Sketsa Historis Teori Sosiologis Di Tahun-Tahun Awal. Reaksi Konservatif Terhadap Pencerahan (Renaissance)
[Kekuatan-kekuatan Intelektual dan Munculnya Teori Sosiologis]
Kita mungkin menerka bahwa teori sosiologi klasik Prancis, menyerupai teori Marx*, dipengaruhi secara pribadi dan secara aktual oleh Pencerahan. Sosiologi Prancis menjadi rasional, empiris, ilmiah, dan berorientasi perubahan, namun itu terjadi sesudah ia juga dibuat oleh sekumpulan ilham yang berkembang sebagai reaksi terhadap Pencerahan. Menurut Seidman, “Ideologi kontra-pencerahan menggambarkan pembalikan bantu-membantu dari liberalisme Pencerahan. Sebagai ganti dari premis-premis modernis, kita sanggup mendeteksi suatu sentimen antimodernis yang kuat pada para kritisi Pencerahan” (1983: 51). Seperti yang akan dilihat nanti, sosiologi pada umumnya, dan sosiologi Prancis khususnya, semenjak permulaan merupakan adonan yang gundah dari ide-ide Pencerahan dan kontra-Pencerahan.
Bentuk paling ekstrem perlawanan terhadap ide-ide Pencerahan ialah filsafat kontrarevolusi Kristen Prancis, menyerupai yang diwakili oleh ide-ide Louis de Bonald (1754-1840) dan Josep de Maistre (1753-1821)(Reedy, 1994; Bradley, 2005a, 2005b). Kedua orang itu bereaksi bukan hanya kepada Pencerahan saja, tetapi juga kepada Revolusi Prancis, yang mereka lihat sebagian merupakan produk jenis fatwa yang khas Pencerahan. Bonald misalnya, terganggu dengan perubahan-perubahan revolusioner dan merindukan kembalinya perdamaian dan keharmonisan Abad Pertengahan. Menurut pandangan ini, Tuhan ialah sumber masyarakat; oleh alasannya itu, akal, yang begitu penting bagi para filsuf Pencerahan, dipandang lebih rendah bagi kepercayaan-kepercayaan agamis tradisional. Lebih lanjut, alasannya Tuhan diyakini telah membuat masyarakat, insan dilarang merusaknya dan dilarang mencoba mengubah ciptaan yang suci. Secara lebih luas, Bonald menentang segala hal yang menghancurkan lembaga-lembaga tradisional menyerupai patriarki, keluarga monogami, monarki, dan Gereja Katolik.
Meskipun Bonald mewakili suatu bentuk reaksi konservatif yang agak ekstrem, karya-karyanya merupakan pengantar yang bermanfaat bagi premis-premis umumnya. Kaum konservatif berpaling menjauhi hal yang dianggapnya merupakan rasionalisme “naif” Pencerahan. Mereka tidak hanya mengakui aspek-aspek tidak rasional kehidupan sosial, tetapi juga memberi nilai aktual kepadanya. Karena itu, mereka memandang fenomena menyerupai tradisi, imajinasi, emosionalisme, dan agama sebagai komponen-komponen kehidupan sosial yang bermanfaat dan diperlukan. Karena itu, mereka tidak menyukai pergolakan dan berusaha mempertahankan tatanan yang ada, mereka menyesalkan perkembangan-perkembangan menyerupai Revolusi Prancis dan Revolusi Industri, yang mereka lihat sebagai kekuatan-kekuatan yang mengganggu. Kaum konservatif cenderung menekankan ketertiban sosial, pementingan yang menjadi salah satu tema sentral karya sejumlah teoretisi sosiologis.
Zeitlin (1996) menguraikan sepuluh proposisi utama yang ia lihat sedang muncul dari reaksi konservatif dan memberi landasan bagi perkembangan teori sosiologis Prancis klasik.
1. Sementara para pemikir Pencerahan cenderung menekankan individu, reaksi konservatif membawa minat utama dan pementingan sosiologis pada masyarakat dan fenomena berskala besar lainnya. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar himpunan individu belaka. Masyarakat dilihat memiliki eksistensinya sendiri beserta hukum-hukum perkembangannya sendiri dan akar-akar yang mendalam di masa silam.
2. Masyarakat ialah unit analisa yang paling penting; dipandang lebih penting daripada individu. Masyarakatlah yang menghasilkan individu, terutama melalui proses sosialisasi.
3. Individu tidak dipandang sebagai unsur paling dasar di dalam masyarakat. Suatu masyarakat terdiri dari bagian-bagian komponen menyerupai peran-peran, relasi-relasi, struktur-struktur, dan lembaga-lembaga. Para individu dipandang hanya sekedar mengisi unit-unit tersebut yang ada di dalam masyarakat.
4. Bagian-bagian masyarakat dilihat sebagai hal yang saling bekerjasama dan saling bergantung. Antarhubungan itu ialah landasan utama masyarakat. Pandangan tersebut menghasilkan orientasi politis konservatif, yakni, alasannya setiap bab dipandang saling berhubungan, berarti bahwa merusak satu bab akan mengakibatkan kehancuran bagi bagian-bagian lain, dan pada akhirnya, menghancurkan sistem secara keseluruhan. Hal itu berarti bahwa perubahan-perubahan di dalam sistem sosial harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
5. Perubahan dilihat sebagai bahaya bukan hanya kepada masyarakat dan komponen-komponennya, tetapi juga kepada para individu yang ada di dalam masyarakat. Berbagai komponen masyarakat dilihat sebagai pemuas kebutuhan manusia. Bila lembaga-lembaga terganggu, insan mungkin menderita, dan penderitaan mereka kemungkinan besar mengakibatkan kekacauan.
6. Kecenderungan umum ialah melihat aneka macam komponen masyarakat yang berskala besar sebagai hal yang bermanfaat baik bagi masyarakat maupun bagi para individu yang ada di dalamnya. Hasilnya, hanya sedikit harapan untuk mencari efek-efek negatif struktur-struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial yang sudah ada.
7. Unit-unit kecil, menyerupai keluarga, lingkungan tetangga, dan kelompok-kelompok agamis dan pekerjaan, juga dilihat sebagai hal yang pokok bagi individu dan masyarakat. Mereka menunjukkan lingkungan tatap muka yang intim yang dibutuhkan orang biar sanggup bertahan hidup di dalam masyarakat modern.
8. Ada kecenderungan untuk melihat aneka macam perubahan-perubahan sosial modern, menyerupai industrialisasi, urbanisasi, dan birokratisasi, memiliki imbas menghancurkan penataan. Perubahan-perubahan itu dipandang dengan ketakutan dan kecemasan, dan ada pementingan pada pengembangan cara-cara untuk menangani efek-efek mereka yang bersifat merusak.
9. Sementara sebagian besar perubahan yang menyeramkan tersebut menghasilkan masyarakat yang lebih rasional, reaksi konservatif menghasilkan pementingan pada pentingnya faktor-faktor tidak rasional (ritual, upacara, dan pemujaan, misalnya) di dalam kehidupan sosial.
10. Akhirnya, kaum konservatif mendukung keberadaan sistem hierarkis di masyarakat. Sistem pembedaan status dan penghargaan dilihat sebagai hal yang penting bagi masyarakat.
Sepuluh proposisi di atas yang berasal dari reaksi konservatif terhadap pencerahan harus dilihat sebagai basis intelektual pribadi perkembangan teori sosiologis di Prancis. Banyak di antara ilham tersebut yang memasuki fatwa sosiologis awal, meskipun beberapa ilham pencerahan (empirisme, misalnya) juga berpengaruh.
Berikutnya. Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal. Perkembangan Sosiologi Prancis dan Jerman
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Download
Baca Juga
Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal
Kekuatan-Kekuatan Sosial di Dalam Perkembangan Teori Sosiologis
1. Revolusi-revolusi politis
2. Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme
3. Munculnya Sosialisme
4. Feminisme
5. Urbanisasi
6. Perubahan Agamis
7. Pertumbuhan Ilmu
Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal
Kekuatan-kekuatan Intelektual dan Munculnya Teori Sosiologis
1. Pencerahan (Renaissance)
2. Reaksi Konservatif terhadap Pencerahan (Renaissance)
Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal
1. Perkembangan Sosiologi Prancis dan Jerman
Asal Usul Sosiologi Inggris
1. Ekonomi Politis
2. Ameliorisme
3. Evolusi Sosial
Tokoh Kunci di Dalam Sosiologi Awal Italia
Teori Sosiologis Amerika Awal
1. Politik
2. Perubahan Sosial dan Arus Intelektual
3. Pengaruh Herbert Spencer pada Sosiologi
4. Aliran Chicago
Teori Sosiologis Amerika Pertengahan Abad Kedua Puluh
Kita mungkin menerka bahwa teori sosiologi klasik Prancis, menyerupai teori Marx*, dipengaruhi secara pribadi dan secara aktual oleh Pencerahan. Sosiologi Prancis menjadi rasional, empiris, ilmiah, dan berorientasi perubahan, namun itu terjadi sesudah ia juga dibuat oleh sekumpulan ilham yang berkembang sebagai reaksi terhadap Pencerahan. Menurut Seidman, “Ideologi kontra-pencerahan menggambarkan pembalikan bantu-membantu dari liberalisme Pencerahan. Sebagai ganti dari premis-premis modernis, kita sanggup mendeteksi suatu sentimen antimodernis yang kuat pada para kritisi Pencerahan” (1983: 51). Seperti yang akan dilihat nanti, sosiologi pada umumnya, dan sosiologi Prancis khususnya, semenjak permulaan merupakan adonan yang gundah dari ide-ide Pencerahan dan kontra-Pencerahan.
Bentuk paling ekstrem perlawanan terhadap ide-ide Pencerahan ialah filsafat kontrarevolusi Kristen Prancis, menyerupai yang diwakili oleh ide-ide Louis de Bonald (1754-1840) dan Josep de Maistre (1753-1821)(Reedy, 1994; Bradley, 2005a, 2005b). Kedua orang itu bereaksi bukan hanya kepada Pencerahan saja, tetapi juga kepada Revolusi Prancis, yang mereka lihat sebagian merupakan produk jenis fatwa yang khas Pencerahan. Bonald misalnya, terganggu dengan perubahan-perubahan revolusioner dan merindukan kembalinya perdamaian dan keharmonisan Abad Pertengahan. Menurut pandangan ini, Tuhan ialah sumber masyarakat; oleh alasannya itu, akal, yang begitu penting bagi para filsuf Pencerahan, dipandang lebih rendah bagi kepercayaan-kepercayaan agamis tradisional. Lebih lanjut, alasannya Tuhan diyakini telah membuat masyarakat, insan dilarang merusaknya dan dilarang mencoba mengubah ciptaan yang suci. Secara lebih luas, Bonald menentang segala hal yang menghancurkan lembaga-lembaga tradisional menyerupai patriarki, keluarga monogami, monarki, dan Gereja Katolik.
Meskipun Bonald mewakili suatu bentuk reaksi konservatif yang agak ekstrem, karya-karyanya merupakan pengantar yang bermanfaat bagi premis-premis umumnya. Kaum konservatif berpaling menjauhi hal yang dianggapnya merupakan rasionalisme “naif” Pencerahan. Mereka tidak hanya mengakui aspek-aspek tidak rasional kehidupan sosial, tetapi juga memberi nilai aktual kepadanya. Karena itu, mereka memandang fenomena menyerupai tradisi, imajinasi, emosionalisme, dan agama sebagai komponen-komponen kehidupan sosial yang bermanfaat dan diperlukan. Karena itu, mereka tidak menyukai pergolakan dan berusaha mempertahankan tatanan yang ada, mereka menyesalkan perkembangan-perkembangan menyerupai Revolusi Prancis dan Revolusi Industri, yang mereka lihat sebagai kekuatan-kekuatan yang mengganggu. Kaum konservatif cenderung menekankan ketertiban sosial, pementingan yang menjadi salah satu tema sentral karya sejumlah teoretisi sosiologis.
Zeitlin (1996) menguraikan sepuluh proposisi utama yang ia lihat sedang muncul dari reaksi konservatif dan memberi landasan bagi perkembangan teori sosiologis Prancis klasik.
1. Sementara para pemikir Pencerahan cenderung menekankan individu, reaksi konservatif membawa minat utama dan pementingan sosiologis pada masyarakat dan fenomena berskala besar lainnya. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar himpunan individu belaka. Masyarakat dilihat memiliki eksistensinya sendiri beserta hukum-hukum perkembangannya sendiri dan akar-akar yang mendalam di masa silam.
2. Masyarakat ialah unit analisa yang paling penting; dipandang lebih penting daripada individu. Masyarakatlah yang menghasilkan individu, terutama melalui proses sosialisasi.
