Suhrawardi Al-Maqtul. Pedoman Filsafat
Akar Filsafat
As-Suhrawardi memaparkan fatwa filsafatnya dengan cara sangat unik lantaran banyak memakai tamsil dan dongeng perumpamaan. Karya filsafatnya bercorak sastra yang merupakan ciri khas Timur, sebagaimana tampak dalam uraian jago filsafat, menyerupai Konfusius, Lao Tze, Meng Tze, dan Ibnu Sina*. Bahkan Plato*, khususnya Republic, juga memaparkan fatwa filsafat dalam bentuk dialog. Akan tetapi, pemikiran As-Suhrawardi lebih menarik lantaran bersumber dari banyak sekali tradisi budaya dan kepercayaan dalam rentang zaman yang panjang. Sumber-sumber klasik pemikirannya mencakup kearifan Persia Kuno, Yunani Kuno pra-Aristoteles, dan Arab-Persia.
Dari Persia Kuno, ia menggali pemikiran Gayumarz, Faridun, dan Kay Khusraw. Dari tradisi Arab-Persia atau Islam, ia menemukan akar pemikirannya dalam tradisi pesan yang tersirat Nabi Syis dan Nabi Idris a.s. hingga Zunnun Al-Misri, Abu Sahl At-Tustari, atau Mansur Al-Hallaj. Dari Yunani Kuno ia menggali pemikiran tradisional ordo Hermetiah (Hermetisisme) hingga Pythagoras* dan Plato*.
Oleh lantaran itu, akar pemikiran filsafat Suhrawardi sanggup terlihat dari kecenderungan iluminasionismenya yang merujuk pada contoh Plato*, Hermes, dan tokoh-tokoh Yunani dan Persia Kuno, sebagaimana ungkapannya: “Yang aku sebut dengan ilmu perihal pancaran cahaya ketuhanan (‘Ulum al-Anwar) dan segala hal yang terkait dengannya sanggup aku capai berkat pinjaman orang-orang yang selalu merambah jalan Allah, yaitu seorang tokoh dan ketua Akademi, Plato*, yang mula-mula menemukan teori keabadian (a parte poste) dan pancaran cahaya ketuhanan dan jasa orang-orang sebelumnya dari zaman bapak para filsuf, Hermes, hingga zaman Empedocles*”.
Jika dilihat dari sudut sejarah dan kandungan fatwa metafisikanya, filsafat Isyraqiyah merupakan penjelmaan kembali pesan yang tersirat purba yang mengutamakan intuisi intelektual (zauq) tanpa mengesampingkan pemikiran diskursif. Filsafat Al-Isyraq ialah filsafat yang memadukan kecenderungan pemikiran Platonisme dan Aristotelian yang dilapisi dengan tatanan kemalaikatan (angelologi) Zoroaster serta gagasan Hermetitisme.
Akar pemikiran filsafat iluminasi* lainnya ialah teori emanasi yang dikembangkan oleh Ibnu Sina* dan Al-Farabi*, sebagai dasar epistemologi Suhrawardi meskipun ada pula perbedaannya. Emanasi Ibnu Sina* dan Al-Farabi* berhenti pada logika faktual (akal kesepuluh). Sementara emanasi Suhrawardi tidak terbatas pada logika aktual, tetapi terus beremanasi pada logika yang lebih banyak dan tidak sanggup terhitung selama cahaya dari cahaya-cahaya (nur al-anwar) terus-menerus memancarkan cahaya murni pada segala sesuatu yang ada di bawahnya.
Dengan perjalanan waktu yang panjang sehabis mengarungi banyak sekali filsafat sebelumnya, Suhrawardi hingga pada tingkat inovasi filsafat iluminasi*. Dengan teori iluminasi yang diambil dari mistisme Yunani dan filsafat Persia, Suhrawardi mengambil kesimpulan bahwa tidak sempurna baginya mengarungi dunia indriawi dan bahan bersama orang-orang yang terjebak di dunia materi. Yang lebih sempurna baginya ialah meninggalkan dunia bahan menuju dunia penanggalan impian duniawi (tajarrudi) dan penyaksian eksklusif (syuhudi), kemudian naik ke maqam orang-orang yang bercahaya (nuraniyyun), bergaul bersama mereka, dan menyaksikan mereka dari dekat. Inilah titik kulminasi filsafat Suhrawardi.
Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
Download
Baca Juga
1. Suhrawardi Al-Maqtul. Riwayat Hidup
2. Suhrawardi Al-Maqtul. Karya Filsafat
3. Suhrawardi Al-Maqtul. Filsafat Iluminasi
4. Suhrawardi Al-Maqtul. Metodologi Filsafat
5. Suhrawardi Al-Maqtul. Struktur Filsafat Iluminasi
6. Suhrawardi Al-Maqtul. Epistemologi Iluminasionis
As-Suhrawardi memaparkan fatwa filsafatnya dengan cara sangat unik lantaran banyak memakai tamsil dan dongeng perumpamaan. Karya filsafatnya bercorak sastra yang merupakan ciri khas Timur, sebagaimana tampak dalam uraian jago filsafat, menyerupai Konfusius, Lao Tze, Meng Tze, dan Ibnu Sina*. Bahkan Plato*, khususnya Republic, juga memaparkan fatwa filsafat dalam bentuk dialog. Akan tetapi, pemikiran As-Suhrawardi lebih menarik lantaran bersumber dari banyak sekali tradisi budaya dan kepercayaan dalam rentang zaman yang panjang. Sumber-sumber klasik pemikirannya mencakup kearifan Persia Kuno, Yunani Kuno pra-Aristoteles, dan Arab-Persia.
Oleh lantaran itu, akar pemikiran filsafat Suhrawardi sanggup terlihat dari kecenderungan iluminasionismenya yang merujuk pada contoh Plato*, Hermes, dan tokoh-tokoh Yunani dan Persia Kuno, sebagaimana ungkapannya: “Yang aku sebut dengan ilmu perihal pancaran cahaya ketuhanan (‘Ulum al-Anwar) dan segala hal yang terkait dengannya sanggup aku capai berkat pinjaman orang-orang yang selalu merambah jalan Allah, yaitu seorang tokoh dan ketua Akademi, Plato*, yang mula-mula menemukan teori keabadian (a parte poste) dan pancaran cahaya ketuhanan dan jasa orang-orang sebelumnya dari zaman bapak para filsuf, Hermes, hingga zaman Empedocles*”.
Jika dilihat dari sudut sejarah dan kandungan fatwa metafisikanya, filsafat Isyraqiyah merupakan penjelmaan kembali pesan yang tersirat purba yang mengutamakan intuisi intelektual (zauq) tanpa mengesampingkan pemikiran diskursif. Filsafat Al-Isyraq ialah filsafat yang memadukan kecenderungan pemikiran Platonisme dan Aristotelian yang dilapisi dengan tatanan kemalaikatan (angelologi) Zoroaster serta gagasan Hermetitisme.
Akar pemikiran filsafat iluminasi* lainnya ialah teori emanasi yang dikembangkan oleh Ibnu Sina* dan Al-Farabi*, sebagai dasar epistemologi Suhrawardi meskipun ada pula perbedaannya. Emanasi Ibnu Sina* dan Al-Farabi* berhenti pada logika faktual (akal kesepuluh). Sementara emanasi Suhrawardi tidak terbatas pada logika aktual, tetapi terus beremanasi pada logika yang lebih banyak dan tidak sanggup terhitung selama cahaya dari cahaya-cahaya (nur al-anwar) terus-menerus memancarkan cahaya murni pada segala sesuatu yang ada di bawahnya.
Dengan perjalanan waktu yang panjang sehabis mengarungi banyak sekali filsafat sebelumnya, Suhrawardi hingga pada tingkat inovasi filsafat iluminasi*. Dengan teori iluminasi yang diambil dari mistisme Yunani dan filsafat Persia, Suhrawardi mengambil kesimpulan bahwa tidak sempurna baginya mengarungi dunia indriawi dan bahan bersama orang-orang yang terjebak di dunia materi. Yang lebih sempurna baginya ialah meninggalkan dunia bahan menuju dunia penanggalan impian duniawi (tajarrudi) dan penyaksian eksklusif (syuhudi), kemudian naik ke maqam orang-orang yang bercahaya (nuraniyyun), bergaul bersama mereka, dan menyaksikan mereka dari dekat. Inilah titik kulminasi filsafat Suhrawardi.
Sumber
Hasan, Mustofa. 2015. Sejarah Filsafat Islam; Genealogi dan Transmisi Filsafat Timur ke Barat. Pustaka Setia. Bandung
Baca Juga
1. Suhrawardi Al-Maqtul. Riwayat Hidup
2. Suhrawardi Al-Maqtul. Karya Filsafat
3. Suhrawardi Al-Maqtul. Filsafat Iluminasi
4. Suhrawardi Al-Maqtul. Metodologi Filsafat
5. Suhrawardi Al-Maqtul. Struktur Filsafat Iluminasi