Riffat Hassan. Biografi Dan Pemikiran

Riffat Hassan ialah salah seorang tokoh feminis muslim yang lahir di ujung galee (lorong), suatu tempat yang berdampingan dengan Temple Road Lahore, Pakistan. Secara geniologis, Riffat berasal dari lingkungan keluarga Sayyid. Sejak kecil beliau tinggal di Lahore, sebuah kota Islam bersejarah di Pakistan. Masa kecilnya merupakan mimpi jelek baginya. Sebab ia berada dalam lingkungan rumah tangga yang penuh konflik dan tidak harmonis. Oleh lantaran itu, meskipun berasal dari keluarga sayyid kelas atas, Riffat tidak pernah mencicipi kebahagiaan dalam hidupnya, yang disebabkan oleh seringnya konflik dalam keluarganya, khususnya ayah dan ibunya. Bahkan hampir dalam setiap masalah, ayah dan ibunya selalu terdapat perbedaan yang sangat diametral.

Ayahnya, Begum Shahiba, demikian orang-orang memanggilnya ialah seorang sangat konservatif* di daerahnya. Pandangannya sangat tradisional dan patriarkhal. Salah satupandangannya ialah bahwa kawin terbaik bagi wanita ialah pada usia 16 tahun dengan seorang yang menjadi pilihan orang tua, khususnya ayahnya. Namun demikian, di sisi lain sebagaimana diakui Riffat Hassan sendiri ayahnya ialah orang yang suka membantu dan menolong orang lain baik masalah pribadi profesional maupun sosial. Ayahnya benar-benar orang yang sangat peduli terhadap orang-orang yang tak beruntung.

Sedangkan ibunya Dilara cenderung berpandangan feminis, dalam pengertian bahwa ia memiliki perhatian yang cukup besar terhadap nasib perempuan. Ibunyalah yang telah mendidik dan menanamkan keyakinan kepada Riffat semenjak kecil bahwa wanita tidak inferior di hadapan laki-laki. Salah satu pandangan ibunya ialah bahwa mendidik anak wanita lebih penting dari pada laki-laki. Dalam perspektif historis terlihat bahwa orang-orang Arab pra Islam suka mengubur anak wanita mereka hidup-hidup, lantaran mengangagap anak wanita tidak hanya sebagai beban ekonomi, tapi juga bahaya bagi kehormatan pria sesukunya. Pandangan minor terhadap anak wanita tersebut menerima kritik tajam dari al-Qur’an.

Secara sosio-kultural, lingkungan masyarakat di mana Riffat Hasan tinggal juga sangat besar lengan berkuasa hegemoni patriarkhinya*. Hal ini terlihat dari adanya sistem undang-undang dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya, yang cenderung mendiskriditkan dan meminggirkan tugas perempuan. Kepemimpinan dalam masyarakatnya lebih mengutamakan kaum laki-laki. Seolah-olah wanita secara kodratnya memang harus dipimpin oleh laki-laki, dan dihentikan memimpin laki-laki. Bila diamati dengan cermat latar belakang pendidikan Riffat dan posisi sosial kehidupan keluarganya, serta kondisi wanita yang diperlakukan secara diskriminatif oleh sistem patriarki yang sangat kental dalam kehidupan masyarakat sekitarnya, maka masuk akal jika kemudian Riffat menjadi seorang feminis yang sering menyuarakan ide-ide sebagai upaya pembongkaran terhadap kemapanan realitas yang memposisikan wanita sebagai the other  dalam masyarakatnya. Perkembangan selanjutnya, Riffat sadar bahwa pengalaman jiwa yang “membakar” inilah yang kemudian menjadi salah satu lantaran Riffat menjadi feminis dengan ketetapan hati untuk mengembangkan  teologi  dalam kerangka  tradisi Islam.

Pendidikan Riffat Hassan sanggup dikategorikan menjadi dua model, yaitu pendidikan formal dan informal. Pendidikan informalnya ia peroleh eksklusif dari pengalaman dan realitas empiris baik keluarga maupun masyarakatnya, ditambah dengan kegemarannya membaca buku-buku secara otodidak. Sedangkan pendidikan formalnya, ditempuhnya saat ia menginjak remaja, melalui sekolah menengah berbahasa Inggris yang menjadi sekolah unggulan di daerahnya. Bahkan konon sekolah itu juga menjadi simbol status. Di situlah Riffat mendapatkan pendidikan bahasa Inggris dengan baik.


Riffat Hassan mendapatkan gelar Ph.D. bidang Filsafat Islam dari University of Durham, Inggris. Sejak tahun 1976 tinggal di Amerika Serikat, menjabat sebagai ketua kegiatan studi keagamaan di University of Louisville, Kentucky. Tahun 1986-1987 menjadi dosen tamu di Divinity School Harvard University, di mana ia menulis bukunya yang berjudul Equal before Alloh. Sejak tahun 1974 ia mempelajari teks al-Qur’an secara seksama dan melaksanakan reinterpretasi terhadap ayat-ayat al-qur’an, khususnya yang berafiliasi dengan masalah perempuan. Dia bahkan sanggup disebut sebagai teolog feminis muslim yang  vokal.

Adapun karya-karyanya antara lain ialah 1) The Role and Responsibilty of Women in Legal and Ritual Tradition of Islam, 2) Equal before Allah, 3) Feminist Theology and Women in the Muslim World. Karya karya lain yang berupa artikel antara lain berjudul Muslim Women and Post Patriarchal Islam, The Issue of Women-Men Equality in Islamic Tradition, Jihad fi Sabilillah dan lain sebagainya.

Sementara itu, karya-karya yang telah dihasilkan dalam bentuk artikel antara lain: 1. The Role and Responsibilities of Women in the Legal and Ritual Tradition of Islam. 2. Equal Before Allah? Wome Man Equality in Islamic Tradition. 3. Feminis Theology and Women In the Muslim World. 4. What does it mean to be a Muslim Today? 5. Women Living Under Muslim Laws. 6. Muslim Women and Post Patriarchal Islam. 7. The Issue of Women-men Equality in Islamic Tradition. 8. Jihad fi Sabilillah; A Muslim Woman’s Faith Journey from Struggle to Struggle to Struggle. 9. Women’s and Men’s Liberation. 10. Women’s Rights in Islam. 11. Women Religion and Sexuality.

Sumber
• https://usada.iainu-kebumen.ac.id/2018/12/04/metodologi-tafsir-feminis-telaah-atas-pemikiran-riffat-hasan/
• Afifah Bidayah.  Riffat Hassan dan Wacana Baru Penafsiran. Dosen  ISID Gontor


Download

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel