Ralf Dahrendorf. Otoritas
Dahrendorf* berkonsentrasi pada struktur-struktur sosial yang lebih besar. Sentral bagi tesisnya ialah pandangan gres bahwa banyak sekali posisi di dalam masyarakat mempunyai jumlah otoritas yang berbeda. Otoritas tidak terletak pada individu tetapi pada posisi. Dahrendorf* tertarik bukan hanya pada struktur posisi-posisi itu tetapi juga pada konflik di antara mereka: “Asal undangan struktur konflik-konflik demikian harus dicari di dalam susunan peran-peran sosial yang diberkahi dengan pengharapan-pengharapan akan dominasi atau penundukan” (1959:165). Menurut Dahrendorf* kiprah pertama analisis konflik ialah mengenali peran-peran banyak sekali otoritas di dalam masyarakat, selain menciptakan alasan untuk studi struktur-struktur berskala besar ibarat peran-peran otoritas, Dahrendorf menentang orang-orang yang berfokus pada level individual.
Contohnya, ia bersikap kritis terhadap orang-orang yang berfokus pada karakteristik-karakteristik psikologis atau behavioral yang menduduki posisi-posisi demikian. Dia melangkah begitu jauh menyampaikan bahwa orang-orang yang menganut pendekatan demikian bukanlah sosiolog.
Otoritas yang dibubuhkan kepada posisi-posisi itu yaitu unsur-unsur kunci di dalam analisa Dahrendorf*. Otoritas selalu menyiratkan baik superordinasi maupun subordinasi. Orang-orang yang menduduki posisi otoritas dibutuhkan mengendalikan para subordinat; yakni, mereka yang mendominasi alasannya yaitu pengharapan orang-orang yang mengelilingi mereka, bukan alasannya yaitu mereka mempunyai sifat-sifat psikologis. Seperti otoritas, pengharapan-pengharapan itu dibubuhkan pada posisi-posisi, bukan kepada orang-orang. Otoritas bukanlah suatu fenomena sosial yang digeneralisasi, orang-orang yang tunduk pada pengendalian, dan juga lingkungan pengendalian yang sanggup diizinkan, dirinci di dalam masyarakat. Akhirnya, alasannya yaitu otoritas itu sah, sanksi-sanksi sanggup ditimpakan kepada orang-orang yang tidak patuh.
Sejauh berdasarkan Dahrendorf*, otoritas tidak tetap, alasannya yaitu terletak di dalam posisi-posisi, bukan pada orang-orang. Oleh alasannya yaitu itu, seseorang yang memegang otoritas di dalam suatu latar tidak mesti memegang suatu posisi otoritas di dalam latar yang lain. Demikian pula, seseorang yang berada di posisi subordinat di dalam suatu kelompok mungkin memegang posisi superordinat di kelompok lain. Dari argumen Dahrendorf sanggup diartikan bahwa masyarakat terdiri dari sejumlah unit-unit yang ia sebut asosiasi-asosiasi yang dikoordinasi secara imperatif. Hal-hal itu mungkin terlihat sebagai asosiasi-asosiasi insan yang dikendalikan oleh hierarki posisi-posisi otoritas. Oleh alasannya yaitu itu masyarakat mengandung banyak asosiasi demikian, seorang individu sanggup menduduki suatu posisi otoritas di dalam suatu asosiasi dan posisi subordinat di dalam asosiasi lainnya.
Otoritas di dalam setiap asosiasi bersifat dikotomis; oleh alasannya yaitu itu dua, dan hanya dua kelompok yang berkonflik sanggup terbentuk di dalam suatu asosiasi. Orang-orang yang memegang posisi otoritas dan orang-orang yang memegang posisi subordinasi mempertahankan kepentingan-kepentingan tertentu yang “bertentangan dari segi substansi dan arah”. Di sini kita menjumpai istilah kunci lainnya di dalam teori Dahrendorf* mengenai konflik—kepentingan-kepentingan. Kelompok-kelompok yang berada di atas dan yang berada di bawah didefinisikan oleh kepentingan-kepentingan umum.
Di dalam setiap asosiasi, orang-orang yang berada di dalam posisi yang secara umum dikuasai berusaha mempertahankan status quo, sementara orang-orang yang berada di dalam posisi subordinat mengusahakan perubahan.
Setidaknya suatu konflik kepentingan laten sepanjang waktu di dalam setiap asosiasi, itu berarti bahwa legitimasi otoritas selalu terancam. Konflik kepentingan tersebut tidak harus disadari biar superordinat atau subordinat bertindak. Kepentingan superordinat dan subordinat objektif di dalam arti bahwa mereka tercermin di dalam pengharapan-pengharapan (peran-peran) yang dilekatkan kepada posisi-posisi itu. Para individu tidak harus menginternalisasi pengharapan-pengharapan itu atau bahkan menyadarinya biar sanggup bertindak sesuai dengannya. Jika mereka menduduki posisi-posisi tertentu, mereka akan berperilaku dalam cara yang diharapkan. Para individu “disesuaikan” atau “diadaptasi” kepada peran-peran mereka saat mereka menyumbang bagi konflik di antara superordinat dan subordinat. Dahrendorf* menyebut pengharapan-pengharapan akan kiprah yang tidak disadari tersebut sebagai kepentingan-kepentingan laten. Kepentingan-kepentingan kasatmata merupakan kepentingan-kepentingan laten yang telah disadari. Dahrendorf* melihat analisis hubungan di antara kepentingan-kepentingan laten dan kasatmata sebagai kiprah utama teori konflik. Namun demikian, para pemain drama tidak perlu sadar atas kepentingan-kepentingannya biar sanggup bertindak sesuai dengannya.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Ralf Dahrendorf. Biografi
2. Ralf Dahrendorf. Strukturalisme Konflik
3. Ralf Dahrendorf. Kelompok, Konflik, dan Perubahan
4. Ralf Dahrendorf. Teori Konflik Sosial
5. Bentuk-Bentuk Konflik Sosial Menurut Para Sosiolog
Otoritas yang dibubuhkan kepada posisi-posisi itu yaitu unsur-unsur kunci di dalam analisa Dahrendorf*. Otoritas selalu menyiratkan baik superordinasi maupun subordinasi. Orang-orang yang menduduki posisi otoritas dibutuhkan mengendalikan para subordinat; yakni, mereka yang mendominasi alasannya yaitu pengharapan orang-orang yang mengelilingi mereka, bukan alasannya yaitu mereka mempunyai sifat-sifat psikologis. Seperti otoritas, pengharapan-pengharapan itu dibubuhkan pada posisi-posisi, bukan kepada orang-orang. Otoritas bukanlah suatu fenomena sosial yang digeneralisasi, orang-orang yang tunduk pada pengendalian, dan juga lingkungan pengendalian yang sanggup diizinkan, dirinci di dalam masyarakat. Akhirnya, alasannya yaitu otoritas itu sah, sanksi-sanksi sanggup ditimpakan kepada orang-orang yang tidak patuh.
Sejauh berdasarkan Dahrendorf*, otoritas tidak tetap, alasannya yaitu terletak di dalam posisi-posisi, bukan pada orang-orang. Oleh alasannya yaitu itu, seseorang yang memegang otoritas di dalam suatu latar tidak mesti memegang suatu posisi otoritas di dalam latar yang lain. Demikian pula, seseorang yang berada di posisi subordinat di dalam suatu kelompok mungkin memegang posisi superordinat di kelompok lain. Dari argumen Dahrendorf sanggup diartikan bahwa masyarakat terdiri dari sejumlah unit-unit yang ia sebut asosiasi-asosiasi yang dikoordinasi secara imperatif. Hal-hal itu mungkin terlihat sebagai asosiasi-asosiasi insan yang dikendalikan oleh hierarki posisi-posisi otoritas. Oleh alasannya yaitu itu masyarakat mengandung banyak asosiasi demikian, seorang individu sanggup menduduki suatu posisi otoritas di dalam suatu asosiasi dan posisi subordinat di dalam asosiasi lainnya.
Otoritas di dalam setiap asosiasi bersifat dikotomis; oleh alasannya yaitu itu dua, dan hanya dua kelompok yang berkonflik sanggup terbentuk di dalam suatu asosiasi. Orang-orang yang memegang posisi otoritas dan orang-orang yang memegang posisi subordinasi mempertahankan kepentingan-kepentingan tertentu yang “bertentangan dari segi substansi dan arah”. Di sini kita menjumpai istilah kunci lainnya di dalam teori Dahrendorf* mengenai konflik—kepentingan-kepentingan. Kelompok-kelompok yang berada di atas dan yang berada di bawah didefinisikan oleh kepentingan-kepentingan umum.
Di dalam setiap asosiasi, orang-orang yang berada di dalam posisi yang secara umum dikuasai berusaha mempertahankan status quo, sementara orang-orang yang berada di dalam posisi subordinat mengusahakan perubahan.
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Ralf Dahrendorf. Biografi
2. Ralf Dahrendorf. Strukturalisme Konflik
3. Ralf Dahrendorf. Kelompok, Konflik, dan Perubahan
4. Ralf Dahrendorf. Teori Konflik Sosial
5. Bentuk-Bentuk Konflik Sosial Menurut Para Sosiolog