Plato. Riwayat Hidup

Masa mudanya
Plato lahir pada tahun 428/7 dalam suatu keluarga terkemuka di Athena. Ayahnya berjulukan Ariston dan ibunya Periktione. Sesudah Ariston meninggal, Periktione dinikahi pamannya yang berjulukan Pyrilampes. Rupanya Plato terutama dididik dalam rumah Pyrilampes, seorang politikus yang termasuk dalam kalangan Perikles. Sejak masa mudanya ia bergaul dengan tokoh-tokoh yang memainkan peranan penting dalam politik Athena. Saudara ibunya, Kharmides, dan kemenakan ibunya, Kritias*, termasuk partai ningrat dan mereka ialah anggota panitia “30 Tyranoi” yang delapan bulan lamanya memerintah dengan kejam kota Athena pada tahun 404-403. Mula-mula mereka berdua tergolong sahabat Sokrates*, tetapi kemudian mereka menempuh jalan yang menyimpang jauh dari impian Sokrates*. Boleh diandaikan bahwa Plato sendiri sudah mengenal Sokrates* semenjak ia masih anak.


Menurut kesaksian Aristoteles*, Plato dipengaruhi oleh Krtylos, seorang filsuf yang meneruskan pedoman Herakleitos*. Kratylos beropini bahwa dunia kita berada dalam perubahan terus-menerus, sehingga pengenalan tidak mungkin, lantaran suatu nama pun tidak sanggup diberikan kepada benda-benda. Dan kita mesti mengakui bahwa pengenalan memang mengandaikan bahwa suatu objek memiliki stabilitas tertentu.

Dalam Surat VII Plato mengisahkan bahwa ia mencita-citakan suatu karier politik dan bahwa beberapa kenalan dari panitia “30 Tyrannoi” (pasti dimaksudkan Kritias dan Kharmides) mengajak beliau supaya ia memasuki arena politik di bawah pemberian mereka. Tetapi lebih dulu ia mau menunggu hasil politik mereka. Kemudian ia merasa terkejut, kalau ia menyaksikan bahwa mereka mau mempergunakan Sokrates* (“sahabatnya yang lebih tua”) untuk maksud jahat, yaitu menangkap dan menghukum seorang yang tak bersalah, supaya miliknya sanggup disita. Tetapi situasi memburuk lagi, ketika demokrasi dipulihkan, lantaran seorang pemimpin demokrasi mengemukakan tuduhan terhadap Sokrates* yang mengakibatkan kematiannya. Dalam surat yang sama Plato menceritakan pula bahwa pengalaman pahit ini sudah memadamkan ambisi politiknya. Keinsyafan timbul padanya bahwa semua rezim politik tidak beres dan ia menerima keyakinan bahwa satu-satunya pemecahan ialah mempercayakan kuasa negara kepada filsuf-filsuf yang sejati atau menjadikan penguasa-penguasa sebagai filsuf yang sejati. Pikiran terakhir ini sanggup dipandang sebagai pedoman yang menjuruskan seluruh keaktifan Plato dalam kehidupan selanjutnya.

Sesudah Sokrates* meninggal, Plato bersama dengan teman-teman lain untuk beberapa waktu menetap di Megara pada murid Sokrates* yang berjulukan Euklides. Tetapi rupanya ia tidak usang tinggal di situ dan lekas kembali ke Athena. Dalam Surat VII yang sudah disebut, Plato menceritakan lagi bahwa pada usia 40 tahun ia mengunjungi Italia dan Sisilia. Kita tidak mengetahui alasannya. Barangkali perjalanan ini diadakan dengan maksud berkenalan dengan mazhab Pythagorean* yang pada waktu itu mulai aktif lagi di Italia Selatan di bawah pimpinan Arkhytas, tyrannos dan filusuf di Tarentum. Salah satu hasil perjalanan ini, yang disebut oleh Plato sendiri, ialah persahabatannya dengan seorang muda yang akil dan cakap, Dion namanya, ipar tyrannos Syrakusa Dionysios I. Bahwa Plato juga mengunjungi Mesir dan Kyrene, sebagaimana diberitahukan oleh beberapa sumber, tidak sanggup dipastikan.

Akademia dan Sisilia
Tidak usang sehabis kembali dari Italia, Plato mendirikan sebuah sekolah yang diberi nama “Akademia”. Nama ini dipilih lantaran halamannya erat dengan kuil yang didedikasikan kepada pendekar yang berjulukan Akademos. Sekolah ini dirancang sebagai sentra penyelidikan ilmiah. Dengan itu Plato hendak merealisasikan cita-citanya, yaitu menawarkan pendidikan intensif dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat kepada orang-orang muda yang akan menjadi pemimpin-pemimpin politik nanti. Pendirian suatu sekolah bahu-membahu tidak merupakan sesuatu yang gres di Athena pada waktu itu, lantaran tidak usang sebelumnya sudah dilakukan oleh Isokrates. Tetapi sekolah Isokrates hanya mementingkan latihan dalam ilmu retorika. Jasa Plato yang terbesar ialah bahwa ia membuka suatu sekolah yang bertujuan ilmiah. Dengan demikian ia mendirikan perguruan tinggi yang pertama yang boleh dianggap mempelopori universitas-universitas Abad Pertengahan dan modern.

Plato tidak membatasi perhatiannya pada persoalan-persoalan etis saja, menyerupai dilakukan Sokrates*, melainkan ia mencurahkan minatnya kepada suatu lapangan luas sekali yang meliputi seluruh ilmu pengetahuan. Mata pelajaran yang terutama diindahkan ialah matematika atau ilmu pasti. Menurut dongeng tradisi, di atas pintu sekolah akademia terdapat tulisan: “Yang belum mempelajari matematika, janganlah masuk di sini.” Murid-murid Plato memberi sumbangan besar dalam memperkembangkan banyak sekali cabang ilmu pasti, pada era ke-4. Sarjana matematika dari luar tiba mengunjungi Akademia, menyerupai contohnya Eudokoxos dari Knidos. Di samping ilmu pasti, ilmu-ilmu lain diperhatikan pula. Speusippos (kemenakan Plato dan penggantinya sebagai pemimpin Akademia) dan juga Aristoteles* akan mengumpulkan banyak materi mengenai ilmu hayat. Pengorganisasian negara dan pembuatan undang-undang menerima perhatian khusus sebagai pokok penyelidikan. Semua ilmu itu dan semua ilmu lain yang sudah dipraktekan di negeri Yunani pada dikala itu, dipelajari dalam Akademia di bawah nama “filsafat”.

Empat puluh tahun lamanya Plato mengepalai Akademia di Athena. Mengenai periode yang panjang ini tidak ada informasi lain daripada isu wacana urusannya dengan politik di pulau Sisilia. Pada tahun 367 Dionysios I meninggal dan ia diganti sebagai tyrannos oleh putranya, Dionysios II, yang berumur kira-kira 30 tahun. Karena Dionysios II tidak menerima pendidikan yang mempersiapkan beliau untuk tugasnya sebagai penguasa, maka pamannya, Dion, mengajak beliau mengisi kekurangan itu dan mempercayakan pendidikannya kepada Plato. Mula-mula Plato merasa ragu-ragu sedikit, tetapi kesannya ia memutuskan mendapatkan permintaan itu, tentu lantaran kesempatan itu dianggap cocok untuk menerapkan gagasannya mengenai korelasi erat antara filsafat dan kepemimpinan politik. Ia berangkat ke Sisilia dan segera memulai kursus mengenai matematika dan ilmu-ilmu lain. Tetapi sehabis beberapa bulan timbullah kesulitan-kesulitan. Watak Dionysios terlalu lemah untuk menunaikan studi sebegitu berat pada usia yang tidak muda lagi dan ia merasa iri hati kepada Dion, lantaran pengaruhnya atas politik negara bertambah besar. Dion dibuang dari Sisilia dan Plato kembali ke Athena, biarpun korelasi Dionysios dengan Plato tidak terputus begitu saja. Beberapa tahun kemudian, sekali lagi Plato mengadakan perjalanan ke Sisilia dengan maksud memperdamaikan Dionisysios dengan Dion dan hampir satu tahun lamanya (361-360) ia tinggal di situ. Tetapi juga perjuangan ini kesannya gagal saja. Rupanya Plato mengalami ancaman-ancaman yang membahayakan hidupnya dan dengan perantaraan Arkhytas dari Tarentum ia diizinkan pulang kembali ke Athena.


Sesudah itu Plato tidak lagi campur tangan dalam politik Sisilia, tetapi dari Athena ia mengikuti peristiwa-peristiwa yang berlangsung di Syrakusa. Pada tahun 357 Dion merebut Syrakusa dengan kekerasan dan memegang kekuasaan di sana. Plato mengirim surat pendek (Surat IV) untuk mengucapkan selamat dan memberi nasihat-nasihat bekerjasama dengan sifat Dion yang kurang fleksibel. Beberapa tahun sesudahnya Dion dibunuh oleh seorang bawahan. Plato mengarang dua surat yang penting sekali (Surat VII dan VIII) kepada pengikut-pengikut Dion dengan maksud membela politik Dion dan memperdamaikan partai-partai di Sisilia. Tetapi sejarah Sisilia selanjutnya, yang mustahil diuraikan di sini, menyatakan bahwa cita-citanya tidak diwujudkan.

Tentang tahun-tahun terakhir hidupnya kita tidak memiliki informasi yang sanggup dipercaya. Kita hanya tahu bahwa Plato mengepalai Akademia hingga kematiannya pada tahun 348/7. Pada dikala meninggalnya, karangan Plato yang berjulukan Nomoi belum selesai dan seorang murid mempersiapkan manuskrip definitif supaya sanggup bereda. Oleh lantaran itu, Cicero mengatakan, “Plato scribens est mortuus” (Plato meninggal sedang menulis).


Download di Sini


Baca Juga
1. Plato. Sifat Khusus
2. Plato. Karya-Karya 
3. Plato. Politeia
4. Plato. Ajaran wacana Jiwa
5. Plato. Ajaran wacana Ide-Ide
6. Plato. Nomoi
7. Plato. Politikos
8. Pemikiran Psikologi Plato

Sumber.
Bertens, K. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Kanisius. Yogyakarta

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel