William James. Kebenaran Pragmatis

Dalam bukunya The Meaning of The Truth (1909), James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang bangun sendiri dan terlepas dari segala nalar yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, alasannya yakni di dalam praktiknya apa yang kita anggap benar sanggup dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh alasannya yakni itu, tiada kebenaran yang mutlak, yang ada yakni kebenaran-kebenaran “plural”, yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang setiap kali sanggup diubah oleh pengalaman berikutnya.

Dalam menerangkan suatu kebenaran, James mengajukan pertanyaan “apakah yang dilakukan oleh wangsit padamu dalam menghadapi kehidupan nyata?”. Untuk mempunyai nilai-nilai kemanusiaan, setiap wangsit mestilah mempunyai kegunaan untuk mewujudkan setiap tujuan hidup yang jelas. Ketika James menyidik teori-teori kebenaran tradisional, ia menanyakan apakah arti kebenaran dalam tindakan?. Kebenaran harus merupakan nilai dari satu ide.

Tak ada suatu motif dalam menyampaikan bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar, kecuali untuk memberi petunjuk bagi tindakan yang praktis. Dalam konteks ini, James mengatakan, Ideas become true just so far as they help us to get into satisfactory relations other parts of our experince “Suatu wangsit menjadi benar sejauh wangsit itu menolong kita untuk memasuki hubungan-hubungan yang menguntungkan dan memuaskan dengan bagian-bagian lain pengalaman kita”.

James menolak mentah-mentah apa yang dikatakan oleh filsafat tradisional yang menyampaikan bahwa kebenaran itu bersifat “monistik” (tunggal). Kebenaran itu relatif, subjektif, dan terus berkembang. Nilai perkembangan dalam pragmatisme tergantung kepada akibatnya, kepada kerjanya, atau tergantung pada keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh perbuatan itu. pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya, jikalau sanggup memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.

Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat, yaitu Tough Minded dan Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya lewat pendekatan empiris dan tergantung pada fakta-fakta yang sanggup ditangkap indra. Ini tentu saja menuju pada materialisme, dan skeptis dan apriori terhadap apa saja yang berbau imaterial (transendental). Sikap ini dipegang besar lengan berkuasa oleh penganut filsafat empirisme.

Sementara Tender Minded hanya mengakui kebenaran yang sifatnya berada dalam wangsit dan yang bersifat rasional. Tender Minded sangat apriori pada realitas. Paham semacam ini dipegang teguh oleh penganut Filsafat Idealisme. James tiba untuk menengahi kedua paham tersebut dalam mengajukan konsep milliorismenya. Dengan pandangan Milliorisme-nya, James agak bersikap lunak dalam mendapatkan kebenaran. Kebenaran sanggup diterima dari kedua belah pihak asal membawa hasil yang aktual bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, ukuran benar dan salah bagi pragmatismenya James tergantung pada nilai kontan (cash value), untuk aktual ini, dan sesungguhnya tidak ada kebenaran objektif (monisme), sebaliknya yang ada yakni kebenaran subjektif (pluralisme). Ia tergantung pada tiap-tiap individu dalam menjalaninya.

Download di Sini


Sumber.

Maksum, Ali. 2016. Pengantar Filsafat; dari Masa Klasik sampai Postmodern”. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Baca Juga
1. William James. Biografi 
2. William James. Pragmatisme dan Etika
3. William James. Perkembangan Pragmatisme
4. William James. Kepercayaan Religius

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel