Niccolo Machiavelli. Teori Politik Kekuasaan

Sebagaimana telah dicatat sebelumnya, teori politik kekuasaan Niccolo Machiavelli* dapat dilihat sebagai penanda transisi dari dunia kuno ke modern yang sangat kontroversial. Melalui karyanya yang berjudul The Prince tahun 1513, ia sering dituduh “gurunya Kejahatan” alasannya yakni nasihat-nasihatnya yang amoral seandainya bukan immoral. Meskipun karya-karyanya akhir-akhir ini diinterpretasikan agak bersimpati, di belakang daya tarik “buah terlarang yang lezat” bagaimanapun para jago telah menemukan kontribusi-kontribusi signifikan lain dalam karya Machiaveilli* tersebut.
Dengan memperlihatkan sebuah analisis empiris yang rasional wacana negara dan politik modern, meskipun tulisan-tulisannya muncul dalam bentuk ujaran-ujaran praktis, dipandang sebagai sebuah kunci pembuka dari ilmu politik kontemporer.

Machiaveilli* dilahirkan pada tahun 1469 di kota Florence, kini Italia. Ia menghabiskan karier masa mudanya sebagai seorang diplomat dan direktur di kota Florence, meskipun ia tidak pernah menjadi duta besar, ia menjalankan misi diplomatik dan menjadi cukup jago dalam urusan-urusan militer. Ketika Republik Florentine jatuh, digantikan oleh keluarga Medici pada tahun 1512, Machiaveilli dipaksa keluar dari posisinya dan mulai menjalani studi seumur hidup dalam bidang sejarah dan politik. Dalam pikiran-pikirannya, Machiaveilli percaya bahwa rezim-rezim masuk ke dalam dua tipe, yaitu kepangeranan atau principality dan republik. Dalam buku The Prince, ia mengatakan pesan yang tersirat wacana bagaimana mendapat dan mempertahankan sebuah kepangeranan. Adapun isi dari teori Machiaveilli* (Skinner, 1985: 4) sebagai berikut.
a. Untuk melakukannya, seorang penguasa yang bijak hendaknya mengikuti jalur yang dikedepankan menurut kebutuhan, kejayaan, dan kebaikan negara. Hanya dengan memakai machismo semangat keprajuritan, dan pertimbangan politik, seorang penguasa barulah sanggup memenuhi kewajibannya kepada negara dan mencapai keabadian sejarah.


b. Penguasa bijak hendaknya mempunyai hal-hal berikut.
1) Sebuah kemampuan untuk menjadi baik sekaligus buruk, baik dicintai maupun ditakuti
2) Watak-watak, menyerupai ketegasan, kekejaman, kemandirian, disiplin, dan kontrol diri
3) Sebuah reputasi menyangkut kemurahan hati, pengampunan, sanggup dipercaya, dan tulus

c. Seorang pangeran harus berani untuk melaksanakan apa pun yang diperlukan, betapa pun tampak tercela alasannya yakni rakyat pada balasannya hanya peduli dengan hasilnya, yaitu kebaikan negara.


Download


Sumber

Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta

Baca Juga
1. Niccolo Machiavelli. Biografi dan Karya
2. Niccolo Machiavelli. Filsafat Politik Baru
3. Niccolo Machiavelli. Tujuan Menghalalkan Segala Cara

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel