Insting Atau Naluri

Istilah insting atau naluri merujuk pada macam-macam acara yang luas. Sebagai contoh, istilah ini mengacu pada suatu impuls untuk melaksanakan tindakan tertentu tanpa kesadaran, tidak bekerjasama dengan hasil pembelajaran atau didikan (James, 1980). Ada pula yang mengartikan naluri sebagai suatu kecenderungan, sikap atau intuisi yang dibawa semenjak lahir. Begitu luasnya perihal pengertian insting atau naluri, oleh sebab itu menyulitkan pembahasan secara ilmiah (Beer, 2000).

Untuk mengetahui pemahaman naluri lebih jauh, kita sanggup mengikuti pendapat para andal terdahulu, menyerupai Charles Darwin*, Sigmund Freud*, maupun McDougal. Darwin* yang menulis The Origin of Species (1859) mengartikan naluri sebagai suatu yang terpisah dari pengalaman hidup. Sedangkan Freud* melihat naluri sebagai suatu dorongan biologis yang ada pada setiap makhluk hidup yang melandasi perilakunya untuk mempertahankan diri dan berproduksi. Namun, bagi Freud* terdapat komplemen bahwa setiap insan mempunyai ‘naluri’ hidup (eros), menyerupai kegairahan dan naluri maut (thanatos) melalui aksi dan kekerasan.

Jadi, bagi Freud* naluri pada hakikatnya yaitu energi yang tersembunyi yang sekurang-kurangnya analog dengan energi fisik, dan adakalanya berfungsi sebagai distributor intensional yang mendorong seseorang melaksanakan taktik tertentu untuk mencapai tujuan. Di sini terang bahwa Freud* tidak konsisten, sebab itu ia dikritik sebab kekurangan kontribusi empiris dan konsistensi konseptual. Hal ini berbeda dengan McDougal dalam bukunya Introduction to Social Psychology (1908) mengemukakan bahwa naluri adalah, “Suatu disposisi psikologis turunan atau bawaan yang memilih seseorang dalam merumuskan persepsi*, memberi perhatian atau memberi respons terhadap banyak sekali pengalaman emosional atau dalam menghadapi suatu objek tertentu, kemudian melaksanakan tindakan atau sikap tertentu yang muncul begitu saja tanggapan adanya impuls terhadap objek atau pengalaman tadi”.

Definisi tersebut melihat adanya keterkaitan beberapa aspek yang bersifat netral. Aspek-aspeknya meliputi psikofisik, namun mengartikan persepsi*, emosi, dan impuls sebagai suatu manifestasi mental yang selalu memberi dampak terhadap tindakan, kontrol, dan arah tindakan secara sengaja. Jadi, terdapat unsur kognitif, dan konotatif yang menjadi kekuatan emosi. Sebagai kesimpulan, pengertian naluri tersebut sejauh ini masih merupakan cakupan acara yang luas, sanggup merupakan dorongan biologis pada suatu impuls untuk melaksanakan tindakan tertentu tanpa kesadaran yang sifatnya turunan atau bawaan dengan mengabaikan pengalaman hidup maupun hasil belajar.


Download


Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel