Peter L. Berger. Perkawinan
Berger* menekankan bahwa model-model teoretis tidak hanya bermanfaat bagi analisa masyarakat secara makro serta pranata sosial yang besar tetapi juga bagi analisa kelompok-kelompok kecil. Bersama dengan Kellner ia mencoba menerapkan model konstruksi realitas pada kelompok kecil yang terdiri dari dua orang, yaitu perkawinan. Sudah barang tentu bahwa kelompok kecil yang intim ibarat pasangan mempelai itu membiarkan individu untuk "menginternalisir dirinya dalam realitas perkawinan dan berusaha membuat suatu dunia di mana mereka sanggup merasa betah".
Bilamana perkawinan dilangsungkan, setiap orang harus mencoba menghubungkan realitasnya dengan realitas orang lain. Partner dalam perkawinan merupakan seorang yang paling penting dan berarti bagi pasangannya. Dengan demikian realitas objektif perkawinan dan pembentukan suatu keluarga gres yaitu produk disposisi subjektif dari kedua mempelai tersebut; realitas objektif ini juga kembali melanda pasangan tersebut dan mempengaruhi realitas subjektif mereka masing-masing.
Misalnya, perkawinan sanggup berarti hilangnya persahabatan lama yang dibina ketika belum kawin, lantaran kini persahabatan gres dimiliki bersama. Berbagai perubahan yang sama sanggup terjadi dalam selera makan, acara rekreasi, pilihan dekorasi dan seterusnya. Hal ini merupakan suatu proses perlahan-lahan yang terjadi selama perkawinan.
Percakapan atau "perbincangan" isu-isu tertentu merupakan peralatan penting di mana pandangan wacana dunia yang gres dalam perkawinan itu diciptakan. Setiap partner menyumbangkan pandangan realitas subjektif yang "diungkapkan" dalam pembicaraan. Perumusan wacana selera, gaya susunan mebel hingga dengan jumlah anak yang diinginkan segera menjadi bab dari realitas objektif yang lalu kembali melanda pasangan mempelai tersebut. Misalnya seorang perempuan ketika masih gadis, mungkin tidak tertarik pada duduk kasus politik. Karena sang suami sering menunjukkan minat terhadap masalah-masalah politik lokal, sang istri risikonya mengidentifikasi diri sebagai seorang liberal, sesuai dengan pandangan politik si suami. Dia juga sanggup sebagai penggemar barang antik yang menyenangi musik klasik. Proses yang sama akhir imbas istri, juga terjadi pada sang suami. Dia mulai menaruh minat umpamanya terhadap tari balet dan seni zaman pertengahan. Jelasnya dua biografi yang berbeda tertuang dalam percakapan, dan terjadilah redefinisi yang membiarkan batasan-batasan gres masuk ke dalam realitas (perkawinan) yang dimiliki bersama itu.
Berger* dan Kellner menekankan bahwa rekonstruksi realitas dalam perkawinan bukan merupakan bencana yang direncanakan. Hal ini terjadi hampir dengan sendirinya di dikala kedua mempelai tersebut sama-sama menemukan diri dan dunia perkawinan.
Realitas-realitas subjektif mereka saling dikaitkan sehingga menghasilkan realitas objektif dan lalu kembali melanda si penciptanya. Berger* dan Kellner menyatakan, "perkawinan tak hanya menyangkut langkah ke arah peranan baru, tetapi lebih dari itu, merupakan langkah ke satu dunia baru. Penyesuaian timbal-balik kembali sanggup dihubungkan dengan lahirnya paham kesamaan dalam perkawinan, di mana dituntut perjuangan yang seimbang dari kedua belah pihak".
Individu-individu tidak hanya melangkah ke dalam peranan yang sebelumnya telah ada dalam keluarga. Terdapat beberapa norma-norma sosial yang secara umum diterima dan membimbing sikap mereka masing-masing (misalnya, tinggal bersama, mungkin punya anak, menjaga korelasi kekeluargaan, berteman) tetapi realitas yang dimiliki bersama itu banyak yang merupakan ciptaan mereka sendiri. Realitas ini sanggup dianggap objektif dan kembali tak hanya melanda pasangan yang menciptakannya tetapi juga teman-teman dan belum dewasa mereka.
Download di Sini
Sumber.
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta. PT. RajaGrafindo Perkasa.
Baca Juga
1. Peter L. Berger. Biografi
2. Peter L. Berger. Refleksi Atas Interaksi Kesadaran dan Struktur dalam Modernisasi
3. Peter L. Berger. Momen Eksternalisasi, Munculnya Kesadaran Modern dan Aspek-Aspeknya
4. Peter L. Berger. Momen Objektivasi, Pranata-Pranata Modern
5. Peter L. Berger. The Sacred Canopy
6. Peter L. Berger. Pembentukan Realitas Secara Sosial
7. Peter L. Berger. Konstruksi Realitas Secara Sosial
8. Peter L. Berger. Masyarakat Sebagai Realitas Subjektif
9. Peter L. Berger. Masyarakat Sebagai Realitas Objektif
10. Peter L. Berger. Modernisasi Sebagai Pembangunan Alam Artifisial
11. Peter L. Berger. Konstruksi Realitas Secara Sosial dan Legitimasinya
12. Peter L. Berger. Momen Internalisasi yang Susah Payah
13. Pokok Bahasan Sosiologi
14. Mirror On The Wall. Gambaran Realitas Sosial yang Terdistorsi
Bilamana perkawinan dilangsungkan, setiap orang harus mencoba menghubungkan realitasnya dengan realitas orang lain. Partner dalam perkawinan merupakan seorang yang paling penting dan berarti bagi pasangannya. Dengan demikian realitas objektif perkawinan dan pembentukan suatu keluarga gres yaitu produk disposisi subjektif dari kedua mempelai tersebut; realitas objektif ini juga kembali melanda pasangan tersebut dan mempengaruhi realitas subjektif mereka masing-masing.
Percakapan atau "perbincangan" isu-isu tertentu merupakan peralatan penting di mana pandangan wacana dunia yang gres dalam perkawinan itu diciptakan. Setiap partner menyumbangkan pandangan realitas subjektif yang "diungkapkan" dalam pembicaraan. Perumusan wacana selera, gaya susunan mebel hingga dengan jumlah anak yang diinginkan segera menjadi bab dari realitas objektif yang lalu kembali melanda pasangan mempelai tersebut. Misalnya seorang perempuan ketika masih gadis, mungkin tidak tertarik pada duduk kasus politik. Karena sang suami sering menunjukkan minat terhadap masalah-masalah politik lokal, sang istri risikonya mengidentifikasi diri sebagai seorang liberal, sesuai dengan pandangan politik si suami. Dia juga sanggup sebagai penggemar barang antik yang menyenangi musik klasik. Proses yang sama akhir imbas istri, juga terjadi pada sang suami. Dia mulai menaruh minat umpamanya terhadap tari balet dan seni zaman pertengahan. Jelasnya dua biografi yang berbeda tertuang dalam percakapan, dan terjadilah redefinisi yang membiarkan batasan-batasan gres masuk ke dalam realitas (perkawinan) yang dimiliki bersama itu.
Berger* dan Kellner menekankan bahwa rekonstruksi realitas dalam perkawinan bukan merupakan bencana yang direncanakan. Hal ini terjadi hampir dengan sendirinya di dikala kedua mempelai tersebut sama-sama menemukan diri dan dunia perkawinan.
Individu-individu tidak hanya melangkah ke dalam peranan yang sebelumnya telah ada dalam keluarga. Terdapat beberapa norma-norma sosial yang secara umum diterima dan membimbing sikap mereka masing-masing (misalnya, tinggal bersama, mungkin punya anak, menjaga korelasi kekeluargaan, berteman) tetapi realitas yang dimiliki bersama itu banyak yang merupakan ciptaan mereka sendiri. Realitas ini sanggup dianggap objektif dan kembali tak hanya melanda pasangan yang menciptakannya tetapi juga teman-teman dan belum dewasa mereka.
Download di Sini
Sumber.
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta. PT. RajaGrafindo Perkasa.
Baca Juga
1. Peter L. Berger. Biografi
2. Peter L. Berger. Refleksi Atas Interaksi Kesadaran dan Struktur dalam Modernisasi
3. Peter L. Berger. Momen Eksternalisasi, Munculnya Kesadaran Modern dan Aspek-Aspeknya
4. Peter L. Berger. Momen Objektivasi, Pranata-Pranata Modern
5. Peter L. Berger. The Sacred Canopy
6. Peter L. Berger. Pembentukan Realitas Secara Sosial
7. Peter L. Berger. Konstruksi Realitas Secara Sosial
8. Peter L. Berger. Masyarakat Sebagai Realitas Subjektif
9. Peter L. Berger. Masyarakat Sebagai Realitas Objektif
10. Peter L. Berger. Modernisasi Sebagai Pembangunan Alam Artifisial
11. Peter L. Berger. Konstruksi Realitas Secara Sosial dan Legitimasinya
12. Peter L. Berger. Momen Internalisasi yang Susah Payah
13. Pokok Bahasan Sosiologi
14. Mirror On The Wall. Gambaran Realitas Sosial yang Terdistorsi