Teori Pertukaran Dalam Kajian Sosiologis
Teori pertukaran dalam sejarahnya perkembangannya, permulaan dan akarnya berasal dari behaviorisme,
Behaviorisme
Behaviorisme cukup dikenal di dalam psikologi, tetapi di dalam sosiologi ia mempunyai baik imbas pribadi terhadap sosiologi behavioral maupun imbas tidak langsung, khususnya terhadap teori pertukaran. Sosiolog behavioral memperhatikan kekerabatan di antara efek-efek sikap seorang pemain film terhadap lingkungan dan dampaknya terhadap sikap belakangan pemain film tersebut. Hubungan itu sangat penting bagi pengondisian pelaksana, atau proses berguru yang “menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang memodifikasi perilaku”. Orang mungkin nyaris menganggap sikap itu, setidaknya mula-mula pada bayi, sebagai sikap yang acak. Lingkungan daerah sikap itu berlangsung, entah sosial atau fisik, dipengaruhi oleh sikap itu pada gilirannya bertindak kembali dengan banyak sekali cara. Reaksi itu—positif, negatif, atau netral—mempengaruhi sikap pemain film kemudian.
Jika reaksi tersebut telah memberi penghargaan pada sang aktor, besar kemungkinan sikap yang sama dihasilkan di masa depan di dalam situasi-situasi yang serupa. Jika reaksi itu menyakitkan atau menghukum, sikap itu kurang mungkin untuk terjadi di masa depan. Para sosiolog behavioral berminat pada kekerabatan antara sejarah reaksi-reaksi lingkungan atau konsekuensi-konsekuensi dan hakikat sikap masa kini. Konsekuensi masa lampau sikap tertentu, mengatur keadaan yang sekarang. Dengan mengetahui apa yang ditimbulkan suatu sikap di masa lampau, kita sanggup memprediksi apakah seorang pemain film akan menghasilkan sikap yang sama di dalam situasi sekarang.
Yang sangat diperhatikan pada behavioris yakni penghargaan-penghargaan (atau penguat-penguat) dan kerugian-kerugian (hukuman-hukuman). Penghargaan didefinisikan dengan kemampuannya memperkuat (yakni memperbesar) sikap itu, sementara kerugian-kerugian mengurangi kemungkinan terjadinya sikap itu. Ide-ide behaviorisme ini sangat mempengaruhi teori-teori pertukaran awal perkembangan sosiologi.
Teori Pilihan Rasional
Prinsip-prinsip dasar teori pilihan rasional berasal dari ekonomi neoklasik (dan juga utilitarianisme dan teori permainan). Berdasarkan banyak sekali model yang berbeda, Debra Friedman dan Michael Hechter (1988) telah mengumpulkan apa yang mereka lukiskan sebagai model “kerangka” teori pilihan rasional.
Fokus di dalam teori pilihan rasional yakni para aktor. Para pemain film dilihat mempunyai tujuan, atau mempunyai intensionalitas. Yakni, para pemain film mempunyai tujuan-tujuan yang dituju tindakan-tindakan mereka. Para pemain film juga dilihat mempunyai pilihan-pilihan (atau nilai-nilai, kegunaan-kegunaan). Teori pilihan rasional tidak berkenaan dengan apa pilihan-pilihan itu, atau sumber-sumbernya. Yang penting yakni fakta bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang konsisten dengan hierarki pilihan seorang aktor.
Meskipun teori pilihan rasional bermula dengan maksud-maksud atau tujuan-tujuan sang aktor, pilihan itu harus memperhitungkan setidaknya dua pembatas utama pada tindakan itu. Yang pertama yakni kelangkaan sumber daya. Para pemain film mempunyai sumber-sumber daya yang berbeda dan juga susukan yang berbeda kepada sumber-sumber daya lainnya. Bagi orang-orang yang mempunyai sumber daya, tujuan-tujuan mungkin agak mudah. Akan tetapi, bagi orang yang mempunyai sedikit, kalau memang ada, pencapaian tujuan mungkin sulit atau mustahil.
Terkait dengan kelangkaan sumber daya ada wangsit mengenai biaya kesempatan (D. Friedman dan Hecter, 1988:202). Dengan mengejar tujuan tertentu para pemain film harus mengawasi biaya untuk membatalkan tindakan mereka yang paling menarik selanjutnya. Seorang pemain film mungkin menentukan untuk tidak mengejar tujuan yang bernilai paling tinggi kalau sumber-sumber dayanya sanggup diabaikan, kalau kesempatan tujuan itu kecil, dan kalau dalam perjuangan mencapai tujuan itu beliau membahayakan kesempatannya untuk mencapai tujuan selanjutnya yang paling bernilai. Para pemain film dilihat berusaha untuk memaksimalkan keuntungan-keuntungan mereka, dan bahwa tujuan sanggup meliputi evaluasi akan kekerabatan di antara peluang untuk mencapai suatu tujuan utama dan apa dampak pencapaian itu bagi peluang untuk mencapai tujuan kedua yang paling bernilai.
Sumber kedua pembatas pada tindakan individu yakni lembaga-lembaga sosial.
Seperti yang diajukan Friedman dan Hechter, suatu kehendak seorang individu secara khas akan “menemukan tindakan-tindakannya yang semenjak lahir sampai maut diperiksa oleh aturan-aturan keluarga dan sekolah; hukum-hukum dan ordinasi-ordinasi; kebijakan-kebijakan perusahaan; gereja; sinagog dan mesjid; dan rumah sakit dan kamar-kamar mayat. Dengan membatasi sekumpulan rangkaian tindakan yang mungkin tersedia bagi para individu, aturan-aturan permainan yang sanggup dipaksakan—termasuk norma-norma, hukum-hukum, agenda-agenda, dan aturan-aturan pemungutan suara—secara sistematik mempengaruhi hasil-hasil sosial” (D. Friedman dan Hechter, 1988:202). Pembatasan-pembatasan kelembagaan itu menawarkan hukuman baik kasatmata maupun negatif yang membantu mendorong tindakan-tindakan tertentu dan menciutkan semangat untuk melaksanakan tindakan-tindakan lain.
Friedman dan Hechter menguraikan satu persatu dua wangsit lain yang mereka lihat sebagai dasar bagi teori pilihan rasional. Yang pertama yakni prosedur pengumpulan, atau proses yang dipakai untuk “menggabungkan tindakan-tindakan individual yang terpisah untuk menawarkan hasil sosial” (D. Friedman dan Hechter, 1988:203). Kedua ialah pentingnya warta dalam menciptakan pilihan-pilihan rasional. Pada suatu waktu, diasumsikan bahwa para pemain film mempunyai warta yang sempurna, atau setidaknya yang memadai untuk menciptakan pilihan-pilihan bertujuan di antara rangkaian-rangkaian tindakan alternatif yang terbuka bagi mereka. Akan tetapi, ada suatu ratifikasi yang terus berkembang bahwa kuantitas atau kualitas dari warta yang tersedia sangat berubah-ubah dan bahwa keragaman mempunyai imbas yang mendalam kepada pilihan-pilihan pemain film (Heckathorn, 1997).
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Poloma, Margaret M. 1979. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Behaviorisme
Behaviorisme cukup dikenal di dalam psikologi, tetapi di dalam sosiologi ia mempunyai baik imbas pribadi terhadap sosiologi behavioral maupun imbas tidak langsung, khususnya terhadap teori pertukaran. Sosiolog behavioral memperhatikan kekerabatan di antara efek-efek sikap seorang pemain film terhadap lingkungan dan dampaknya terhadap sikap belakangan pemain film tersebut. Hubungan itu sangat penting bagi pengondisian pelaksana, atau proses berguru yang “menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang memodifikasi perilaku”. Orang mungkin nyaris menganggap sikap itu, setidaknya mula-mula pada bayi, sebagai sikap yang acak. Lingkungan daerah sikap itu berlangsung, entah sosial atau fisik, dipengaruhi oleh sikap itu pada gilirannya bertindak kembali dengan banyak sekali cara. Reaksi itu—positif, negatif, atau netral—mempengaruhi sikap pemain film kemudian.
Yang sangat diperhatikan pada behavioris yakni penghargaan-penghargaan (atau penguat-penguat) dan kerugian-kerugian (hukuman-hukuman). Penghargaan didefinisikan dengan kemampuannya memperkuat (yakni memperbesar) sikap itu, sementara kerugian-kerugian mengurangi kemungkinan terjadinya sikap itu. Ide-ide behaviorisme ini sangat mempengaruhi teori-teori pertukaran awal perkembangan sosiologi.
Teori Pilihan Rasional
Prinsip-prinsip dasar teori pilihan rasional berasal dari ekonomi neoklasik (dan juga utilitarianisme dan teori permainan). Berdasarkan banyak sekali model yang berbeda, Debra Friedman dan Michael Hechter (1988) telah mengumpulkan apa yang mereka lukiskan sebagai model “kerangka” teori pilihan rasional.
Fokus di dalam teori pilihan rasional yakni para aktor. Para pemain film dilihat mempunyai tujuan, atau mempunyai intensionalitas. Yakni, para pemain film mempunyai tujuan-tujuan yang dituju tindakan-tindakan mereka. Para pemain film juga dilihat mempunyai pilihan-pilihan (atau nilai-nilai, kegunaan-kegunaan). Teori pilihan rasional tidak berkenaan dengan apa pilihan-pilihan itu, atau sumber-sumbernya. Yang penting yakni fakta bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang konsisten dengan hierarki pilihan seorang aktor.
Meskipun teori pilihan rasional bermula dengan maksud-maksud atau tujuan-tujuan sang aktor, pilihan itu harus memperhitungkan setidaknya dua pembatas utama pada tindakan itu. Yang pertama yakni kelangkaan sumber daya. Para pemain film mempunyai sumber-sumber daya yang berbeda dan juga susukan yang berbeda kepada sumber-sumber daya lainnya. Bagi orang-orang yang mempunyai sumber daya, tujuan-tujuan mungkin agak mudah. Akan tetapi, bagi orang yang mempunyai sedikit, kalau memang ada, pencapaian tujuan mungkin sulit atau mustahil.
Terkait dengan kelangkaan sumber daya ada wangsit mengenai biaya kesempatan (D. Friedman dan Hecter, 1988:202). Dengan mengejar tujuan tertentu para pemain film harus mengawasi biaya untuk membatalkan tindakan mereka yang paling menarik selanjutnya. Seorang pemain film mungkin menentukan untuk tidak mengejar tujuan yang bernilai paling tinggi kalau sumber-sumber dayanya sanggup diabaikan, kalau kesempatan tujuan itu kecil, dan kalau dalam perjuangan mencapai tujuan itu beliau membahayakan kesempatannya untuk mencapai tujuan selanjutnya yang paling bernilai. Para pemain film dilihat berusaha untuk memaksimalkan keuntungan-keuntungan mereka, dan bahwa tujuan sanggup meliputi evaluasi akan kekerabatan di antara peluang untuk mencapai suatu tujuan utama dan apa dampak pencapaian itu bagi peluang untuk mencapai tujuan kedua yang paling bernilai.
Sumber kedua pembatas pada tindakan individu yakni lembaga-lembaga sosial.
Friedman dan Hechter menguraikan satu persatu dua wangsit lain yang mereka lihat sebagai dasar bagi teori pilihan rasional. Yang pertama yakni prosedur pengumpulan, atau proses yang dipakai untuk “menggabungkan tindakan-tindakan individual yang terpisah untuk menawarkan hasil sosial” (D. Friedman dan Hechter, 1988:203). Kedua ialah pentingnya warta dalam menciptakan pilihan-pilihan rasional. Pada suatu waktu, diasumsikan bahwa para pemain film mempunyai warta yang sempurna, atau setidaknya yang memadai untuk menciptakan pilihan-pilihan bertujuan di antara rangkaian-rangkaian tindakan alternatif yang terbuka bagi mereka. Akan tetapi, ada suatu ratifikasi yang terus berkembang bahwa kuantitas atau kualitas dari warta yang tersedia sangat berubah-ubah dan bahwa keragaman mempunyai imbas yang mendalam kepada pilihan-pilihan pemain film (Heckathorn, 1997).
Download di Sini
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Poloma, Margaret M. 1979. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.