Pembelajaran Teman Sejawat (Peer Tutoring)
Istilah peer tutoring atau tutor sahabat sejawat terkait dengan metode berguru mengajar dengan derma seorang akseptor didik yang kompeten untuk mengajar akseptor didik lainnya. Metode ini menuntut akseptor didik untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya, atau mengerjakan kiprah kelompok dengan bimbingan atau kode sahabat yang kompeten, baik kiprah itu dikerjakan di rumah maupun di sekolah. Peserta didik yang ditugaskan menjadi fasilitator atau pembimbing sanggup menjalankan aneka macam kiprah sebagai guru, mediator, sahabat kerja, pelatih, atau role model.
Peserta didik yang berperan sebagai tutor sejawat sanggup memperlihatkan hanya satu kiprah atau beberapa kiprah sekaligus tergantung pada tanggung jawab yang diberikan oleh guru. Peserta didik yang berperan sebagai guru (pure teacher) sanggup dilibatkan dalam penyusunan dan penyampaian informasi dan keterampilan, memberi umpan balik dan penilaian kepada akseptor didik lain yang menjadi bimbingannya.
Tutor sejawat (peer tutor) disebut sebagai perantara jikalau kurang mempunyai otonomi atau kekuasaan kelompoknya. Tutor sejawat sanggup berperan sebagai ajun guru apabila selain mengajar teman-temannya sendiri, beliau juga menerima kiprah manajemen ibarat mengecek apakah kiprah sudah lengkap, kiprah apa yang masih kurang, menyiapkan lembar kerja (jobsheet), menyiapkan blangko nilai, dan sebagainya. Tutor sejawat sanggup berperan sebagai sahabat kerja (work partner) jikalau dilibatkan dalam pekerjaan proyek guru dan diberi wewenang untuk mengontrol dan memberi derma kepada akseptor didik lain semoga hasil kerja memenuhi standar kerja yang diterapkan dalam proyeknya. Tutor sejawat sanggup berperan sebagai instruktur (coaches) jikalau ia bekerja secara kooperatif dengan cara memberi dorongan kepada akseptor didik lain untuk mengumpulkan tugas, memberi umpan balik secara informal, menulis kiprah yang harus dikerjakan. Tutor sejawat sanggup berperan sebagai model (role model) jikalau dalam proses pembelajaran beliau disuruh mendemonstrasikan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya di hadapan akseptor didik yang lain, atau sebagai tumpuan dalam mengerjakan ujian praktik.
Tahapan pembelajaran dengan sahabat sejawat pada umumnya mengikuti pola sebagai berikut.
Pembelajar sahabat sejawat (peer tutor) merupakan kegiatan berguru yang berpusat pada akseptor didik alasannya ialah anggota komunitas berguru merencanakan dan memfasilitasi kesempatan berguru untuk dirinya sendiri dan orang lain. Pembelajaran akan sukses jikalau terjadi timbal balik antara sahabat sebaya yang secara bantu-membantu menciptakan perencanaan dan memfasilitasi kegiatan berguru dan sanggup berguru dari kegiatan berguru kelompok lainnya. Pembelajaran peer tutoring sanggup dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Guru menyusun kelompok belajar. Setiap kelompok beranggota 3 atau 4 yang mempunyai kemampuan beragam. Setiap kelompok minimal mempunyai satu orang akseptor didik yang mempunyai kemampuan tinggi untuk menjadi tutor sahabat sejawat.
2) Guru menjelaskan perihal cara penyelesaian kiprah melalui berguru kelompok dengan metode peer teaching, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, dan memberi klarifikasi perihal mekanisme penilaian kiprah melalui penilaian sejawat (peer assessment) dan penilaian diri (self assessment).
3) Guru menjelaskan bahan pelajaran kepada semua akseptor didik dan memberi peluang tanya jawab apabila terdapat bahan yang belum jelas.
4) Guru memberi kiprah dengan catatan akseptor didik yang kesulitan dalam mengerjakan kiprah sanggup meminta bimbingan kepada sahabat yang ditunjuk sebagai tutor/guru.
5) Guru mengamati kegiatan berguru dan memberi penilaian kompetensi
6) Guru, tutor, dan akseptor didik memperlihatkan penilaian proses berguru mengajar untuk tetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya.
Beberapa modifikasi sanggup dilakukan untuk menciptakan pembelajaran sahabat sejawat menjadi menyenangkan, contohnya sebagai berikut.
1. Mengelilingi Narasumber (Circle the Sage)
a. Guru mengecek akseptor didik untuk melihat yang mempunyai pengetahuan tertentu untuk saling berbagi. Pengetahuan yang dimiliki, misalnya: akseptor didik yang bisa menuntaskan permasalahan matematika yang sulit. Tentu saja, pengetahuan tersebut harus terkait dengan mata pelajaran yang dipelajari.
b. Beberapa akseptor didik yang paham tersebut (ahli) bangun di depan kelas.
c. Guru membagi akseptor didik dalam beberapa kelompok dan meminta mereka untuk mengelilingi masing-masing ahli, di mana anggota kelompok disebar untuk bertanya pada andal yang berbeda.
d. Ahli menjelaskan apa yang dipahaminya, dan akseptor yang mengelilingi mendengar, mengajukan pertanyaan, dan mencatat informasi.
e. Semua akseptor didik kembali ke kelompoknya
f. Anggota kelompok menjelaskan apa yang dipelajarinya dan membandingkan informasi yang diperoleh dari aneka macam andal yang telah dikunjungi.
2. Metode Fishbowl
Metode ini ibarat dengan circle the sage. Perbedaannya ialah beberapa akseptor didik yang dijadikan narasumber dikelilingi oleh semua akseptor didik yang lain. Circle the sage dan Fishbowl merupakan variasi pembelajaran sahabat sejawat dan sanggup dimodifikasi pelaksanaannya dengan seminar Socratic. Prosedur pelaksanaan metode ini ialah sebagai berikut.
a. Guru menentukan beberapa akseptor didik yang bakir untuk menjelaskan sebuah konsep, prosedur, atau aktivitas.
b. Peserta didik tersebut mengelilingi guru yang menjelaskan informasi kepada mereka. Sementara itu, akseptor didik lainnya mengelilingi kelompok narasumber tersebut.
c. Setelah memahami informasi yang disampaikan oleh guru, akseptor didik yang menjadi narasumber menjelaskan bahan atau mekanisme atau mendemonstrasikan sebuah kegiatan kepada akseptor didik lainnya (bukan narasumber) yang mengelilingi mereka.
d. Setelah memberikan informasi atau diskusi dilakukan, guru melaksanakan penilaian untuk mengecek pemahaman semua akseptor didik.
3. Belajar dengan Mengajar (Learning by Teaching)
Learning by teaching atau Lernen durch Lehren (LdL) dikembangkan oleh Jean Pol Martin. Tahap pembelajaran LdL ini ialah sebagai berikut.
Sumber
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta
Download
Tutor sejawat (peer tutor) disebut sebagai perantara jikalau kurang mempunyai otonomi atau kekuasaan kelompoknya. Tutor sejawat sanggup berperan sebagai ajun guru apabila selain mengajar teman-temannya sendiri, beliau juga menerima kiprah manajemen ibarat mengecek apakah kiprah sudah lengkap, kiprah apa yang masih kurang, menyiapkan lembar kerja (jobsheet), menyiapkan blangko nilai, dan sebagainya. Tutor sejawat sanggup berperan sebagai sahabat kerja (work partner) jikalau dilibatkan dalam pekerjaan proyek guru dan diberi wewenang untuk mengontrol dan memberi derma kepada akseptor didik lain semoga hasil kerja memenuhi standar kerja yang diterapkan dalam proyeknya. Tutor sejawat sanggup berperan sebagai instruktur (coaches) jikalau ia bekerja secara kooperatif dengan cara memberi dorongan kepada akseptor didik lain untuk mengumpulkan tugas, memberi umpan balik secara informal, menulis kiprah yang harus dikerjakan. Tutor sejawat sanggup berperan sebagai model (role model) jikalau dalam proses pembelajaran beliau disuruh mendemonstrasikan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya di hadapan akseptor didik yang lain, atau sebagai tumpuan dalam mengerjakan ujian praktik.
Tahapan pembelajaran dengan sahabat sejawat pada umumnya mengikuti pola sebagai berikut.
Pembelajar sahabat sejawat (peer tutor) merupakan kegiatan berguru yang berpusat pada akseptor didik alasannya ialah anggota komunitas berguru merencanakan dan memfasilitasi kesempatan berguru untuk dirinya sendiri dan orang lain. Pembelajaran akan sukses jikalau terjadi timbal balik antara sahabat sebaya yang secara bantu-membantu menciptakan perencanaan dan memfasilitasi kegiatan berguru dan sanggup berguru dari kegiatan berguru kelompok lainnya. Pembelajaran peer tutoring sanggup dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Guru menyusun kelompok belajar. Setiap kelompok beranggota 3 atau 4 yang mempunyai kemampuan beragam. Setiap kelompok minimal mempunyai satu orang akseptor didik yang mempunyai kemampuan tinggi untuk menjadi tutor sahabat sejawat.
2) Guru menjelaskan perihal cara penyelesaian kiprah melalui berguru kelompok dengan metode peer teaching, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing anggota kelompok, dan memberi klarifikasi perihal mekanisme penilaian kiprah melalui penilaian sejawat (peer assessment) dan penilaian diri (self assessment).
4) Guru memberi kiprah dengan catatan akseptor didik yang kesulitan dalam mengerjakan kiprah sanggup meminta bimbingan kepada sahabat yang ditunjuk sebagai tutor/guru.
5) Guru mengamati kegiatan berguru dan memberi penilaian kompetensi
6) Guru, tutor, dan akseptor didik memperlihatkan penilaian proses berguru mengajar untuk tetapkan tindak lanjut kegiatan putaran berikutnya.
Beberapa modifikasi sanggup dilakukan untuk menciptakan pembelajaran sahabat sejawat menjadi menyenangkan, contohnya sebagai berikut.
1. Mengelilingi Narasumber (Circle the Sage)
a. Guru mengecek akseptor didik untuk melihat yang mempunyai pengetahuan tertentu untuk saling berbagi. Pengetahuan yang dimiliki, misalnya: akseptor didik yang bisa menuntaskan permasalahan matematika yang sulit. Tentu saja, pengetahuan tersebut harus terkait dengan mata pelajaran yang dipelajari.
b. Beberapa akseptor didik yang paham tersebut (ahli) bangun di depan kelas.
c. Guru membagi akseptor didik dalam beberapa kelompok dan meminta mereka untuk mengelilingi masing-masing ahli, di mana anggota kelompok disebar untuk bertanya pada andal yang berbeda.
d. Ahli menjelaskan apa yang dipahaminya, dan akseptor yang mengelilingi mendengar, mengajukan pertanyaan, dan mencatat informasi.
e. Semua akseptor didik kembali ke kelompoknya
f. Anggota kelompok menjelaskan apa yang dipelajarinya dan membandingkan informasi yang diperoleh dari aneka macam andal yang telah dikunjungi.
2. Metode Fishbowl
Metode ini ibarat dengan circle the sage. Perbedaannya ialah beberapa akseptor didik yang dijadikan narasumber dikelilingi oleh semua akseptor didik yang lain. Circle the sage dan Fishbowl merupakan variasi pembelajaran sahabat sejawat dan sanggup dimodifikasi pelaksanaannya dengan seminar Socratic. Prosedur pelaksanaan metode ini ialah sebagai berikut.
a. Guru menentukan beberapa akseptor didik yang bakir untuk menjelaskan sebuah konsep, prosedur, atau aktivitas.
b. Peserta didik tersebut mengelilingi guru yang menjelaskan informasi kepada mereka. Sementara itu, akseptor didik lainnya mengelilingi kelompok narasumber tersebut.
c. Setelah memahami informasi yang disampaikan oleh guru, akseptor didik yang menjadi narasumber menjelaskan bahan atau mekanisme atau mendemonstrasikan sebuah kegiatan kepada akseptor didik lainnya (bukan narasumber) yang mengelilingi mereka.
d. Setelah memberikan informasi atau diskusi dilakukan, guru melaksanakan penilaian untuk mengecek pemahaman semua akseptor didik.
3. Belajar dengan Mengajar (Learning by Teaching)
Learning by teaching atau Lernen durch Lehren (LdL) dikembangkan oleh Jean Pol Martin. Tahap pembelajaran LdL ini ialah sebagai berikut.
Sumber
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Inovasi Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta
Download