Sketsa Historis Teori Sosiologis Di Tahun-Tahun Awal. Pencerahan (Renaissance)

[Kekuatan-kekuatan Intelektual dan Munculnya Teori Sosiologis]
Meskipun faktor-faktor sosial penting, terdapat kekuatan-kekuatan intelektual yang memainkan peranan sentral dalam membentuk teori sosiologis. Di dunia nyata, tentu saja faktor-faktor intelektual tidak sanggup dipisahkan dari kekuatan-kekuatan sosial. Sebagai contoh, di dalam diskusi mengenai Pencerahan (Renaissance), kita akan menjumpai bahwa gerakan Pencerahan bekerjasama bersahabat dengan, dan dalam banyak perkara menunjukkan landasan intelektual untuk, perubahan-perubahan sosial yang telah di bahas sebelumnya.


Banyak kekuatan intelektual yang membentuk perkembangan teori-teori sosial, pengaruhnya dirasakan pertama kali. Dimulai dengan pencerahan dan pengaruh-pengaruhnya pada perkembangan teori sosiologis di Prancis.

Pencerahan (Renaissance)
Banyak pengamat memandang bahwa Pencerahan merupakan suatu perkembangan yang sangat penting sehubungan dengan evolusi sosiologi di lalu hari (Hawthorn, 1976; Hughes, Martin, Sharrock, 1995; Nisbet, 1967; Zeitlin, 1996). Pencerahan ialah suatu periode perkembangan intelektual dan perubahan di dalam fatwa filosofis yang luar biasa. Sejumlah wangsit dan kepercayaan yang telah usang bertahan—barangkali di antaranya terkait dengan kehidupan sosial—ditumbangkan dan digantikan selama Pencerahan. Para pemikir yang paling menonjol yang terkait dengan Pencerahan ialah filsuf Prancis Charles Montesquieu* (1689-1755) dan Jean Jacquess Rousseau (1712-1778) (B. Singer, 2005a, 2005b). Akan tetapi, efek Pencerahan pada teori sosiologis lebih banyak yang bersifat tidak pribadi dan negatif daripada yang pribadi dan positif. Seperti yang dinyatakan oleh Irving Zeitlin, “Sosiologi awal berkembang sebagai reaksi terhadap Pencerahan” (1996:10).

Para pemikir yang terkait dengan Pencerahan terutama dipengaruhi oleh dua arus intelektual—filsafat dan ilmu masa ketujuh belas.

Filsafat masa ketujuh belas terkait dengan karya para pemikir ibarat Rene Descartes*, Thomas Hobbes*, dan John Locke*. Penekanannya terletak pada pembentukan sistem-sistem wangsit yang besar, umum dan sangat aneh yang menghasilkan pengertian yang rasional. Para pemikir belakangan yang terkait dengan Pencerahan tidak menolak wangsit bahwa sistem-sistem wangsit harus bersifat umum dan menghasilkan pengertian rasional, tetapi mereka melaksanakan usaha-usaha yang lebih besar untuk memperoleh ide-ide mereka dari dunia aktual dan mengujinya di sana. Dengan kata lain, mereka ingin menggabungkan riset empiris dengan nalar (Seidman, 1983:36-37). Model untuk hal tersebut ialah ilmu, khususnya fisika Newtonian. Pada titik ini, kita melihat kemunculan penerapan metode ilmiah kepada masalah-masalah sosial. Para pemikir Pencerahan tidak hanya menginginkan ide-ide mereka diperoleh dari dunia nyata, mereka juga menginginkan ide-ide itu bermanfaat bagi dunia sosial, khususnya di dalam analisis kritis terhadap dunia tersebut.


Secara keseluruhan, Pencerahan ditandai oleh kepercayaan bahwa insan sanggup memahami dan mengendalikan alam semesta dengan memakai nalar dan riset empiris. Pandangan waktu itu ialah bahwa sebab dunia fisik didominasi oleh hukum-hukum alam, maka dunia sosial pun mungkin demikian. Oleh sebab itu, dengan memakai nalar dan riset sang filsuf bertugas untuk menemukan hukum-hukum sosial ini. Bila mereka sudah memahami cara kerja dunia sosial, para pemikir Pencerahan memiliki tujuan praktis—menciptakan suatu dunia “yang lebih baik” yang lebih rasional.

Dengan menekankan pada akal, para filsuf Pencerahan cenderung menolak kepercayaan-kepercayaan pada otoritas tradisional. Ketika para pemikir tersebut menyelidiki nilai-nilai dan lembaga-lembaga tradisional, mereka sering menemukannya tidak rasional—yakni, bertentangan dengan hakikat insan dan merintangi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Misi para filsuf Pencerahan yang bersikap mudah dan berorientasi perubahan ialah untuk mengatasi sistem-sistem yang tidak rasional itu. Teoretisi yang paling banyak dipengaruhi secara pribadi dan secara positif oleh fatwa pencerahan ialah Alexis de Tocqueville* dan Karl Marx*, meskipun Karl Marx* membentuk ide-ide teoretis awalnya di Jerman.

Berikutnya. Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal. Reaksi Konservatif terhadap Pencerahan

Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Download

Baca Juga

Baca Juga Tokoh, Pemikiran dan Karya
1. Charles Montesquieu
2. Rene Descartes
3. Thomas Hobbes
4. John Locke
5. Alexis de Tocqueville
6. Karl Marx

Baca Juga
Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia
 

Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal
Kekuatan-Kekuatan Sosial di Dalam Perkembangan Teori Sosiologis
1. Revolusi-revolusi politis
2. Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme
3. Munculnya Sosialisme
4. Feminisme
5. Urbanisasi
6. Perubahan Agamis
7. Pertumbuhan Ilmu

Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal
Kekuatan-kekuatan Intelektual dan Munculnya Teori Sosiologis
1. Pencerahan (Renaissance)
2. Reaksi Konservatif terhadap Pencerahan (Renaissance)
 

Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal
1. Perkembangan Sosiologi Prancis dan Jerman
 

Asal Usul Sosiologi Inggris
1. Ekonomi Politis
2. Ameliorisme
3. Evolusi Sosial


Tokoh Kunci di Dalam Sosiologi Awal Italia

Teori Sosiologis Amerika Awal
1. Politik
2. Perubahan Sosial dan Arus Intelektual
3. Pengaruh Herbert Spencer pada Sosiologi
4. Aliran Chicago

Teori Sosiologis Amerika Pertengahan Abad Kedua Puluh

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel