C. Wright Mills. Imajinasi Sosiologis, Perpaduan Psikologi Sosial Dengan Strukturalisme Konflik

C. Wright Mills*, sebagai spesialis teori yang tak pernah mengesampingkan prinsip-prinsip psikologis, mencoba mengaitkannya dengan problem sosiologis dan struktur. Masalah-masalah struktur juga membawanya ke analisa isu-isu sosial dan teori sosiologis terapan atau teori evaluasi. Karya-karya Mills, sebagai seorang sosiolog berorientasi pembaharuan, menawarkan bahwa konflik kepentingan ialah salah satu bentuk fakta sosial. Tetapi dalam memperhatikan gosip yang lebih luas (kelalaian banyak mahir psikologi sosial) ia tidak mengabaikan individu (masalah bagi banyak teori fungsionalis struktural). Lewat karya-karya besarnya kita sanggup melihat kesadaran Mills* perihal kekerabatan antara individu dengan struktur di mana mereka hidup.

Imajinasi ini harus merupakan adonan dari “dua cara penelitian”, yang diidentifikasi oleh Mills* sebagai makroscopiks dan molekular. Makroscopiks berafiliasi dengan “keseluruhan struktur sosial dalam cara perbandingan”; beruang lingkup sama dengan ruang lingkup mahir sejarah dunia, mencoba menampilkan tipe-tipe fenomena historis, dan secara sistematis menghubungkan aneka macam lingkungan institusional masyarakat yang lalu dikaitkan dengan tipe-tipe insan yang ada”.

Menurut Mills* (1953:267) semua karya Weber*, Marx*, Simmel*, dan Manheim*, merupakan pola penelitian makroscopiks. Molecular ditandai oleh “masalah-masalah berskala kecil dengan kebiasaan menggunakan model verifikasi statistik” (1953:267). Menurut Mills “penghindaran diri dari filsafat sosial ini sering merupakan teknik dan lain sebagainya”. Mengenai problem cara “penelitian makroscopiks lawan molekuar”, Mills (1953:268) berkomentar: “semakin berartilah problem dan karya kita secara sosial dan politik (semakin lebih makroscopiks) maka akan menjadi semakin kurang sempurna (semakin kurang molekular) pengetahuan dan penyelesaian kita”. Menurut Mills* penyelesaian dilema ini sanggup dilakukan lewat taktik pimpong di antara kedua tingkat tersebut sehingga memungkinkan kita dengan gampang berkarya di tingkat makroscopiks dan molekular secara serentak. Karena itu ilustrasi data yang sempurna sanggup diperoleh.

Himbauan “imajinasi sosiologis” Mills bergotong-royong ialah kecaman terhadap apa yang banyak terjadi dalam ilmu yang semu. Dia (1954:22) mempunyai kata kunci bagi para sosiolog naturalis ekstrim, yang disebutnya sebagai “kaum ilmiawan” (The Scientists), dan dianggapnya “gemar menggunakan jas putih dengan semacam simbol IBM terpampang mentereng di saku”. Mereka tidak tahu-menahu dengan masyarakat dan sejarah sebagaimana katanya telah dilakukan oleh para mahir fisika terhadap alam”. Mills merasa perspektif ini diharapkan alasannya mengandung tiga problem yaitu: (1) arti penting kedudukan pandangan gres dalam sejarah manusia; (2) hakikat kekuasaan dan hubungannya dengan pengetahuan; dan (3) pengertian tindakan sopan santun dan penempatan pengetahuan di dalamnya. Teori sosiologi Mills sendiri mencoba untuk tetap menempatkan ketiga unsur itu sebagai inti analisa.

Mills juga sangat kritis dengan kelompok sosiologi lain, yang disebutnya sebagai “The Grand Theorist”. Dalam hal ini, Talcott Parsons* merupakan pola soal yang cukup baik. “The Grand Theorist” merupakan perjuangan yang sebagian terorganisir untuk mengelak dari upaya mengadakan uraian lengkap (menjelaskan) dan memahami tingkah laris insan serta masyarakat. Mills (1954:23) mengatakan: “dalam prosa yang bombastis mereka mengetengahkan hasil kajian yang kacau perihal para sosiolog populer di kurun kesembilan belas dan kesalahan proses awal dalam mencari hasil akhir”. Walaupun Mills* wafat sebelum Parsons* sempat mengadakan perbaikan teoretis, tetapi sangat diragukan apakah Mills akan lebih terkesan dengan karya terakhir Parsons itu.


Mills benar-benar mengucapkan kekagumannya kepada kelompok sosiolog ketiga yang tertarik pada arti fenomena bagi masyarakat dan mencoba menempatkan pengertian fenomena itu ke dalam konteks historis. Para sosiolog tersebut yang cenderung disebut sebagai karya klasik, menawarkan perhatian yang sama ibarat sosiolog klasik Max Weber*, Georg Simmel*, Gaetano Mosca, dan Karl Manheim*. Para sosiolog tersebut menyatukan perhatian mereka akan teori sosiologis yang relevan dengan pengetahuan dan menggunakan sejarah serta biografi. Mills menghargai para sosiolog yang tertarik pada teori sosiologis yang relevan dan menggunakan sejarah serta biografi sebagai sumber data, dengan menghasilkan “imajinasi sosiologis”.

Karena itu Mills sering dianggap sebagai bapak dari kelahiran kembali sosiologi yang berorientasi pada pembaharuan. Dia secepatnya berusaha mengembalikan sosiologi kepada publik—menyelamatkan sosiologi dari apa yang ditakutkan Mills sebagai cengkeraman posisi non-evaluasi yang sedang bangkrut. Dia mencoba memperbaharui perhatian kalangan tokoh-tokoh sosiologi akan gosip faktual remaja ini. Walaupun wafat tahun 1960-an, tetapi banyak karya-karya C. Wright Mills* yang kelihatan lebih relevan dikala ini ketimbang di dikala awal penulisannya.


Download


Sumber
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta


Baca Juga
1. C. Wright Mills. Biografi
2. C. Wright Mills. Sosiologi Radikal di Amerika
3. Tokoh-Tokoh yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi
4. Pokok Bahasan Sosiologi
5. C. Wright Mills. Dasar Psikologi Sosial
6. C. Wright Mills. Studi Tentang Kekuasaan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel