Zygmunt Bauman. Konsekuensi Globalisasi Pada Manusia
Bauman (1998) memandang globalisasi dalam pengertian “perang ruang”. Dalam pandangannya, mobilitaslah yang telah menjadi faktor terpenting dan yang paling membedakan dalam stratifikasi sosial di dunia ketika ini. Dengan demikian, yang menjadi pemenang dalam perang ruang ini yaitu mereka yang mempunyai mobilitas, yang bisa bergerak bebas di seluruh penjuru muka bumi dan dalam proses membuat makna untuk diri mereka sendiri. Mereka sanggup melayang secara relatif bebas dari ruang dan ketika mereka harus men-“darat” di suatu tempat, mereka mengisolasi diri mereka dalam ruang yang terpagari dan diawasi ketat, yang di dalamnya mereka akan kondusif dari mereka yang menjadi pecundang dalam peperangan ini. Para pecundang tidak hanya tanpa mobilitas, tetapi juga disingkirkan dan dibatasi pada wilayah-wilayah yang dilucuti dari makna dan bahkan kemampuan untuk memperlihatkan makna.
Dengan demikian, bila yang elite mungkin dimabukkan oleh kesempatan mobilitas mereka, yang lain sangat mungkin terpenjara dalam wilayah rumah mereka, daerah mereka tidak mempunyai banyak peluang untuk bergerak. Lebih lanjut, pihak kedua akan merasa dipermalukan oleh ketidakmampuan mereka untuk membuat mobilitas dan pengamatan para elite yang bebas berputar kapan pun mereka menghendaki. Sebagai akibatnya, wilayah menjadi ajang pertempuran daerah pihak yang kalah dan yang menang dalam perang ruang akan berhadapan dalam pertempuran yang sangat tidak seimbang.
Pihak yang menang bisa dikatakan hidup di dalam waktu daripada ruang: mereka bisa untuk hampir-hampir menjangkau setiap ruang dengan cepat, untuk tidak mengatakannya secara instan. Sebaliknya pihak yang kalah sanggup dipandang sebagai mereka yang tinggal dalam ruang. Ruang tersebut berada jauh dari kekuasaan mereka, berat, lentur, resisten, dan tidak tersentuh, bisa mengikat waktu. Namun, sangat lah penting untuk membedakan di antara mereka yang mempunyai sedikit mobilitas. Tourist (turis) yaitu mereka yang bergerak alasannya yaitu mereka memang menghendaki demikian. Mereka tertarik pada sesuatu, merasa hal itu tidak bisa diabaikan, dan bergerak ke arahnya. Sedangkan, yang disebut vagabond (pengembara) yaitu mereka yang melaksanakan pergerakan alasannya yaitu lingkungan mereka menyampaikan mereka keadaan yang tidak tertahankan, tidak lagi ramah alasannya yaitu sejumlah alasan. Aspek-aspek konkret dari apa yang kita sanjung-sanjung sebagai globalisasi yaitu yang dikaitkan dengan tourist, sedangkan dampak samping yang tidak terhindarkan yaitu bahwa banyak aspek lain yang ditransformasikan menjadi vagabond. Bagaimanapun, kebanyakan orang ada di antara dua ekstrim tersebut. Mereka tidak terlalu yakin di mana tolong-menolong sekarang mereka berada, tetapi di mana pun mereka, mereka tidak benar-benar yakin apakah mereka akan berada di daerah yang sama esok hari. Dengan demikian, globalisasi diterjemahkan menjadi keresahan bagi banyak orang di antara kita.
Bagaimanapun, mereka yang sepertinya akan menjadi pemenang dalam globalisasi—tourist—memiliki persoalan mereka sendiri. Pertama, terdapat beban yang dikaitkan dengan ketidakmungkinan untuk memperlambat; alasannya yaitu tidaklah gampang untuk selalu bergerak dan terlebih pada kecepatan tinggi. Kedua, mobilitas berarti serangkaian pilihan yang tidak ada habisnya dan setiap pilihan mempunyai suatu ukuran ketidakpastian yang diasosiasikan dengannya. Ketiga, setiap pilihan mengandung serangkaian risiko dan bahaya. Mobilitas yang tidak ada akhirnya dan pilihan yang tidak ada putusnya akhirnya akan menyulitkan, untuk tidak mengatakannya membebani.
Pantas untuk dicatat bahwa Bauman memakai gagasan “likuiditas” di banyak sekali buku yang ditulis di awal kala ke-21. Jelas dunia global merupakan sebuah dunia yang semakin cair yang dicirikan oleh banyak sekali jenis “aliran” yang tidak terhitung jumlahnya. Sebagai akibatnya, dunia global terus mengalami perubahan bentuk dan menjadi semakin sulit dikendalikan atau didapatkan darinya suatu pemahaman yang tetap. Gagasan likuiditas mempunyai penerapan luas pada proses globalisasi.
Download di Sini
Sumber.
Hutington, Samuel. 2003. Konflik Peradaban; Paradigma Dunia Pasca Perang. IRCiSod. Yogyakarta.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Kapitalisme Transnasional
2. Globalisasi, Partikularisasi, dan Pengalaman Kolonialisme
3. Konvergensi Kultural
4. Hibridisasi Kultural
5. Anthony Giddens. Globalisasi sebagai "Dunia tidak Terkendali"
6. Ulrich Beck. Politik Globalisasi dan Kosmopolitanisme
7. George Ritzer. Teori Globalisasi "of Nothing"
8. Zygmunt Bauman. Konsekuensi Globalisasi pada Manusia
9. Diferensialisme Kultural
10. Ekspansi Pasar Global dan Krisis Solidaritas
11. Anthony Giddens. Modernitas dan Identitas
12. Politik Identitas di Era Globalisasi
Pihak yang menang bisa dikatakan hidup di dalam waktu daripada ruang: mereka bisa untuk hampir-hampir menjangkau setiap ruang dengan cepat, untuk tidak mengatakannya secara instan. Sebaliknya pihak yang kalah sanggup dipandang sebagai mereka yang tinggal dalam ruang. Ruang tersebut berada jauh dari kekuasaan mereka, berat, lentur, resisten, dan tidak tersentuh, bisa mengikat waktu. Namun, sangat lah penting untuk membedakan di antara mereka yang mempunyai sedikit mobilitas. Tourist (turis) yaitu mereka yang bergerak alasannya yaitu mereka memang menghendaki demikian. Mereka tertarik pada sesuatu, merasa hal itu tidak bisa diabaikan, dan bergerak ke arahnya. Sedangkan, yang disebut vagabond (pengembara) yaitu mereka yang melaksanakan pergerakan alasannya yaitu lingkungan mereka menyampaikan mereka keadaan yang tidak tertahankan, tidak lagi ramah alasannya yaitu sejumlah alasan. Aspek-aspek konkret dari apa yang kita sanjung-sanjung sebagai globalisasi yaitu yang dikaitkan dengan tourist, sedangkan dampak samping yang tidak terhindarkan yaitu bahwa banyak aspek lain yang ditransformasikan menjadi vagabond. Bagaimanapun, kebanyakan orang ada di antara dua ekstrim tersebut. Mereka tidak terlalu yakin di mana tolong-menolong sekarang mereka berada, tetapi di mana pun mereka, mereka tidak benar-benar yakin apakah mereka akan berada di daerah yang sama esok hari. Dengan demikian, globalisasi diterjemahkan menjadi keresahan bagi banyak orang di antara kita.
Bagaimanapun, mereka yang sepertinya akan menjadi pemenang dalam globalisasi—tourist—memiliki persoalan mereka sendiri. Pertama, terdapat beban yang dikaitkan dengan ketidakmungkinan untuk memperlambat; alasannya yaitu tidaklah gampang untuk selalu bergerak dan terlebih pada kecepatan tinggi. Kedua, mobilitas berarti serangkaian pilihan yang tidak ada habisnya dan setiap pilihan mempunyai suatu ukuran ketidakpastian yang diasosiasikan dengannya. Ketiga, setiap pilihan mengandung serangkaian risiko dan bahaya. Mobilitas yang tidak ada akhirnya dan pilihan yang tidak ada putusnya akhirnya akan menyulitkan, untuk tidak mengatakannya membebani.
Pantas untuk dicatat bahwa Bauman memakai gagasan “likuiditas” di banyak sekali buku yang ditulis di awal kala ke-21. Jelas dunia global merupakan sebuah dunia yang semakin cair yang dicirikan oleh banyak sekali jenis “aliran” yang tidak terhitung jumlahnya. Sebagai akibatnya, dunia global terus mengalami perubahan bentuk dan menjadi semakin sulit dikendalikan atau didapatkan darinya suatu pemahaman yang tetap. Gagasan likuiditas mempunyai penerapan luas pada proses globalisasi.
Download di Sini
Sumber.
Hutington, Samuel. 2003. Konflik Peradaban; Paradigma Dunia Pasca Perang. IRCiSod. Yogyakarta.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
1. Kapitalisme Transnasional
2. Globalisasi, Partikularisasi, dan Pengalaman Kolonialisme
3. Konvergensi Kultural
4. Hibridisasi Kultural
5. Anthony Giddens. Globalisasi sebagai "Dunia tidak Terkendali"
6. Ulrich Beck. Politik Globalisasi dan Kosmopolitanisme
7. George Ritzer. Teori Globalisasi "of Nothing"
8. Zygmunt Bauman. Konsekuensi Globalisasi pada Manusia
9. Diferensialisme Kultural
10. Ekspansi Pasar Global dan Krisis Solidaritas
11. Anthony Giddens. Modernitas dan Identitas
12. Politik Identitas di Era Globalisasi