Kepribadian Dan Kebudayaan

Masyarakat dan kebudayaan* bergotong-royong merupakan perwujudan atau abstraksi sikap manusia. Kepribadian* mewujudkan sikap manusia. Perilaku insan sanggup dibedakan dengan kepribadiannya alasannya yaitu kepribadian merupakan latar belakang sikap yang ada dalam diri seorang individu. Kepribadian sanggup diberikan batasan sebagaimana dikatakan oleh Theodore M. Newcomb, yaitu kepribadian merupakan organisasi sikap-sikap (predisposition) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku. Kepribadian* menunjuk pada organisasi sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan mencicipi secara khususnya apabila beliau berafiliasi dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan.

Sebenarnya kepribadian* merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari sikap individu. Kepribadian meliputi kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan sifat lain yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berafiliasi dengan orang lain. Seorang sosiolog terutama akan menaruh perhatiannya pada perwujudan sikap individu yang nyata pada waktu individu tersebut berafiliasi dengan individu-individu lainnya. Wujud sikap tersebut dinamakan juga peranan, yaitu sikap yang berkisar pada pola-pola interaksi insan (lihat pada postingan sebelumnya). Dasar-dasar pokok sikap seseorang merupakan faktor-faktor biologis dan psikologis. Walaupun seorang sosiolog hanya menaruh perhatian khusus pada kepribadian* yang terwujud dalam interaksi, faktor-faktor biologis dan psikologis juga penting baginya alasannya yaitu faktor-faktor sosiologi dalam perkembangannya berkisar pada faktor-faktor biologis dan psikologis.


Faktor-faktor tersebut digambarkan dengan istilah kebudayaan* khusus atau sub-culture. Berikut ini tipe-tipe kebudayaan khusus yang mempengaruhi bentuk kepribadian, yaitu;
1. Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan; perbedaan kepribadian antarindividu alasannya yaitu masing-masing tinggal di tempat yang tidak sama dan dengan kebudayaan khusus yang tidak sama pula.
2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life); perbedaan kepribadian antarindividu yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa.
3. Kebudayaan khusus kelas sosial; masing-masing kelas sosial punya kebudayaannya masing-masing, yang menghasilkan kepribadian tersendiri pula pada setiap diri anggota-anggotanya.
4. Kebudayaan khusus atas dasar agama; agama juga memiliki imbas besar di dalam membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan adanya banyak sekali mazhab di dalam satu agama pun melahirkan pula kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5. Kebudayaan berdasarkan profesi; pekerjaan atau keahlian juga memberi imbas besar pada kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter tentu akan berbeda dengan kepribadian guru atau pengacara.

Dari kenyataan-kenyataan tersebut sanggup diambil kesimpulan betapa besarnya imbas kebudayaan* terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Akan tetapi dalam perkembangan pembentukan kepribadian tersebut tidak hanya kebudayaan yang memainkan peranan pokok. Organisme biologis seseorang, lingkungan alam, dan sosialnya juga memberi arah.

Inti kebudayaan* setiap masyarakat yaitu sistem nilai yang dianut oleh masyarakat pendukung kebudayaan bersangkutan. Sistem nilai tersebut meliputi konsepsi-konsepsi abnormal wacana apa yang dianggap jelek (sehingga harus dihindari) dan apa yang dianggap baik (sehingga harus selalu dianuti). Dengan demikian, dikenal pembedaan antara nilai-nilai yang positif dengan nilai-nilai yang negatif.

Karena sistem nilai tersebut bersifat abnormal (bahkan sangat abstrak) maka perlu diketengahkan beberapa indikator nilai-nilai (Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, 31:1983), yaitu.
1. Konsepsi mengenai hakikat hidup
2. Konsepsi mengenai hakikat karya
3. Konsepsi mengenai hakikat waktu
4. Konsepsi mengenai hakikat lingkungan alam
5. Konsepsi mengenai hakikat lingkungan sosial

Masing-masing indikator menghasilkan nilai-nilai tertentu yang mungkin dianggap positif maupun negatif. Ada kemungkinan nilai-nilai tersebut berlaku sekaligus di dalam lingkungan hidup tertentu, yang senantiasa dihubungkan dengan konteks kehidupan tertentu. Nilai-nilai tersebut dikonkretkan ke dalam norma-norma. Norma-norma tersebut merupakan patokan atau ajaran untuk berperilaku secara pantas.


Download di Sini

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas X Bab 3.1 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas X Bab 3.2 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas X Bab 3.3 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 4. Proses Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian (KTSP)
5. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 3. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikulum 2013)
6. Materi Ujian Nasional Kompetensi Sosialisasi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel