Teori Sosiologi Humanistis Atau Interpretatif

Berbeda dengan sosiologi naturalistis atau positivistis, sosiologi humanistis bertolak dari tiga gosip penting. Pertama, tidak menyerupai sosiologi naturalistis, sosiologi humanistis mendapatkan “pandangan commonsense ihwal hakikat manusia” (Catton, 1966:57), dan mencoba menyesuaikan dan membangun dirinya di atas pandangan itu. Konsep “diri” (self), misalnya, menekankan bahasa dan pengertian, mempertanyakan kebebasan insan lawan determinsime, yang keseluruhannya terlalu sukar dipahami oleh sebagian besar andal sosiologi naturalistis, ialah merupakan problem sosiologis yang esensial bagi ahli-ahli sosiologi humanis. Kedua, para andal sosiologi humanistis itu yakin bahwa pandangan “Common-sense” tersebut sanggup dan harus diperlakukan sebagai premis dari mana penyempurnaan perumusan sosiologis berasal” (Catton, 1966:57). Dengan demikian pembangunan teori sosiologi bermula dari hal-hal yang kelihatannya jelas, ada dalam kehidupan sehari-hari, dan umum.
Ketiga, sosiologi humanis “mengetengahkan lebih banyak problem kemanusiaan ketimbang perjuangan untuk memakai preskripsi metodologis yang bersumber di dalam ilmu-ilmu alam, untuk mempelajari masalah-masalah manusia” (Wrong, 1976:1). Dengan kata lain, sosiologi berbeda dengan ilmu-ilmu alam dan tersesat apabila di dalam usahanya untuk memperoleh budbahasa ilmiah terlalu menyimpang jauh dari problem kemanusiaan.

Perdebatan paling abadi antara sosiologi humanistis dan naturalistis, mungkin ialah perdebatan yang meliputi problem metodologi, atau mekanisme untuk menciptakan sosiologi ilmiah. Kita telah melihat bagaimana sosiologi naturalistis begitu terikat pada perkiraan bahwa sosiologi harus merupakan suatu ilmu yang senada dengan ilmu alam, sementara sosiologi humanistis mengritik dasar pandangan yang demikian itu. Pandangan sosiologi naturalistis yang menekankan pada “pembangunan ilmu” ini, berpaling kepada ilmu alam sebagai model bagi pembentukan teori dan ketepatan di dalam penelitian sosiologis. Sosiologi humanistis, sebaliknya menekankan sifat-sifat (properties) dalam sikap insan yang menciptakan mereka mempunyai sifat unik di dunia penciptaan. Salah satu di antara perbedaan yang paling fundamental ialah bahwa orang mengaitkan pengertian pada apa yang sedang dihadapinya. Pengertian atau penafsiran ihwal fenomena sosial yang demikian harus dipelajari, demikian berdasarkan para andal sosiologi interpretatif, berdasarkan sifat-sifatnya sendiri (yang tidak sanggup disederhanakan ke dalam hukum-hukum ilmu alam). Menurut mereka kekaguman terhadap sosiologi naturalistis atau paham deterministis menjerumuskan orang dengan mengabaikan tindakan insan berdasarkan penafsiran mereka.


Download


Asumsi-Asumsi Sosiologi Humanistis ihwal Manusia dan Masyarakat

Sumber
Poloma, Margaret. M. 2007. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel