Teori-Teori Konsumsi
(Teori-teori posmodern dan pos-posmodern)
Muncul pada masa selama Revolusi Industri, dan dihidupkan oleh masalah-masalanya prospek-prospeknya, teori sosiologis telah usang mempunyai “bias produktivis”. Yakni, teori-teori sosiologis cenderung berfokus pada industri, organisasi-organisasi industri, kerja, dan para pekerja. Bias itu paling terperinci pada Marxian dan neo-Marxian, tetapi itu juga banyak ditemukan di dalam banyak teori lain, ibarat pemikiran Durkheim* mengenai pembagian kerja; karya Weber* mengenai munculnya kapitalisme di Barat dan kegagalan pengembangan kapitalisme di bagian-bagian lain dunia; analisis Simmel* atas bencana kebudayaan yang dihasilkan oleh perkembangbiakan produk-produk manusia; perhatian pedoman Chicago pada pekerjaan; dan perhatian di dalam teori konflik pada korelasi antara para majikan dan buruh, pemimpin dan pengikutnya, dan seterusnya. Sangat sedikit perhatian diberikan kepada konsumen dan konsumsi. Memang ada perkecualian ibarat karya Torstein Veblen* (1899/1994) yang populer mengenai “konsumsi yang boros” dan pemikiran Simmel* mengenai uang dan mode, tetapi untuk sebagian besar, para teoretisi sosial sedikit sekali membahas konsumsi dibanding produksi.
Teori sosial posmodern cenderung mendefinisikan masyarakat posmodern sebagai masyarakat konsumen, dengan hasil bahwa konsumsi memainkan suatu tugas sentral di dalam teori itu (Venkatesh, 2007). Yang paling patut diperhatikan ialah karya Jean Baudrillard* (1970/1998) The Consumer Society. Karya pos-posmodernnya Lipovetsky mengenai mode mencerminkan minat yang meningkat pada dan di luar teori sosial posmodern di bidang konsumsi. Oleh alasannya ialah itu, konsumsi mungkin terus bertumbuh menjadi semakin penting, khususnya di Barat, dan produksi kemungkinan akan menurut, amanlah mengasumsikan bahwa kita akan melihat peningkatan dramatis di dalam karya teoretis (dan empiris) mengenai konsumsi (Ritzer, Goodman, dan Wiedenhoft, 2001; untuk tinjauan luas atas keluasan teori-teori konsumsi, lihat Slater, 1997, 2005).
Salah satu contohnya, kita sedang menyaksikan merebaknya karya yang secara teoretis berdasar pada latar daerah mengonsumsi, ibarat Consuming Places (Urry, 1995), Enchanting a Disenchanted World; Revolutionizing the Means of Consumption (Ritzer, 2005a), dan Shelf Life: Supermarkets and the Charging Cultures of Consumption (Humphery, 1998). Kita mungkin akan melihat karya yang jauh lebih banyak lagi mengenai latar-latar tersebut, dan juga mengenai konsumen, barang-barang konsumsi, dan proses-proses konsumsi. Suatu arah yang paling gres di dalam domain tersebut ialah Lork mengenai Prosumers, yakni orang-orang yang memproduksi dan mengonsumsi secara serempak, khususnya di internet dan Web 2.0 (contohnya, blog, facebook) (Ritzer, 2009).
Download di Sini
Baca Juga
1. Thorstein Veblen
2. Jean Baudrillard
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Muncul pada masa selama Revolusi Industri, dan dihidupkan oleh masalah-masalanya prospek-prospeknya, teori sosiologis telah usang mempunyai “bias produktivis”. Yakni, teori-teori sosiologis cenderung berfokus pada industri, organisasi-organisasi industri, kerja, dan para pekerja. Bias itu paling terperinci pada Marxian dan neo-Marxian, tetapi itu juga banyak ditemukan di dalam banyak teori lain, ibarat pemikiran Durkheim* mengenai pembagian kerja; karya Weber* mengenai munculnya kapitalisme di Barat dan kegagalan pengembangan kapitalisme di bagian-bagian lain dunia; analisis Simmel* atas bencana kebudayaan yang dihasilkan oleh perkembangbiakan produk-produk manusia; perhatian pedoman Chicago pada pekerjaan; dan perhatian di dalam teori konflik pada korelasi antara para majikan dan buruh, pemimpin dan pengikutnya, dan seterusnya. Sangat sedikit perhatian diberikan kepada konsumen dan konsumsi. Memang ada perkecualian ibarat karya Torstein Veblen* (1899/1994) yang populer mengenai “konsumsi yang boros” dan pemikiran Simmel* mengenai uang dan mode, tetapi untuk sebagian besar, para teoretisi sosial sedikit sekali membahas konsumsi dibanding produksi.
Teori sosial posmodern cenderung mendefinisikan masyarakat posmodern sebagai masyarakat konsumen, dengan hasil bahwa konsumsi memainkan suatu tugas sentral di dalam teori itu (Venkatesh, 2007). Yang paling patut diperhatikan ialah karya Jean Baudrillard* (1970/1998) The Consumer Society. Karya pos-posmodernnya Lipovetsky mengenai mode mencerminkan minat yang meningkat pada dan di luar teori sosial posmodern di bidang konsumsi. Oleh alasannya ialah itu, konsumsi mungkin terus bertumbuh menjadi semakin penting, khususnya di Barat, dan produksi kemungkinan akan menurut, amanlah mengasumsikan bahwa kita akan melihat peningkatan dramatis di dalam karya teoretis (dan empiris) mengenai konsumsi (Ritzer, Goodman, dan Wiedenhoft, 2001; untuk tinjauan luas atas keluasan teori-teori konsumsi, lihat Slater, 1997, 2005).
Download di Sini
Baca Juga
1. Thorstein Veblen
2. Jean Baudrillard
Sumber.
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.