3. Individu tidak dipandang sebagai unsur paling dasar di dalam masyarakat. Suatu masyarakat terdiri dari bagian-bagian komponen menyerupai peran-peran, relasi-relasi, struktur-struktur, dan lembaga-lembaga. Para individu dipandang hanya sekedar mengisi unit-unit tersebut yang ada di dalam masyarakat.
4. Bagian-bagian masyarakat dilihat sebagai hal yang saling bekerjasama dan saling bergantung. Antarhubungan itu ialah landasan utama masyarakat. Pandangan tersebut menghasilkan orientasi politis konservatif, yakni, alasannya setiap bab dipandang saling berhubungan, berarti bahwa merusak satu bab akan mengakibatkan kehancuran bagi bagian-bagian lain, dan pada akhirnya, menghancurkan sistem secara keseluruhan. Hal itu berarti bahwa perubahan-perubahan di dalam sistem sosial harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
5. Perubahan dilihat sebagai bahaya bukan hanya kepada masyarakat dan komponen-komponennya, tetapi juga kepada para individu yang ada di dalam masyarakat. Berbagai komponen masyarakat dilihat sebagai pemuas kebutuhan manusia. Bila lembaga-lembaga terganggu, insan mungkin menderita, dan penderitaan mereka kemungkinan besar mengakibatkan kekacauan.
6. Kecenderungan umum ialah melihat aneka macam komponen masyarakat yang berskala besar sebagai hal yang bermanfaat baik bagi masyarakat maupun bagi para individu yang ada di dalamnya. Hasilnya, hanya sedikit harapan untuk mencari efek-efek negatif struktur-struktur sosial dan lembaga-lembaga sosial yang sudah ada.
7. Unit-unit kecil, menyerupai keluarga, lingkungan tetangga, dan kelompok-kelompok agamis dan pekerjaan, juga dilihat sebagai hal yang pokok bagi individu dan masyarakat. Mereka menunjukkan lingkungan tatap muka yang intim yang dibutuhkan orang biar sanggup bertahan hidup di dalam masyarakat modern.
8. Ada kecenderungan untuk melihat aneka macam perubahan-perubahan sosial modern, menyerupai industrialisasi, urbanisasi, dan birokratisasi, memiliki imbas menghancurkan penataan. Perubahan-perubahan itu dipandang dengan ketakutan dan kecemasan, dan ada pementingan pada pengembangan cara-cara untuk menangani efek-efek mereka yang bersifat merusak.
9. Sementara sebagian besar perubahan yang menyeramkan tersebut menghasilkan masyarakat yang lebih rasional, reaksi konservatif menghasilkan pementingan pada pentingnya faktor-faktor tidak rasional (ritual, upacara, dan pemujaan, misalnya) di dalam kehidupan sosial.
10. Akhirnya, kaum konservatif mendukung keberadaan sistem hierarkis di masyarakat. Sistem pembedaan status dan penghargaan dilihat sebagai hal yang penting bagi masyarakat.
Sepuluh proposisi di atas yang berasal dari reaksi konservatif terhadap pencerahan harus dilihat sebagai basis intelektual pribadi perkembangan teori sosiologis di Prancis. Banyak di antara ilham tersebut yang memasuki fatwa sosiologis awal, meskipun beberapa ilham pencerahan (empirisme, misalnya) juga berpengaruh.
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Baca Juga
Download
Baca Juga
Sejarah Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal
Kekuatan-Kekuatan Sosial di Dalam Perkembangan Teori Sosiologis
1. Revolusi-revolusi politis
2. Revolusi Industri dan Munculnya Kapitalisme
3. Munculnya Sosialisme
4. Feminisme
5. Urbanisasi
6. Perubahan Agamis
7. Pertumbuhan Ilmu
Sketsa Historis Teori Sosiologis di Tahun-tahun Awal
Kekuatan-kekuatan Intelektual dan Munculnya Teori Sosiologis
1. Pencerahan (Renaissance)
2. Reaksi Konservatif terhadap Pencerahan (Renaissance)
1. Perkembangan Sosiologi Prancis dan Jerman
Asal Usul Sosiologi Inggris
1. Ekonomi Politis
2. Ameliorisme
3. Evolusi Sosial
Tokoh Kunci di Dalam Sosiologi Awal Italia
Teori Sosiologis Amerika Awal
1. Politik
2. Perubahan Sosial dan Arus Intelektual
3. Pengaruh Herbert Spencer pada Sosiologi
4. Aliran Chicago
Teori Sosiologis Amerika Pertengahan Abad Kedua Puluh