Sikap

Konsep sikap merujuk pada problem yang lebih banyak bersifat evaluatif afektif terhadap suatu kecenderungan atas reaksi yang dipilihnya. Sikap pun menawarkan penilaian kita apakah itu bersifat aktual ataupun negatif terhadap majemuk entitas, contohnya individu, kelompok, objek, tindakan, dan forum (Manis, 2000:49). Dengan demikian, sikap sebagai tendensi untuk bereaksi secara menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap sekelompok stimuli yang ditunjuk, contohnya suatu kelompok etnis atau komunitas, etika istiadat atau lembaga. Jelas bahwa saat dirumuskan, sikap tidak sanggup diamati secara langsung, tetapi harus disimpulkan dari sikap yang jelas, baik ekspresi maupun non verbal. Dalam istilah yang lebih objektif, konsep sikap mungkin dikatakan berkonotasi konsistensi respons dalam kaitannya dengan kategori stimuli. Namun, dalam praktiknya, konsep sikap kerap kali tidak terasosiasikan dengan stimuli sosial dan respons bernada emosional. Ini sering kali meliputi penilaian atas nilai (Anastasi dan Urbina, 1997: 42). Sikap pada galibnya diukur melalui mekanisme tanya jawab pribadi ataupun tidak pribadi dengan responden yang diminta untuk menawarkan reaksi evaluatif mereka terhadap sesuatu atas sikap seseorang.

Pendapat seseorang maupun kelompok kadang kala dibedakan dari sikap tetapi pembedaan yang diajukan tidak konsisten dan juga tidak sanggup dipertahankan secara argumentatif. Kedua bentuk tersebut lebih sering dipakai secara timbal balik. Walaupun dalam kaitannya dengan metodologi penaksiran survei opini secara tradisional dibedakan dari skala sikap (Anastasi dan Urbina, 1997: 42). Dalam survei pendapat (opinion survei) secara khas menaruh perhatian pada tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan khusus yang tidak perlu dikaitkan dengan jawaban. Jawaban tiap pertanyaan tersebut secara terpisah ditabulasikan untuk mengidentifikasi sumber-sumber kepuasan dan ketidakpuasan kelompok yang diteliti (Fink, 1995). Hal itu berbeda dengan skala sikap yang menghasilkan skor total yang menawarkan arah dan intensitas sikap individu terhadap stimuli. Dalam penyusunan skala sikap (attitude scale), pertanyaan-pertanyaan yang berbeda dirancang untuk mengukur suatu sikap tunggal atau suatu variabel unidimensional, dan prosedur-prosedur objektif ditempuh untuk mendekati sasaran tersebut (Anastasi dan Urbina, 1997:42).

Terdapat banyak sekali skala sikap, menyerupai Muller dalam Measuring Social Attitude: A Handbook for Researchers and Practitioners (1986); Jones dan Koehly dalam Multidimensional Scaling (1993); Ostrom, Bond, Krosnick, dan Sedikides dalam Attitudes Scales: How We Measure the Unmeasurable (1994); dan sebagainya. Namun, dari sekian banyak ragam skala sikap tersebut, jenis skala sikap Thurstone (1929), Guttman (1947), dan Likert (1932), lebih gampang dikenal. Bahkan, khusus di Indonesia, jenis skala sikap Likert demikian terkenal dalam penilaian pembelajaran bidang-bidang studi tertentu. Tipe skala ini dimulai dengan serangkaian pertanyaan, masing-masing mengungkapkan sikap yang jelas, baik atau kurang baik. Di mana butir-butir soal diseleksi atas dasar respons orang yang dalam proses penyusunan tes akan mengerjakan soal tersebut. Dasar utama seleksi butir soal ialah konsistensi internal, meskipun kriteria eksternal pun dipakai kalau memungkinkan. Respons dalam skala sikap Likert, biasanya diungkapkan dalam kaitan lima opsi berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Kemudian, untuk memilih skor skala ini, pilihan-pilihan respons diberi skor 5, 4, 3, 2, 1 apabila tendensi tanggapan ke arah positif, begitu sebaliknya. Jumlah kredit butir soal menggambarkan skor total individu yang harus diinterpretasikan dalam kaitan dengan norma yang ditentukan secara empiris (Anastasi dan Urbina, 1997: 43).


Download

 
Sumber
Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosial; Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Bumi Aksara. Jakarta

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel