Masyarakat Setempat (Community)
Istilah community sanggup diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mencicipi bahwa kelompok tersebut sanggup memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, kelompok tadi disebut masyarakat setempat. Dapat dikatakan pula bahwa masyarakat setempat menunjuk pada cuilan masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar yaitu interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya, dibanding dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Demikian sanggup disimpulkan secara singkat bahwa masyarakat setempat yaitu suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat kekerabatan sosial tertentu. Dasar-dasar masyarakat setempat yaitu lokalitas (wilayah) dan perasaan semasyarakat setempat tersebut.
Perasaan semasyarakat setempat pada hakikatnya merupakan identifikasi dengan tempat tinggal, dinamakan community sentiment). Adapun unsur-unsur perasaan komuniti (community sentiment) antara lain sebagai berikut,
a. Seperasaan; sehingga menjadikan sebutan “kelompok kami”, atau “perasaan kami” dan lain sebagainya. Unsur perasaan harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan kehidupan dengan “altruism”, yang lebih menekankan pada perasaan solider dengan orang lain.
b. Sepenanggungan
c. Saling memerlukan
Melalui logat bahasa sanggup diketahui dari mana asal seseorang. Selain itu, masing-masing masyarakat setempat memiliki juga cerita-cerita rakyat dengan variasi tersendiri.
Tipe-tipe Masyarakat Setempat
Dalam mengadakan pembagian terstruktur mengenai masyarakat setempat, sanggup dipakai empat kriteria yang saling berpautan, yaitu;
a. Jumlah penduduk
b. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk tempat pedalaman
c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
d. Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan
Kriteria tersebut di atas sanggup dipakai untuk membedakan antara majemuk jenis masyarakat setempat yang sederhana dan modern, serta antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Masyarakat yang sederhana, apabila dibandingkan dengan masyarakat, yang sudah kompleks, terlihat kecil, organisasinya sederhana, sedangkan penduduknya tersebar. Kecilnya masyarakat dan belum berkembangnya masyarakat-masyarakat tadi disebabkan lantaran perkembangan teknologinya yang lambat. Pengangkutan dan kekerabatan yang lambat memperkecil ruang lingkup kekerabatan dengan masyarakat lain. Teknik berburu serta mengerjakan tanah yang sederhana memperkecil kemungkinan eksploitasi. Kepadatan penduduk sangat tipis dan berpindah-pindahnya masyarakat mengakibatkan mereka mendiami wilayah yang relatif luas, walau teknik komunikasi masih bersahaja. Pengaruh tempat kediaman sangat besar; paling banyak seseorang pindah ke masyarakat setempat yang berlainan melalui ikatan perkawinan. Sosialisasi individu lebih gampang lantaran kekerabatan yang bersahabat antarwarga masyarakat setempat yang masih sederhana. Kesetiaan dan dedikasi terhadap kelompok sangat berpengaruh lantaran hidupnya tergantung dari kelompok. Bahkan mereka merasa masih ada ikatan keluarga sehingga sering dijumpai larangan untuk kawin dengan anggota-anggota masyarakat setempat yang sama. Dengan adanya pengaruh-pengaruh yang tiba dari luar, masyarakat setempat yang masih sederhana tadi mulai mengenal hukum, ilmu pengetahuan, sistem pendidikan modern, dan lain-lain. Lembaga-lembaga kemasyarakatan gres timbul, sehingga usang kelamaan dikenal pembagian kerja yang tegas. Semula organisasi lembaga-lembaga kemasyarakatan sangat sederhana dan tradisional sehingga sangat gampang untuk mempelajarinya lantaran pola-polanya yang tetap atau paling banyak hanya sedikit mengalami perubahan. Masyarakat yang sederhana tersebut merupakan suatu unit fungsional, yang dalam batas-batas tertentu belum mengenal spesialisasi dan kelompok ini dianggap sebagai suatu kelompok primer.
Download di Sini
Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
4. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 4. Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
5. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
7. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
8. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.4 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
Perasaan semasyarakat setempat pada hakikatnya merupakan identifikasi dengan tempat tinggal, dinamakan community sentiment). Adapun unsur-unsur perasaan komuniti (community sentiment) antara lain sebagai berikut,
a. Seperasaan; sehingga menjadikan sebutan “kelompok kami”, atau “perasaan kami” dan lain sebagainya. Unsur perasaan harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan kehidupan dengan “altruism”, yang lebih menekankan pada perasaan solider dengan orang lain.
b. Sepenanggungan
c. Saling memerlukan
Melalui logat bahasa sanggup diketahui dari mana asal seseorang. Selain itu, masing-masing masyarakat setempat memiliki juga cerita-cerita rakyat dengan variasi tersendiri.
Tipe-tipe Masyarakat Setempat
Dalam mengadakan pembagian terstruktur mengenai masyarakat setempat, sanggup dipakai empat kriteria yang saling berpautan, yaitu;
a. Jumlah penduduk
b. Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk tempat pedalaman
c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat
d. Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan
Kriteria tersebut di atas sanggup dipakai untuk membedakan antara majemuk jenis masyarakat setempat yang sederhana dan modern, serta antara masyarakat pedesaan dan perkotaan. Masyarakat yang sederhana, apabila dibandingkan dengan masyarakat, yang sudah kompleks, terlihat kecil, organisasinya sederhana, sedangkan penduduknya tersebar. Kecilnya masyarakat dan belum berkembangnya masyarakat-masyarakat tadi disebabkan lantaran perkembangan teknologinya yang lambat. Pengangkutan dan kekerabatan yang lambat memperkecil ruang lingkup kekerabatan dengan masyarakat lain. Teknik berburu serta mengerjakan tanah yang sederhana memperkecil kemungkinan eksploitasi. Kepadatan penduduk sangat tipis dan berpindah-pindahnya masyarakat mengakibatkan mereka mendiami wilayah yang relatif luas, walau teknik komunikasi masih bersahaja. Pengaruh tempat kediaman sangat besar; paling banyak seseorang pindah ke masyarakat setempat yang berlainan melalui ikatan perkawinan. Sosialisasi individu lebih gampang lantaran kekerabatan yang bersahabat antarwarga masyarakat setempat yang masih sederhana. Kesetiaan dan dedikasi terhadap kelompok sangat berpengaruh lantaran hidupnya tergantung dari kelompok. Bahkan mereka merasa masih ada ikatan keluarga sehingga sering dijumpai larangan untuk kawin dengan anggota-anggota masyarakat setempat yang sama. Dengan adanya pengaruh-pengaruh yang tiba dari luar, masyarakat setempat yang masih sederhana tadi mulai mengenal hukum, ilmu pengetahuan, sistem pendidikan modern, dan lain-lain. Lembaga-lembaga kemasyarakatan gres timbul, sehingga usang kelamaan dikenal pembagian kerja yang tegas. Semula organisasi lembaga-lembaga kemasyarakatan sangat sederhana dan tradisional sehingga sangat gampang untuk mempelajarinya lantaran pola-polanya yang tetap atau paling banyak hanya sedikit mengalami perubahan. Masyarakat yang sederhana tersebut merupakan suatu unit fungsional, yang dalam batas-batas tertentu belum mengenal spesialisasi dan kelompok ini dianggap sebagai suatu kelompok primer.
Download di Sini
Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
4. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 4. Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum 2013)
5. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
7. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
8. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.4 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)