Proses-Proses Sosial Sistem Kapitalisme

(Kajian Tentang Konstruk Sistem Sosial Ekonomi Kapitalisme)
Definisi Sistem Kapitalisme
Kapitalisme secara etimologis berasal dari kata caput, yang artinya kepala, kehidupan dan kesejahteraan. Makna modal dalam kapital seharusnya diinterpretasikan sebagai titik kesejahteraan. Dengan makna kesejahteraan, definisi kapital mulai dikembangkan dengan arti akumulasi yang diperoleh dalam setiap transaksi ekonomi. Oleh alasannya itu, interpretasi awal dari kapitalisme yaitu proses pengusahaan kesejahteraan untuk bisa memenuhi kebutuhan. Dalam definisi ini, sebetulnya kapitalisme mempunyai definisi konstruktif manusiawi. Pasti setiap orang mempunyai impian dasar untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam hidup sehari-hari. Masalahnya dalam perkembangan selanjutnya, terutama dalam era revolusi industri, kapitalisme didefinisikan sebagai paham yang mau melihat serta memahami proses pengambilan dan pengumpulan modal balik yang diperoleh dari setiap transaksi komoditas ekonomi. Pada ketika itu pula, kapitalisme tidak hanya dilihat sebagai ideologi teoretis tapi bermetamorfosis paham yang menghipnotis sikap manusia.

Loren Bagus mendefinisikan kapitalisme sebagai sistem perekonomian yang menekankan tugas kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi barang lainnya. kapitalisme dengan akhiran isme pada gilirannya dan memang demikian adanya merupakan sebuah kosakata yang mempunyai analogi yang kurang baik, isme yang membebani keharusan hidup insan yang bahwasanya yaitu makhluk yang paripurna dan bisa berkembang melebihi kediriannya yang ada ketika ini. Demikian halnya E Benstein menyebutkan bahwa sistem kapitalisme pada giliranya merupakan sistem yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem perekonomian, dimana Benstein dalam hal ini mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai cuilan dari gerakan individualisme. Senada dengan Benstein yaitu pendapat Hayek yang memandang kapitalisme sebagai perwujudan perkembangan liberalisme dalam bidang ekonomi. Ayn Rand, kapitalisme yaitu suatu sistem sosial yang berbasiskan pada legalisasi pemilikan yaitu milik privat.

Pergeseran kapital dengan penambahan imbuhan isme, kemudian awalan sistem pada kata kapitalisme mempunyai pengertian sebagai sebagai sebuah sistem hidup masyarakat.

Sebuah tatanan hidup bermasyarakat yang digerakan oleh sistem ekonomi kapitalisme, demikian sistem ekonomi kapitalisme mempunyai pengertian sebuah sistem ekonomi yang menekankan tugas kapital dalam acara ekonomi masyarakat, motivasi-motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan dengan terus-menerus mengakumulasi kapital, disertai dengan dorongan-dorongan untuk meningkatkan kebebasan hidup secara individual (liberalisme) serta privatisasi kekayaan. Demikian sistem kapitalisme yaitu sistem hidup bermasyarakat dengan kekuatan utama pelopor hidup bermasyarakat yang terletak pada motivasi egoisme individu dalam dasar acara mengakumulasi modal (kapital). Secara umum prinsip-prinsip dasar kapitalisme sanggup terpahami apabila dibagi dalam tiga hal sebagai berikut:
1. Tiga asumi kapitalisme berdasarkan Ayn Rand yaitu sebagai berikut:
- Kebebasan individu yang merupakan tiang pokok kapitalisme
- Kepentingan diri sendiri
- Pasar bebas

2. Akumulasi kapital
3. Dorongan untuk mengakumulasi kapital

Sejarah Perkembangan Sistem Kapitalisme
Heilborner secara dinamis menyebut kapitalisme sebagai gugusan sosial yang mempunyai hakikat tertentu dan logika historis yang unik. Logika gugusan sosial yang dimaksud mengacu pada gerakan-gerakan dan perubahan-perubahan dalam proses-proses kehidupan dan konfigurasi-konfigurasi kelembagaan dari suatu masyarakat. Istilah “formasi sosial”  yang diperkenalkan oleh Karl Marx* juga digunakan oleh Jurgen Habermas*. Dalam legitimation Crisis (1988), Habermas* menyebut kapitalisme sebagai salah satu dari empat gugusan sosial yaitu primitif, tradisional, kapitalisme, post-kapitalisme. Halnya Robert Lerner (Western civilization, 1988) menyebut bahwa revolusi komersial dan industri pada dunia modern awal dipengaruhi oleh asumsi-asumsi kapitalisme dan merkantilisme. Secara sederhana kapitalisme yaitu sebuah sistem produksi, distribusi, dan pertukaran dimana kekayaan yang terakumulasi diinvestasikan kembali oleh pemilik eksklusif untuk memperoleh keuntungan. Kapitalisme yaitu sebuah sistem yang didesain untuk mendorong perluasan komersial melewati batas-batas lokal menuju skala nasional dan internasional. Penguasa kapitalis mempelajari pola-pola perdagangan internasional, dimana pasar berada dan bagaimana memanipulasi pasar untuk kepentingan mereka. Pendapat Lerner tersebut sejalan dengan tuduhan Marx* bahwa imperialisme yaitu kepanjangan tangan dari kapitalisme.

Sistem kapitalisme mulai berkembang di Inggris pada masa ke 18 M dan kemudian menyebar ke daerah Eropa Barat Laut dan Amerika Utara. Risalah populer Adam Smith*, yaitu The Wealth of Nation (1776), diakui sebagai tonggak utama kapitalisme klasik yang mengekspresikan gagasan “laissez faire” dalam ekonomi. Bertentangan dengan merkantilisme yaitu adanya intervensi pemerintah dalam urusan negara, Smith* beropini bahwa jalan terbaik untuk memperoleh kemakmuran yaitu dengan membiarkan individu-individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri tanpa keterlibatan negara.

Awal masa 20 kapitalisme harus menghadapi banyak sekali tekanan dan ketegangan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Muncul kerajaan industri yang cenderung menjadi birokratis uniform dan terjadinya konsentrasi pemilikan saham oleh segelintir individu kapitalis memaksa pemerintah (Barat) mengintervensi prosedur pasar melalui kebijakan-kebijakan menyerupai undang-undang anti monopoli, sistem perpajakan, dan jaminan kesejahteraan. Fenomena intervensi negara terhadap sistem pasar dan meningkatnya tanggungjawab pemerintah dalam duduk kasus kesejahteraan dan ekonomi merupakan indikasi terjadinya transformasi kapitalisme.

Transformasi ini dilakukan biar kapitalisme sanggup beradaptasi dengan banyak sekali perubahan ekonomi dan sosial, darinya lahirlah konsep negara kesejahteraan atau negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Benstein disebut sebagai ‘perekonomian campuran’ (mixed economi) yang mengkombinasikan inisiatif dan milik swasta dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran sosial. Dimana Habermas* memandang fenomena transformasi kapitalisme ini sebagai peralihan dari kapitalisme liberal ke kapitalisme lanjut, kapitalisme simpulan atau kapitalisme post-modern (late capitalism, organized capitalism, advanced capitalism) atau dalam bahasa Agger sebagai kapitalisme dengan jangkauan neo-liberalisme. Habermas menyebutkan bahwa kapitalisme lanjut mengacu pada dua fenomena, pertama yaitu terjadinya proses konsentrasi ekonomi menyerupai korporasi-korporasi nasional dan internasional yang membuat struktur pasar oligopolystik, yaitu intervensi negara yang secara essensial kontradiktif dengan kapitalisme liberal, maka berdasarkan Habermas* dilakukan repolitisasi massa, sebagai kebalikan dari depolitisasi massa dalam masyarakat kapitalisme liberal. Upaya ini terwujud dalam sistem demokrasi formal. Secara lebih lengkap berikut beberapa gugusan sosial sistem kapitalisme dalam tahap-tahap yang menandai perkembangannya.

1. Kapitalisme Purba
Kapitalisme purba yaitu tahap awal pembentukan kapitalisme yang ditemukan dalam bibit-bibit pemikiran masyarakat feodal yang berkembang di Babilonia, Mesir, Yunani dan Kekaisaran Roma. Para jago ilmu sosial menamai tahapan kapitalisme purba ini dengan sebutan commercial capitalism. Kapitalisme komersial berkembang ketika pada jaman itu perdagangan lintas suku dan kekaisaran sudah berkembang dan membutuhkan sistem aturan ekonomi untuk menjamin fairness perdagangan ekonomi yang dilakukan oleh para pedagang, tuan tanah, kaum rohaniawan. Bahkan Max Weber* pernah menyatakan bahwa akar kapitalisme berawal dari sistem codex luris Romae sebagai aturan main ekonomi yang kurang lebih universal digunakan oleh kaum pedagang di Eropa, Asia Barat serta Asia Timur Jauh dan Afrika Utara. Aturan main ekonomi ini sebetulnya dimanfaatkan untuk memapankan sistem pertanian feodal. Dari aturan ini pula muncul istilah borjuis yang mengelompokan sistem feodalisme yang disempurnakan dengan sistem aturan ekonomi itu. Kelompok borjuis digunakan untuk menyebut golongan tuan tanah, aristokrat dan kaum rohaniawan yang biasa mendiami biara yang luas dan besar.

Perkembangan selanjutnya yaitu perkembangan kapitalisme yang dikenal sebagai tata cara dan “kode etik” yang digunakan oleh kaum merkantilis. Kaum pedagang yang banyak berkumpul di bilangan pelabuhan Genoa, Venice dan Pisa. Kaum merkantilis menggunakan kapitalisme sebagai tahap lanjutan sistem sosial ekonomi yang dibentuk. Tatanan ekonomi dan politik yang berkembang memerlukan aturan dan budbahasa yang disusun dengan relatif mapan. Hal ini disebabkan terjadi perkembangan kompetisi dalam sistem pasar, keuangan, tata cara tukar barang serta perdagangan yang dianut oleh para merkantilis masa pertengahan. Para merkantilis mulai membuka wacana gres perihal pasar. Ketika mereka berbicara perihal pasar dan perdagangan, mau tidak mau mereka mulai berbicara perihal barang dagang (komoditas) dan nilai lebih yang nantinya akan disebut sebagai the surplus value. Dari akar penyebutan inilah, wacana perihal laba dan profit menjadi cuilan integral dalam kapitalisme hingga masa pertengahan.

2. Kapitalisme Industri
Perdagangan merkantilis dan perdagangan pasar berikut sistem keuangan telah mengubah cara ekonomi feodal yang semata-mata bisa dimonopoli oleh para tuan tanah, aristokrat dan kaum rohaniawan. Ekonomi mulai bergerak menjadi cuilan dari usaha kelas menengah dan mulai menampakan imbas pentingnya. Ditambah lagi, rasionalisasi filosofis masa modern yang dimulai dengan era renaissance dan humanisme mulai menjalari bidang ekonomi juga. Setidaknya penulis akan menyebutkan tiga tokoh atau ikon ilmuwan filsafat sosial yang cukup memperlihatkan imbas yang dramatis terhadap perkembangan kapitalisme industri modern. Mereka yaitu Thomas Hobbes* dengan pandangan egoisme etisnya, yang pada pada dasarnya meletakan sisi aliran bahwa setiap orang secara alamiah niscaya akan mencari pemenuhan kebutuhan dirinya. Yang lain yaitu John Locke* yang menekankan sisi liberalisme etis, di mana salah satu adagiumnya berbunyi bahwa insan harus dihargai hak kepemilikan personalnya. Tokoh lainnya yaitu Adam Smith* dan David Ricardo yang mencoba menukikkan pandangan dua tokoh sebelumnya dengan filsafat laissez faire dalam prinsip pasar dan ekonomi. Pandangan klasik Adam Smith menganjurkan permainan bebas pasar yang mempunyai aturannya sendiri. Persaingan, pekerjaan dari invisible hands akan menaikkan harga kepada tingkat alamiah dan mendorong tenaga kerja dan modal beralih dari perusahaan yang kurang menguntungkan kepada yang lebih menguntungkan. Laissez faire yaitu ungkapan penyifat. Pandangan ini menekankan bahwa sistem pasar bebas diberlakukan sistem kebebasan kepentingan ekonomi tanpa campur tangan pemerintah.

Kapitalisme tiga tokoh itu (Hobbes*, Locke*, dan Adam Smith*) mendapat legitimasi rasionalnya. Akselerasi perkembangan kapitalisme rasional ini memicu analisa dan praktek ekonomi selanjutnya. Akselerasi kapitalisme semakin terpicu dengan timbulnya “revolusi industri”. Kapitalisme mendapat piranti kerasnya dalam pencapaian tujuan utamanya, yaitu akumulasi kapital (modal). Industrialisasi di Inggris dan Prancis mendorong yaitu industri-industri raksasa. Perkembangan raksasa industri mekanis modern ini memicu kolonialisme dan imperalisme ekonomi. Tidak mengherankan apabila dalam konteks ini terjadi exploitation I’homme par I’homme. Situasi penindasan yang ada menjadikan reaksi alamiah dari orang-orang yang kebetulan mempunyai kepeduliaan sosial kolektif yang mengalami trade-off dalam era industri. Salah satu orang itu yaitu Karl Marx*. Dia bereaksi terhadap kondisi sistem yang tidak beres dalam kapitalisme yang cenderung menafikkan individu dalam konteks sosial. Meski sosialisme sudah menjadi “budaya tanding” tetap saja kapitalisme maju dan semakin mapan dalam percaturan kehidupan manusia. Max Weber* menganalisa bahwa kemapanan kapitalisme selain didukung dengan faktor sekulernya juga mendapat legitimasi religiusnya. Weber* beranggapan bahwa ada kaitan antara bangkitnya kapitalisme dengan Protestanisme. Kapitalisme merupakan bentuk sekular dari pementingan Protestanisme pada individualisme dan keharusan mengusahakan keselamatannya sendiri. Nilai-nilai religi Kristiani terutama Aliran Calvinisme memberikan donasi yang tidak sedikit dalam perkembangan kapitalisme lanjut.

3. Kapitalisme Lanjut
Kapitalisme lanjut merupakan fase lanjutan dari kapitalisme industri. Kapitalisme industri memicu agregasi akumulasi modal bersama yang dikumpulkan melalui pembaruan perusahaan nasional dan multinasional. Dalam fase ini, kapitalisme bukan semata lagi hanya mengakumulasi modal tapi lebih dari itu, yaitu investasi. Dalam arti ini, kapitalisme tidak hanya bermakna konsumsi dan produksi semata, tapi menabung dan menanam modal sehingga mendapat laba berlipat dari sebuah usaha yaitu usaha yang terus ditumbuhkan. Pertumbuhan ekonomi tidak hanya didasarkan pada soal faktor produksi tapi juga faktor jasa dan kestabilan sosial masyarakat. Oleh alasannya itu, kapitalisme lanjut dengan refleksi sosialnya terus menyebarkan bagaimana mereka tetap berkembang mendapat laba tapi tetap menyediakan lahan pendapatan yang cukup bagi pada konsumen sebagai sekaligus faktor utama pasarnya.

Kapitalisme tahap ini mencapai puncak aktualisasinya melalui proses kewirausahaan ekonomi yang mencoba mengkombinasikan kembali tugas pasar bebas dalam bidang ekonomi dengan intervensi negara dalam bidang politik. Faktor modernisasi dalam wacana kapitalisme lanjut ini tidak terjebak pada dikotomi kapitalis sebagai pemilik modal dan buruh sebagai faktor produksi melainkan berlanjut pada wacana bagimana kesudahannya pekerja dihadapkan pada duduk kasus kepemilikan bersama (share holder) dalam sebuah proses kapitalisasi yang tetap saja memperlihatkan ruang pada laba dan proses akumulasi investasi.

Debat pembangunan kapitalisme dalam konteks sistem dunia juga menambah kompleksitas proses kapitalisme sebagai raksasa ekonomi yang tak terelakan. Debat lanjutan kapitalisme dalam konteks globalisme tidak cenderung menempatkan pada kekuatan sosialisme dan kapitalisme belaka melainkan hubungan independen antarpelaku ekonomi yang justru meluas. Bahkan Anthony Giddens menyatakan bahwa dinamika kapitalisme sebagai resultante yang saling terhubung dan tersinergi dalam kapitalisme itu sendiri, industrialisasi, pengawasan dan kekuatan niliter.

Kapitalisme yang dijiwai oleh semangat mencari untung menjadi sumber dinamisme luar biasa, dan ketika bergandengan dengan industrialisme menghasilkan tahap global kini ini. Dunia yang kita huni kini juga dalam pengawasan terus-menerus, mulai di tempat kerja dan merambat pada masyarakat. Negara menjiplak pabrik. Gugus institusi ini masih ditambah dengan munculnya kekuatan militer sebagai penjamin stabilitas ekonomi sebagai syarat mutlak pasar yang bebas dan tenang. Kapitalisme lanjut semakin matang dengan kemajuan teknologi informasi yang semakin merangsek kekuatan-kekuatan konvensional pasar tradisional yang ada.


Download di Sini


Lebih lengkap dalam,
Ramdani, Dani. 2005. Skripsi; Studi Komparasi Antara Teori Karl Marx dan Teori Kritis Mazhab Frankfurt Dalam Menganalisa Masyarakat Kapitalis. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel