Aliran Filsafat. Dekonstruksionisme
Jacques Derrida* menolak pemaknaan wacana pemaknaan tanda yang dianggap sebagai proses murni dan sederhana. Derrida mengatakan suatu proses pemaknaan dengan cara membongkar (to dismantle) dan menganalisis secara kritis. Bagi Derrida*, hubungan antara penanda dan membuktikan mengalami penundaan untuk menemukan makna lain atau makna baru. Makna tidak sanggup terlihat dalam satu kali jadi, tetapi pada waktu dan situasi yang berbeda-beda dengan makna yang berbeda-beda pula. Proses dekonstruksi ini bersifat tidak terbatas.
Derrida* mengemukakan bahwa nilai sebuah tanda ditentukan sepenuhnya oleh perbedaannya dengan gejala lain yang terwadahi dalam konsep differance. Namun, konsep tersebut juga menegaskan bahwa nilai sebuah tanda tidak sanggup hadir seketika. Nilainya terus ditunda (deffered) dan ditentukan—bahkan juga dimodifikasi—oleh tanda berikutnya dalam satu fatwa sintagma.
Derrida mengambil referensi sintagma sebuah lagu Inggris: Ten green botles standing on a wall. Saat membaca dari kiri ke kanan. Berawal dari kata ten (sepuluh) yang ditransformasikan menjadi “Sepuluh apa?”, jawabannya: “sepuluh X berwarna hijau” berikutnya pertanyaan “sepuluh apa” dimodifikasi menjadi “sepuluh botol hijau” di sini terlihat konstruksi makna yang berlangsung secara timbal balik. Jika sintagma diperluas menjadi ten green botles standing on a wall, maka berlangsunglah modifikasi berikutnya. Kini “sepuluh botol hijau” disertai pula info aksesori “di atas dinding” (standing on a wall) sehingga balasan terhadap pertanyaan “sepuluh apa?” tertunda lagi. Saat membaca kata terakhir yaitu “dinding” (wall), maka kata “dinding” bukan lagi tanda yang bangkit sendiri. Karena “dinding” tersebut yakni “Dinding” yang di atasnya terpajang sepuluh botol bir.
Download
Sumber
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta
Derrida* mengemukakan bahwa nilai sebuah tanda ditentukan sepenuhnya oleh perbedaannya dengan gejala lain yang terwadahi dalam konsep differance. Namun, konsep tersebut juga menegaskan bahwa nilai sebuah tanda tidak sanggup hadir seketika. Nilainya terus ditunda (deffered) dan ditentukan—bahkan juga dimodifikasi—oleh tanda berikutnya dalam satu fatwa sintagma.
Derrida mengambil referensi sintagma sebuah lagu Inggris: Ten green botles standing on a wall. Saat membaca dari kiri ke kanan. Berawal dari kata ten (sepuluh) yang ditransformasikan menjadi “Sepuluh apa?”, jawabannya: “sepuluh X berwarna hijau” berikutnya pertanyaan “sepuluh apa” dimodifikasi menjadi “sepuluh botol hijau” di sini terlihat konstruksi makna yang berlangsung secara timbal balik. Jika sintagma diperluas menjadi ten green botles standing on a wall, maka berlangsunglah modifikasi berikutnya. Kini “sepuluh botol hijau” disertai pula info aksesori “di atas dinding” (standing on a wall) sehingga balasan terhadap pertanyaan “sepuluh apa?” tertunda lagi. Saat membaca kata terakhir yaitu “dinding” (wall), maka kata “dinding” bukan lagi tanda yang bangkit sendiri. Karena “dinding” tersebut yakni “Dinding” yang di atasnya terpajang sepuluh botol bir.
Download
Sumber
Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta