Richard Rorty. Diskursus Postmodernisme

Kita bisa menyebut masa kini ini sebagai masa “postmo”. Postmodernisme ada di mana-mana, dari seni arsitektur ke sastra dan filsafat. Meminjam istilah Rorty, postmodernisme sudah menjadi sebuah “hegemoni budaya”. Ketika sebuah istilah yang sedang “in” berisiko kehilangan makna alasannya terlalu sering digunakan, postmodernisme sudah digunakan dan sanggup terus dipergunakan untuk mengacu pada kritik dan penolakan terhadap proyek modern pencerahan. Karena postmo menunjukkan “keraguan terhadap metanarasi”, postmodernisme tidak bisa mendukung sebuah proyek yang bertujuan untuk menemukan, mempopulerkan dan mengaplikasikan prinsip-prinsip rasional yang universal sifatnya.

Tidak menyerupai kaum rasional-pencerahan yang percaya kekuatan rasio manusia, postmodernisme justru tidak percaya pada kemampuan logika insan dan keuniversalannya. Postmodernisme tidak bicara perihal kategori-kategori aplikatif insan sebagai manusia, justru mereka lebih menaruh perhatian kepada kebiasaan unik, cara hidup dan kebudayaan orang perorang. Seperti dikatakan Rorty, “Bagi postmodern, tidak masuk logika kita bicara aturan alam atau aturan manusia” (I. Bambang Sugiharto, 2000:12).

Beberapa orang berpandangan bahwa situasi ini melegakan. Bila identitas dan moral dan kebudayaan bersifat “buatan, bukannya ditemukan”, maka insan bebas memproduksi dan mereproduksi diri kita dan nilai-nilai sesering kita mau. Ketika kita merasa bosan terhadap sebuah nilai atau nilai tersebut dirasa sudah tidak cocok lagi, kita bisa berpindah ke nilai yang lain. Makna dari pernyataan ini yaitu bahwa semua sudut pandang dan semua jalan hidup dipengaruhi oleh kebudayaan dan “tidak perlu ditanggapi dengan serius”. Setiap aspeknya bersifat konsensus. Ketika kita bicara perihal postmodernisme dengan hati-hati dan tepat, kita akan menggolongkan diri kita sebagai “borjuis-liberal-postmodernis” (karena kita hasil dari pendidikan kebudayaan Barat). Kita tidak memiliki saluran khusus untuk mengerti kebenaran perihal kondisi insan alasannya memang tidak ada kondisi insan an sich.


Download di Sini


Sumber.

Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat; dari Masa Klasik sampai Postmodern”. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Baca Juga
1. Richard Rorty. Biografi dan Karya
2. Richard Rorty. Pragmatisme Politik
3. Richard Rorty. Pemikiran Filsafat
4. Rorty dan Kesudahan Epistemologi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel