Amitai Etzioni. Dasar-Dasar Teori Agresi Makroskopik

Teori Etzioni merupakan sintesa antara pendekatan-pendekatan parsial yang kita sebut naturalistis dan humanistis. Dia menolak pandangan bahwa kekerabatan insan memang bersifat mekanis dan sanggup dipahami lewat cara-cara yang menyerupai dengan hubungan-hubungan dalam ilmu fisika dan kimia. Kemudian beliau juga tidak baiklah dengan posisi ekstrim yang melihat “kurang pentingnya arti aspek mekanisasi” dan memandang banyak sekali klarifikasi interpretatif yang disiapkan oleh studi simbol-simbol yang “bermakna” sebagai variabel kunci. Etzioni (1968:26-29) memandang kedua perspektif teoritis itu dalam masyarakat aktif harus dipertimbangkan. Dia menegaskan pada prinsipnya “di satu pihak kontrol dimungkinkan alasannya ialah merupakan jawaban pada simbol-simbol”. Kontrol yang demikian tergantung pada tiga elemen dasar: (1) sekelompok pelaku (aktor) yang mempunyai pengetahuan; (2) satu atau beberapa tujuan yang harus dicapai oleh kelompok atau seorang pelaku dan (3) peluang ke arah kekuasaan, meliputi manipulasi simbol-simbol yang sanggup menyusun kembali ketentuan-ketentuan sosial (social code). Dengan demikian untuk bisa “aktif” seseorang harus mempunyai pengetahuan, kesepakatan dan kekuasaan.

Walaupun insan bisa bertindak tetapi Etzioni mengakui bahwa terdapat hambatan yang dibebankan terhadap tindakan ini. Dia kembali mengkritik perspektif teoritis yang sudah ada. Pendekatan kolektivistik yang diketengahkan oleh kaum fungsionalis menganggap insan semata-mata produk sistem sosial mereka. Aturan-aturan sosial dilihat bertebaran tanpa bisa dikendalikan manusia. Di ekstrim lain terdapat teori struktural C. Wright Mills*. Etzioni merasa karya Mills, Power Elite, merupakan suatu pendekatan voluntaristik yang menggambarkan adanya sekelompok orang yang sangat bisa menjalankan hukum sosial sebagaimana yang dikehendaki. Teori “societal guidance” Etzioni mencoba menggabungkan “kolektivisme dan voluntarisme”. Teori ini tidak hanya melihat insan bisa melaksanakan tindakan sosial, tetapi juga mengakui adanya banyak sekali hambatan atau keterbatasan tindakan itu. Kendala demikian tidak dianggap sebagai “yang sudah ada” (seperti halnya perspektif fungsional struktural) tetapi merupakan hasil, paling tidak dalam bagian, dari tindakan atau pilihan di masa lalu. Kaprikornus hambatan yang ada sekarang, dalam beberapa hal, bersama-sama merupakan hasil dari tindakan-tindakan voluntaristis di masa lalu.

Setelah mengetengahkan asumsi-asumsi atau postulat-postulat mengenai hakikat orang sebagai pelaku, dan masyarakat sebagai produk dari tindakan masa kemudian serta jawaban pada acara yang ada sekarang, Etzioni menggolongkan tiga tipe kekerabatan sosial yaitu: kekerabatan yang bersifat normatif, utilitarian, dan paksaan. Hubungan normatif yang ditekankan dalam analisa kaum fungsionalis meliput aliran norma-norma dan nilai-nilai. Masyarakat primitif serta banyak sekali organisasi a-la gemeinschft (seperti keluarga) merupakan pola kekerabatan tersebut, di mana orang satu sama lain diperlakukan sebagai subjek dan di mana kesepakatan yang tidak rasional berlangsung secara timbal balik. Hubungan utilitarian ialah kekerabatan pertukaran sosial rasional, di mana terdapat ganjaran bagi masing-masing pihak. Dalam hubungan paksaan masing-masing orang diperlakukan sebagai objek, dan kesepakatan sanggup bersifat rasional dan non-rasional. Etzioni menyatakan bahwa paksaan termasuk penggunaan ancaman, kekuatan oleh pelaku melawan pelaku lain. Ketiga dasar hukum sosial yang merupakan tipe ideal itu jarang sekali tampil dalam bentuknya yang murni. Dalam kenyataan hubungan-hubungan sosial merupakan kombinasi dari ketiga bentuk itu.

Dalam teori societal guidance itu kolektivitas dan negara merupakan dua variabel independen. Kolektivitas ialah kelompok yang didasarkan atas seperangkat kepentingan-kepentingan normatif dan atau nilai-nilai yang dimiliki oleh para anggotanya.

Konsep kolektivitas ini menyerupai dengan konsep kelas dari Marxis, di mana anggota satu kelas menyadari adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan bersatu untuk membentuk dasar aksi. Hubungan cohesive yang terjadi melalui kolektivitas membutuhkan jaringan-jaringan kontrol. Menurut teori Etzioni, jaringan kontrol, sebagaimana yang ditunjukkan negara, harus benar-benar ada sebelum masyarakat itu sanggup menjadi masyarakat aktif. Kedua-duanya, integrasi, atau cohesiveness dan kontrol bisa saja merupakan kekerabatan yang sifatnya normatif, utilitarian, atau paksaan.

Pusat kontrol, yang diwakili oleh negara, terdiri dari dua jenis sub-unit—para elit dan prosedur pelaksana—yang menghubungkan sentra kontrol dengan anggota unit yang berada di bawah kontrol. Dalam teori Etzioni, elit tidak identik dengan “kelas yang sedang memerintah” (ruling class). Elit ialah “unit kontrol yang dikhususkan dalam fungsi-fungsi sibernetik pemerosesan pengetahuan dan pengambilan keputusan serta dalam penerapan kekuasaan” (Etzioni, 1968:113). Para elit itu tidak membentuk kelas superior, dan mereka tidak perlu mempunyai kualitas-kualitas kepemimpinan. Istilah elit lebih menunjuk pada peranan (ketimbang pada kelas), yang tugasnya ialah memproses pengetahuan, mengambil banyak sekali keputusan, dan memperlihatkan perintah.


Download


Sumber
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta


Baca Juga
1. Amitai Etzioni. Masyarakat Aktif: Teori Proses-Proses Sosial dan Politik 
2. Amitai Etzioni. Konsensus Kemasyarakatan dan Daya Tangkap
3. Amitai Etzioni. Dari Masyarakat Terasing ke Masyarakat Aktif

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel