Ibnu Bajjah. Karya Filsafat

Dalam buku yang diedit oleh M.M. Syarif, disebutkan bahwa beberapa karya Ibnu Bajjah, baik dalam bentuk bahasa Arab maupun bahasa Inggris menjadi bukti sebuah ratifikasi dari dunia luar atas karyanya. Di antara karya tersebut ialah sebagai berikut:
a. Tardiyyah sebuah puisi yang ada di The Berlin Library.
b. Karya-karya yang disunting oleh Asian Palacios dengan terjemahan bahasa Spanyol dan catatan-catatan yang diperlukan: (1) Kitab Al-Nabat, Al-Andalus, jilid V, 1940; (2) Risalah Ittisal Al-‘Aql Bi Al-Insan, Al-Andalus, jilid VII, 1942; (3) Risalah Al-Wada Al-Andalus, jilid VIII, 1943; (4) Tadbir Al-Mutawahhid berjudul El Regimen Del Solitario, 1946.


c. Karya-karya yang disunting oleh M. Shaghir Hasan al-Ma’sumi: (1) Kitab Al-Nafs dengan catatan dan pendahuluan dalam bahasa Arab, Majallah Al-Majma’al-‘Ilm Al-‘Arabi, Damaskus, 1958; (2) Risalah Al-Ghayah Al-Insaniyyah berjudul Ibn Bajjah of Human End, dengan terjemahan bahasa Inggris, Journal of Asiatic Society of Pakistan, jilid II, 1957.

Sebagai citra karya Ibnu Bajjah, berikut ini merupakan intisari kitab induk karya Ibnu Bajjah, yaitu Tadbir al-Mutawahhid dan Risalah Ittisal Al-‘Aql bi Al-Insan.
1. Tadbirul Mutawahhid ialah buku perihal moral dan politik yang disusun berdasarkan buku Al-Madinatul-Fadhilah karya Al-Farabi*. Kesimpulan pendapat Ibnu Bajjah sanggup dilihat dari judul buku itu sendiri. Mutawahhid ialah insan yang hidup menyendiri, hidup dalam menara gading, merenungkan banyak sekali ilmu teoretis. Dengan cara demikian, ia sanggup bekerjasama dengan Al-‘Aqlul-Fa’al (Full force mind). Memang benar bahwa hidup mengasingkan diri sepenuhnya berlawanan dengan watak insan sebagai makhluk yang beradab berdasarkan kodratnya. Akan tetapi, Ibnu Bajjah beropini bahwa hidup mengasingkan diri pada hakikatnya lebih baik. Ia berkata “Untuk itu, orang yang hidup menyendiri, dalam beberapa segi kehidupannya sedapat mungkin harus menjauhkan diri dari orang lain, tidak mengadakan relasi dengan orang lain, kecuali dalam keadaan mendesak atau sekadar berdasarkan keperluan, atau ia pergi berhijrah ke daerah yang banyak terdapat ilmu pengetahuan jikalau ada. Sikap itu tidak bertentangan dengan ilmu peradaban, dan tidak bertentangan dengan apa yang tampak terang dalam ilmu alam. Telah terang bahwa insan ialah berada berdasarkan kodratnya.

2. Risalatul-Ittisal. Ibnu Bajjah membagi insan dalam tiga golongan, yaitu kaum awam (al-Jumhur), an-Nudzdzar (kaum khawas atau kaum cendekiawan), dan kaum yang bahagia. Kaum awam sanggup menjangkau citra yang masuk nalar melalui penglihatannya kepada alam nyata, atau dari ketergantungannya pada alam wujud. Kaum khawas bekerjasama dengan hal-hal yang masuk nalar lebih dahulu, kemudian mereka bekerjasama dengan alam nyata. Adapun kaum yang bahagia—jumlahnya sangat sedikit—adalah mereka yang bekerjasama pribadi dengan segala yang masuk akal. Mereka ialah orang-orang yang sanggup melihat segala sesuatu dengan jiwanya (rohaninya).

Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
 

Download

Baca Juga

Baca Juga
1. Ibnu Bajjah. Riwayat Hidup
2. Ibnu Bajjah. Pemikiran Filsafat
3. Ibnu Bajjah. Tentang Materi dan Bentuk
4. Ibnu Bajjah. Tentang Akal dan Pengetahuan
5. Ibnu Bajjah. Teori Ittishal

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel