Perkembangan Dalam Marxisme Eropa Semasa Pergantian Abad

Sementara banyak sosiolog era kesembilan belas sedang membuatkan teori-teori mereka yang bertentangan dengan Marx*, ada perjuangan bersama yang dilakukan sejumlah Marxis untuk memperjelas dan memperluas teori Marxian (Beilharz, 2005 dst; Steinmetz, 2007). Di antara kira-kira 1875 dan 1925, ada sedikit tumpang tindih antara Marxisme dan sosiologi. (Weber* adalah suatu perkecualian bagi hal ini). Kedua pedoman pemikiran itu sedang berkembang dengan cara yang sejajar dengan sedikit atau tidak ada pertukaran di antara mereka.

Setelah ajal Marx*, teori Marxian mula-mula didominasi oleh orang-orang yang melihat determinisme ilmiah dan ekonomi di dalam teorinya (Baker, 2007a). Wallerstein* menyebut era itu sebagai “Marxisme Ortodoks” (1986:1301). Fredrich Engels, penolong dan kawan kerja Marx*, yang masih hidup sesudah ajal Marx, sanggup dilihat sebagai eksponen pertama perspektif tersebut. Pandangan itu, intinya ialah teori ilmiah Marx* telah menyingkapkan hukum-hukum ekonomi yang mengatur dunia kapitalis. Hukum-hukum tersebut mengatakan keruntuhan sistem kapitalis yang tidak terelakkan. Para pemikir Marxian awal, ibarat Karl Kautsky, berusaha memperoleh pengertian yang lebih baik atas cara kerja hukum-hukum itu. Ada beberapa dilema dengan perspektif tersebut. Salah satunya, perspektif itu tampak mengesampingkan agresi politis, landasan pendirian Marx*. Yakni, para individu, khususnya para pekerja, sepertinya tidak perlu melaksanakan apa-apa. Di dalam sistem yang hancur secara tidak terelakkan, mereka hanya duduk damai saja dan menunggu ajal sistem itu. Pada level teoretis, Marxisme deterministik sepertinya mengesampingkan relasi dialektis antara para individu dan struktur-struktur sosial yang lebih besar.

Masalah-masalah tersebut mengakibatkan reaksi di kalangan teori Marxian dan mengakibatkan perkembangan “Marxisme Hegelian” pada awal 1900-an. Para Marxis Hegelian menolak untuk menyusutkan Marxisme menjadi suatu teori ilmiah yang mengabaikan pemikiran dan agresi individu.

Mereka disebut Hegelian Marxism alasannya mereka berusaha menggabungkan perhatian Hegel* kepada kesadaran dengan kepentingan determinis pada struktur-struktur ekonomi masyarakat. Para teoretisi Hegelian signifikan alasannya alasan-alasan teoretis maupun praktis. Secara teoretis, mereka mengembalikan lagi pentingnya individu, kesadaran, dan relasi antara pemikiran dan aksi. Secara praktis, mereka menekankan pentingnya agresi individu dalam menghasilkan revolusi sosial.

Eksponen utama sudut pandang itu yaitu George Lukacs* (Ficher, 1984; Markus 2005). Menurut Martin Jay, Lukacs* yaitu “bapak pendiri Marxisme Barat” dan karyanya History and Class Conciousness* (1922/1968). Pada awal 1900-an Lukacs* telah mulai menggabungkan Marxisme dengan sosiologi (khususnya,teori Weberian dan Simmelian). Penggabungan tersebut segera dipercepat oleh perkembangan Teori Kritis* pada 1920-an dan 1930-an.

Baca Juga. Kemunculan dan Keruntuhan Sosiologi Marxian di Amerika

Biografi, Pemikiran, dan Karya Tokoh Terkait
1. Karl Marx
2. Georg Lukacs
3. Teori Kritis
4. Immanuel Wallerstein


Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
 

Baca Juga

Download

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel