka. Kemudian terjadilah suatu periode revolusi sosial. Bersama perubahan fondasi ekonomi, seluruh superstruktur yang sangat besar kurang lebih ditransformasikan dengan cepat” (Marx, 1859/1970:20-21).

Tempat untuk memulai di dalam kutipan itu ialah dengan “kekuatan-kekuatan material produksi”. Kekuatan-kekuatan material produksi yang dimaksud yaitu alat-alat aktual, mesin-mesin, pabrik-pabrik, dan seterusnya yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia. “Relasi-relasi produksi” yaitu jenis-jenis asosiasi yang dimiliki orang-orang satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka.

Teori Marx* memandang bahwa suatu masyarakat akan cenderung mengadopsi sistem relasi-relasi sosial yang paling baik memfasilitasi ketenagakerjaan dan pengembangan kekuatan-kekuatan produktifnya. Oleh sebab itu, relasi-relasi produksi berkenaan dengan kekuatan-kekuatan material produksi. Contohnya, tahap-tahap tertentu teknologi rendah sesuai dengan relasi-relasi sosial yang dicirikan oleh segelintir tuan tanah besar dan sejumlah besar budak yang menggarap lahan sebagai jawaban untuk pembagian hasil. Teknologi kapitalisme yang lebih tinggi sesuai dengan segelintir kapitalis yang bisa berinvestasi untuk mesin-mesin yang mahal dan pabrik-pabrik dan sejumlah besar pekerja upahan. Seperti dinyatakan Marx* dengan singkat dan jelas, namun agak sederhana,”gilingan-tangan menghasilkan masyarakat dengan tuan feodal; gilingan uap menghasilkan masyarakat dengan kaum kapitalis” (Marx, 1847/1963:95). Marx menambahkan bahwa relasi-relasi antarmanusia tersebut juga sanggup diungkapkan sebagai relasi-relasi hak milik: sang kapitalis mempunyai alat-alat produksi, dan buruh upahan tidak memilikinya.

Ekonomi kapitalis menumbuhkembangkan relasi-relasi unik di antara insan dan membuat pengharapan-pengharapan, kewajiban-kewajiban, dan tugas-tugas tertentu. Contohnya, para buruh upahan harus mengatakan rasa hormat tertentu kepada para kapitalis bila mereka ingin tetap bekerja. Bagi Marx*, hal yang penting ihwal relasi-relasi produksi menyerupai itu ialah kecenderungannya kepada konflik kelas, tetapi juga mungkin untuk melihat imbas dari relasi-relasi produksi itu di dalam relasi-relasi keluarga dan pribadi. Sosialisasi penting untuk menghasilkan pekerja laki-laki yang “baik” dan juga tipe suami tertentu. Dengan demikian, persyaratan awal kapitalisme biar laki-laki meninggalkan rumah untuk bekerja sepanjang hari menghasilkan definisi ibu sebagai pengurus utama anak-anak. Oleh sebab itu, perubahan-perubahan di dalam kekuatan-kekuatan produksi menjadikan perubahan-perubahan yang mendalam di dalam struktur keluarga. Perubahan-perubahan tersebut juga sanggup dilihat sebagai relasi-relasi produksi.

Marx* tidak pernah begitu terang ihwal di mana relasi-relasi produksi berhenti dan superstruktur dimulai. Akan tetapi, beliau mencicipi dengan terang bahwa beberapa korelasi dan bentuk “kesadaran sosial” hanya memainkan suatu kiprah pendukung di dalam alat-alat produksi material. Marx* memprediksi bahwa meskipun unsur-unsur superstruktur tersebut tidak terlibat secara langsung, unsur-unsur itu cenderung mengambil bentuk yang akan mendukung relasi-relasi produksi.

Pandangan Marx* atas sejarah yaitu suatu pandangan yang dinamis, sehingga ia percaya bahwa kekuatan-kekuatan produksi akan berubah untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan material dengan lebih baik. Contohnya ialah yang terjadi dengan kedatangan kapitalisme, dikala perubahan-perubahan teknologi memungkinkan berdirinya pabrik-pabrik. Akan tetapi, sebelum kapitalisme sanggup benar-benar terjadi, harus ada perubahan-perubahan di dalam masyarakat, perubahan-perubahan di dalam relasi-relasi produksi. Pabrik-pabrik, para kapitalis, dan para buruh upahan tidak cocok dengan relasi-relasi feodal.

Para tuan feodal, yang memperoleh kekayaannya semata-mata dari kepemilikan tanah dan yang mencicipi kewajiban adab untuk menafkahi budaknya, harus digantikan oleh para kapitalis yang memperoleh kekayaannya dari modal dan yang tidak mencicipi kewajiban adab terhadap buruh upahan. Demikian pula, perasaan sang budak akan kesetiaan pribadi kepada sang tuan harus digantikan oleh kesediaan para proletar untuk menjual kerja mereka kepada siapa pun yang mau membayar. Relasi-relasi produksi usang bertentangan dengan kekuatan-kekuatan produksi baru.

Suatu revolusi sering dibutuhkan untuk mengubah relasi-relasi produksi. Sumber utama revolusi yaitu pertentangan material antara kekuatan-kekuatan produksi dan relasi-relasi produksi. Akan tetapi, revolusi juga dihasilkan oleh pertentangan yang lain: antara pihak yang mengeksploitasi dan pihak yang dieksploitasi. Menurut Marx*, pertentangan demikian, yang selalu ada, menjadikan perubahan revolusioner bila pihak yang dieksploitasi berbaris untuk mendukung suatu perubahan  di bidang relasi-relasi produksi yang lebih menyukai perubahan-perubahan yang sedang terjadi di dalam kekuatan-kekuatan produksi. Marx* tidak percaya bahwa semua pemberontakan pekerja bisa efektif selain pemberontakan yang mendukung suatu perubahan di bidang kekuatan-kekuatan produksi. Suatu revolusi yang efektif, berdasarkan Marx, akan menjadikan perubahan di bidang relasi-relasi pendukung, lembaga-lembaga, dan ide-ide sehingga sanggup mengesahkan relasi-relasi produksi yang baru.


Download di Sini


Sumber
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Baca Juga
1. Karl Marx. Biografi
2. Pemikiran Karl Marx (1818-1883)
3. Karl Marx (1818-1883)
4. Analisa Masyarakat Kapitalis Periode Modern dan Postmodern
5. Teori Karl Marx sebagai Model Pengembangan Paradigma Terpadu dalam Sosiologi
6. Karl Marx. Das Kapital (1848, Terbit 1861)
7. Karl Marx. Manifesto Komunis (1848, Brussel Belgia)
8. Karl Marx. The German Ideology (1845, Paris Prancis)
9. Karl Marx. Dialektika
10. Karl Marx. Manuskrip Ekonomi dan Filsafat (April 1844, Paris Prancis)
11. Karl Marx. Kerja
12. Karl Marx. Konflik Kelas
13. Karl Marx. Eksploitasi
14. Karl Marx. Pemberhalaan Komoditas
15. Karl Marx. Komunisme   
16. Karl Marx. Struktur-Struktur Masyarakat Kapitalis 
17. Karl Marx. Determinisme Ekonomi
18. Karl Marx. Alienasi
19. Karl Marx. Modal, Kaum Kapitalis, dan Kaum Proletariat
20. Karl Marx. Potensi Manusia
21. Karl Marx. Kebebasan, Kesetaraan, dan Ideologi
22. Karl Marx. Ideologi
23. Karl Marx. Agama
24. Karl Marx. Komoditas

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel