Daniel Bell. Ramalan Sosial

[Social forecasting, Daniel Bell]
Usaha-usaha teoritis yang dilakukan Daniel Bell merupakan upaya untuk menangani masalah-masalah sosiologis dengan maksud menjembatani kesenjangan antara sosiologi akademis dan disiplin-disiplin humanistis. Dia menangani topik yang menyangkut “kelelahan ide-ide politik sekitar tahun lima puluhan” (Bell, 1960); melihat pada “konsekuensi-konsekuensi masa depan banyak sekali keputusan kebijakan negara, mengetahui sebelumnya masalah-masalah masa depan, dan memulai rencana penyelesaian-penyelesaian alternatif sehingga masyarakat lebih banyak mempunyai pilihan serta bisa menciptakan pilihan-pilihan moral” (Bell, 1976). Walau setiap karya itu memakai kerangka sosiologis Daniel Bell, tetapi sasaran utamanya lebih ditujukan pada analisa sosial ketimbang teori sosial yang abstrak. Sebagaimana Mills dan Etzioni, Bell juga terikat pada sosiologi yang relevan, yaitu sosiologi yang siap memecahkan masalah-masalah kemasyarakatan berskala-luas.

Pendekatan sosiologis yang khusus dari Bell ini dikenal sebagai ramalan sosial (social forecasting). Ramalan sosial menggabungkan perspektif makroteoritis, yang merupakan bab dari perspektif sosiologi klasik, dengan minat yang diperbaharui dalam sosiologi yang “relevan” dan “bermanfaat”, yang membicarakan kondisi-kondisi masa kini. Bell (1973) membedakan “ramalan sosial” dengan usaha-usaha prediksi sosiologi yang lebih awal.

Prediksi menyangkut hasil peristiwa-peristiwa (seperti siapa yang akan menang dalam pemilihan umum atau yang kalah perang), prediksi yang demikian itu tidak sanggup diformalisir—dalam arti tidak sanggup ditundukkan pada hukum-hukum (Bell, 1973:3-4). Di pihak lain, ramalan sosial mencoba menciptakan garis besar peringkat kemungkinan dari banyak sekali kecenderungan historis. Hal ini hanya mungkin bilamana “terdapat keteraturan dan keajegan fenomena” atau terdapat kecenderungan berpengaruh yang arahnya “dapat disajikan dalam seritempo secara statistik dirumuskan sebagai kecenderungan-kecenderungan historis”. Menurut Bell “ramalan sosial hanya mungkin bila orang sanggup mendapatkan adanya suatu tingkat rasionalitas yang tinggi di kalangan mereka yang bisa menghipnotis persitiwa-peristiwa” (Bell, 1973:4).

Akan tetapi, dalam situasi aktual rasionalitas yang demikian jarang terjadi. Hal ini terutama berlaku dalam lapangan politik, di mana banyak terdapat privilege dan prasangka, bukannya sikap rasional yang konsisten, yang menandai peristiwa-peristiwa manusia. Bila halnya demikian, apa bekerjsama manfaat dari peramal-peramal sosial itu? Menurut Bell, “Walaupun mereka tidak bisa meramalkan hasil-hasil, tetapi sanggup memperinci banyak sekali rintangan atau batas-batas di mana banyak sekali keputusan kebijakan sanggup lebih diefektifkan (1973:4). Dengan demikian perincian rintangan-rintangan tersebut merupakan kiprah dari ramalan sosial itu.

Di samping ramalan sosiologis terdapat juga bentuk ramalan-ramalan lain. Misalnya, ramalan teknologis yang mengidentifikasi banyak sekali rintangan dalam pengembangan teknologi; ramalan demografis yang mengetengahkan ramalan statistik kependudukan; ramalan ekonomi, termasuk survai sederhana mengenai pasar, pembentukan ideks harga konsumen, tingkat pengerjaan dan lain sebagainya yang berfungsi sebagai indikator aktivitas dunia usaha; dan ramalan politik yang berkenaan dengan kecenderungan dalam dunia politik. Perbedaan terpenting di antara banyak sekali tipe ramalan tersebut ialah; ramalan sosial yang mempergunakan variabel-variabel sosiologis (bukannya variabel politik, teknologi, ekonomi, dan demografi) sebagai variabel independen yang memengaruhi sikap banyak sekali variabel lain. Contoh sanggup ditemukan dalam perjuangan mempertautkan indikator-indikator sosial (seperti tingkat kejahatan dan jumlah pendidikan) dalam model sosiologis, sebagaimana yang ditunjukkan oleh analisa sosio-historis Democracy in America karya Tocqueville* atau teori sosio-ekonomi Max Weber* mengenai birokratisasi dan proses peresapan rasionalisasi.


Dua risalat Bell yang terakhir, The Coming of Post Industrial Society* (1973) dan The Cultural Contradictions of Capitalism* (1976), masing-masing sanggup dianggap sebagai pola ramalan sosialnya. Dalam kata pengantar buku The Cultural Contradictions of Capitalism, Bell (1976:xi) secara singkat mengetengahkan saling kaitan antara kedua karya itu.

Dalam buku The Coming of Post-Industrial Society, Bell (1973:13) “terutama membicarakan konsekuensi-konsekuensi politik dan struktur sosial masyarakat post-industri”. Dalam buku The Cultural Contradictions of Capitalism (1976:10), Bell membicarakan bab analitis yang ketiga dari masyarakat, yaitu kebudayaan. Kedua buku itu gotong royong mengetengahkan model masyarakat dan teori sosiologi Daniel Bell.


Download di Sini


Sumber.
Poloma, Margaret M. 1979. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.


Baca Juga
1. Pengertian Postmodernisme
2. Daniel Bell. Masyarakat Postindustri
3. Daniel Bell. Kontradiksi Kultural Kapitalisme

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel