Syi’Ah

Syi’ah secara harfiah berarti “partai”, atau yaitu nama golongan penganut faham bahwa Muslim sejati yaitu mereka yang ada korelasi keturunan dari Ali bi Abi Thalib dan Fatimah Az Zukhra binti Muhammad SAW. Syi’ah atau “Partai Ali” mempunyai kepercayaan tersendiri perihal Islam yang berbeda dengan Muslim berfaham Sunni yang mengakui keempat khalifah; Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.

Istilah Syiah berasal dari Bahasa Arab (شيعة) "Syī`ah". Lafadz ini merupakan bentuk tunggal, sedangkan bentuk pluralnya yaitu "Syiya'an". Pengikut Syiah disebut "Syī`ī" (شيعي). "Syiah" yaitu bentuk pendek dari kalimat bersejarah "Syi`ah `Ali" (شيعة علي) yang berarti "pengikut Ali", yang berkenaan dengan turunnya Q.S. Al-Bayyinah ayat "khair al-bariyyah", ketika turunnya ayat itu Nabi Muhammad bersabda, "Wahai Ali, kau dan pengikutmu yaitu orang-orang yang beruntung - ya 'Ali anta wa syi'atuka hum al-faizun". Kata "Syiah" berdasarkan etimologi bahasa Arab bermakna: Pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Kaum yang berkumpul atas suatu perkara. Adapun berdasarkan terminologi Islam, kata ini bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib yaitu yang paling utama di antara para sahabat dan yang berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan atas kaum Muslim, demikian pula anak cucunya.


Muslim berfaham Syi’ah tidak membenarkan ketiga khalifah pendahulu Ali bin Abi Thalib tersebut. Muslim Syi’ah percaya bahwa Keluarga Muhammad (yaitu para Imam Syi’ah) yaitu sumber pengetahuan terbaik perihal Qur’an dan Islam, guru terbaik perihal Islam sesudah Nabi Muhammad, dan pembawa serta penjaga terpercaya dari tradisi Sunnah.

Secara khusus Muslim Syi’ah beropini bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu sepupu dan menantu Muhammad dan kepala keluarga Ahlul Bait, yaitu penerus kekhalifahan sesudah Nabi Muhammad, yang berbeda dengan khalifah lainnya yang diakui Muslim Sunni. Muslim Syi’ah percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah pribadi oleh Nabi Muhammad, dan perintah nabi berarti wahyu dari Allah.

Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar mengakibatkan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi’ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur’an, Hadist, mengenai sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai teladan perawi Hadist dari Muslim Syi’ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya ibarat Abu Hurairah tidak dipergunakan. Tanpa memperhatikan perbedaan perihal khalifah, Syi’ah mengakui otoritas Imam Syi’ah (juga dikenal dengan khalifah Ilahi) sebagai pemegang otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi’ah berbeda siapa pengganti para imam dan imam ketika ini.

Doktrin agama dalam Syi’ah terdapat apa yang namanya ushuluddin (pokok-pokok agama) dan furu’uddin (masalah penerapan agama). Syi’ah mempunyai Lima Ushuluddin:
1. Tauhid, bahwa Allah SWT yaitu Maha Esa
2. Al-‘Adil, bahwa Allah SWT yaitu Maha Adil
3. An-Nubuwwah, bahwa kepercayaan Syi’ah meyakini keberadaan para nabi sebagai pembawa informasi dari Tuhan kepada umat manusia
4. Al-Imamah, bahwa Syi’ah meyakini adanya imam-imam yang senantiasa memimpin umat sebagai penerus risalah kenabian
5. Al-Ma’ad, bahwa akan terjadi hari kebangkitan

Itikad Syi’ah perihal kenabian ialah:
1. Jumlah nabi dan rasul Allah ada 124.000
2. Nabi dan rasul terakhir ialah Nabi Muhammad SAW
3. Nabi Muhammad SAW suci dari segala malu dan tiada cacat apa pun. Ialah nabi paling utama dari seluruh nabi yang ada
4. Ahlul Bait, yaitu, Ali, Fatimah, Hasan, Husain dan 9 imam dari keturunan Husain yaitu manusia-manusia suci
5. Al-Qur’an ialah mukjizat abadi Nabi Muhammad SAW

Sekte dalam Syi’ah, Syi’ah terpecah menjadi 22 sekte. Dari 22 sekte itu, hanya tiga sekte yang masih ada hingga kini yakni:
1. Dua Belas Imam: disebut juga Imamiah atau Itsna ‘Asyariah (Dua Belas Imam); dinamakan demikian alasannya yaitu mereka percaya yang berhak memimpin muslimin hanya imam, dan mereka yakin ada dua belas imam. Aliran ini yaitu yang terbesar di dalam Syi’ah. Urutan imam mereka yaitu:
1) Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2) Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3) Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4) Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5) Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
6) Jafar bin Muhammad (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
7) Musa bin Ja'far (745–799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim
8) Ali bin Musa (765–818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha
9) Muhammad bin Ali (810–835), juga dikenal dengan Muhammad al-Jawad atau Muhammad at Taqi
10) Ali bin Muhammad (827–868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi
11) Hasan bin Ali (846–874), juga dikenal dengan Hasan al-Askari
12) Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad al-Mahdi

2. Ismailiah: disebut juga Tujuh Imam; dinamakan demikian alasannya yaitu mereka percaya bahwa imam hanya tujuh orang dari ‘Ali bin Abi Thalib, dan mereka percaya bahwa imam ketujuh ialah Isma’il. Urutan imam mereka yaitu:
1) Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2) Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3) Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4) Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5) Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad al-Baqir
6) Ja'far bin Muhammad bin Ali (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-Shadiq
7) Ismail bin Ja'far (721 – 755), yaitu anak pertama Ja'far ash-Shadiq dan abang Musa al-Kadzim.

3. Zaidiah: disebut juga Lima Imam; dinamakan demikian alasannya yaitu mereka merupakan pengikut Zaid bin ‘Ali bin Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib. Mereka dianggap moderat lantaran tidak menganggap ketiga khalifah sebelum ‘Ali tidak sah. Urutan imam mereka, yaitu:
1) Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin
2) Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba
3) Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-Syahid
4) Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin
5) Zaid bin Ali (658–740), juga dikenal dengan Zaid bin Ali asy-Syahid, yaitu anak Ali bin Husain dan saudara tiri Muhammad al-Baqir.

Hubungan antara Sunni dan Syiah telah mengalami kontroversi semenjak masa awal terpecahnya secara politis dan ideologis antara para pengikut Bani Umayyah dan para pengikut Ali bin Abi Thalib. Sebagian kaum Sunni menyebut kaum Syiah dengan nama Rafidhah, yang berdasarkan etimologi bahasa Arab bermakna meninggalkan.  Sebutan Rafidhah bersahabat kaitannya dengan sebutan Imam Zaid bin Ali yaitu anak dari Imam Ali Zainal Abidin, yang bersama para pengikutnya memberontak kepada Khalifah Bani Umayyah Hisyam bin Abdul-Malik bin Marwan pada tahun 121 H.


Syaikh Abul Hasan Al-Asy'ari berkata: "Zaid bin Ali yaitu seorang yang melebihkan Ali bin Abu Thalib atas seluruh shahabat Rasulullah, menyayangi Abu Bakar dan Umar, dan memandang bolehnya memberontak terhadap para pemimpin yang jahat. Maka ketika ia muncul di Kufah, di tengah-tengah para pengikut yang membai'atnya, ia mendengar dari sebagian mereka celaan terhadap Abu Bakar dan Umar. Ia pun mengingkarinya, hingga jadinya mereka (para pengikutnya) meninggalkannya. Maka ia katakan kepada mereka: "Kalian tinggalkan aku?" Maka dikatakanlah bahwa penamaan mereka dengan Rafidhah dikarenakan perkataan Zaid kepada mereka "Rafadhtumuunii".

Pendapat Ibnu Taimiyyah dalam "Majmu' Fatawa" (13/36) ialah bahwa Rafidhah niscaya Syiah, sedangkan Syiah belum tentu Rafidhah; lantaran tidak semua Syiah menolak Abu Bakar dan Umar sebagaimana keadaan Syiah Zaidiyyah. Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: "Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka ia (Imam Ahmad) menjawab: 'Mereka yaitu orang-orang yang mencela Abu Bakar dan Umar'."

Pendapat juga diutarakan oleh Imam Syafi'i. Ia pernah mengutarakan pendapatnya mengenai Syiah dalam diwan asy-Syafi'i melalui penggalan syairnya: "Jika Rafidhah itu yaitu menyayangi keluarga Muhammad, Maka hendaknya dua makhluk (jin dan manusia) bersaksi bahwa saya yaitu seorang Rafidhi.", Dia juga berkata, "Mereka mengatakan, ‘Kalau begitu Anda telah menjadi Rafidhi?’ Saya katakan, ‘Sekali-kali tidak… tidaklah al-Rafdh (menolak Khalifah Abu Bakar dan Umar) itu agamaku, tidak juga keyakinanku." Imam Asy-Syafi'i berkata: "Saya belum melihat seorang pun yang paling banyak bersaksi/bersumpah palsu (berdusta) dari Syiah Rafidhah."

Orang Islam menganggap firqah (golongan) ini tumbuh tatkala seorang Yahudi berjulukan Abdullah bin Saba yang menyatakan dirinya masuk Islam, mendakwakan kecintaan terhadap Ahlul Bait, terlalu memuja-muji Ali bin Abu Thalib, dan menyatakan bahwa Ali mempunyai wasiat untuk mendapat kekhalifahan. Syiah menolak keras hal ini. Menurut Syiah, Abdullah bin Saba' yaitu tokoh fiktif. Namun demikian, An-Naubakhti menganggap Abdullah bin Saba' benar ada, dan menuliskan hingga belasan riwayat lengkap dengan sanad yang mutawatir bahwa Abdullah bin Saba' ada. Namun terdapat pula kaum Syiah yang tidak membenarkan anggapan Sunni tersebut. Golongan Zaidiyyah misalnya, tetap menghormati sahabat Nabi yang menjadi khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib. Mereka juga menyatakan bahwa terdapat riwayat-riwayat Sunni yang menceritakan kontradiksi di antara para sahabat mengenai persoalan imamah Abu Bakar dan Umar.

Dari aneka macam sumber


Download

Baca Juga


Baca Juga
Untuk acuan bacaan perihal Sunni atau Ahli Sunnah, Klik di Sini 

Baca Juga
a. Periodisasi Filsafat Skolastik Islam (Arab)
b. Aliran Ilmu Kalam. Khawarij
c. Aliran Ilmu Kalam. Murjiah
d. Aliran Ilmu Kalam. Qadariyah
e. Aliran Ilmu Kalam. Jabariyah
f. Aliran Ilmu Kalam. Mu’tazilah

Artikel Terkait

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel