Asumsi-Asumsi Sosiologi Humanistis Perihal Insan Dan Masyarakat
Sosiologi humanistis bertumpu di atas asumsi-asumsi yang sangat berbeda perihal hakikat insan dan masyarakat. Walau dalam memperinci asumsi-asumsi tersebut para mahir teori berbeda satu sama lain, tetapi terdapat akad bahwa insan paling tidak hingga derajat tertentu bebas membentuk dunia kehidupan eksklusif mereka, jikalau bukan malahan dunia sosial yang lebih luas di mana mereka merupakan bagiannya. Gidden* (1976:155) meringkas beberapa perkiraan pelengkap atau pandangan mazhab interpretatif ini. Pertama, “dunia sosial, berbeda dengan dunia alam, harus dimengerti sebagai suatu penyelesaian secara terlatih dari diri insan sebagai subjek yang aktif”; dan kedua, “pembentukan dunia ini sebagai sesuatu yang memiliki makna, sanggup diperhitungkan, atau dimengerti dengan terperinci di atas bahasa, haruslah dipandang bukan semata-mata sebagai sistem lambang-lambang atau simbol-simbol, tetapi sebagai suatu medium acara praktis”.
Dengan demikian, sosiologi interpretatif cenderung memperlihatkan tekanan bahwa orang lebih bebas dan lebih kreatif daripada yang diberikan oleh penganut naturalis. Walaupun sosiologi interpretatif menyadari kekuatan yang secara potensial membatasi dari lembaga-lembaga masyarakat, akan tetapi dia lebih memusatkan perhatiannya pada kemampuan kreatif insan untuk membentuk lembaga-lembaga tersebut. Di dalam pembahasannya perihal “lembaga” atau “struktur sosial” para mahir sosiologi interpretatif cenderung untuk menyatakan suatu kesadaran bahwa realitas sosial tidak pernah merupakan hasil akhir, melainkan selalu berada di dalam proses pembentukan. Manusia yaitu pelaku bebas dalam dunia sosial, meski dalam beberapa hal juga dibuat oleh dunia sosial yang telah ada sebelumnya. Dalam sosiologi humanistis atau interpretatif tekanan diberikan pada interaksi dalam dan interpretasi atas dunia ketimbang pada hakikat struktur.
Download
Baca Juga
Anthony Giddens, Biografi dan Karya-Karyanya
Sumber
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta
Dengan demikian, sosiologi interpretatif cenderung memperlihatkan tekanan bahwa orang lebih bebas dan lebih kreatif daripada yang diberikan oleh penganut naturalis. Walaupun sosiologi interpretatif menyadari kekuatan yang secara potensial membatasi dari lembaga-lembaga masyarakat, akan tetapi dia lebih memusatkan perhatiannya pada kemampuan kreatif insan untuk membentuk lembaga-lembaga tersebut. Di dalam pembahasannya perihal “lembaga” atau “struktur sosial” para mahir sosiologi interpretatif cenderung untuk menyatakan suatu kesadaran bahwa realitas sosial tidak pernah merupakan hasil akhir, melainkan selalu berada di dalam proses pembentukan. Manusia yaitu pelaku bebas dalam dunia sosial, meski dalam beberapa hal juga dibuat oleh dunia sosial yang telah ada sebelumnya. Dalam sosiologi humanistis atau interpretatif tekanan diberikan pada interaksi dalam dan interpretasi atas dunia ketimbang pada hakikat struktur.
Download
Baca Juga
Anthony Giddens, Biografi dan Karya-Karyanya
Sumber
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta