Harold Garfinkel. Etnometodologi

Perkembangan etnometodologi diprakarsai oleh Garfinkel*, dengannya pembahasan mengenai etnometodologi akan dipusatkan pada Garfinkel* sendiri. Meskipun tidak bisa dikatakan sebagai cabang dari interaksionisme simbolik, etnometodologi mempunyai sejumlah persamaan dengan pendekatan ini. Interaksionisme simbolis dan etnometodologi sama-sama berpandangan subjektif terhadap dunia sosial, Denzin (1869) mengetengahkan sintesa kedua pendekatan tersebut berdasarkan masing-masing pendekatan klarifikasi tertib sosial.

Menurut Mullin (1973:185-186), etnometodologi berawal dari Garfinkel dan Parson. Disaat Garfinkel* mendapatkan teori Parsonian dari Harvard, ia juga tengah berguru pada mahir fenomenologi Alfred Schutz*, di New School for Social Research. Bagi Schutz*, dunia sehari-hari merupakan dunia inter subjektif yang dimiliki bersama orang lain dengan siapa kita berinteraksi. Sampai di sini teori Schutz*, sangat seolah-olah dengan teori interaksionisme simbolis George Herbert Mead*.

Tetapi, berdasarkan Schutz* dunia intersubjektif terdiri dari realitas-realitas yang sangat berganda, di mana realitas sehari-hari tampil sebagai realitas yang utama. Schutz* memperlihatkan perhatiannya pada dunia sehari-hari yang merupakan common-sense atau diambil begitu saja.

Realitas common-sense dan eksistensi sehari-hari itu sanggup disebut sebagai kepentingan simpel kita dalam dunia sosial. Kepentingan simpel ini dilawankan dengan kepentingan ilmiah atau teoretis kaum ilmiawan. Pembahasan realitas common-sense oleh Schutz* ini memberi Garfinkel* suatu perspektif untuk melakukan studi etnometodologinya, dan menyediakan dasar teoretis bagi risalat-risalat etnometodologis yang lain.

Apa Itu Etnometodologi?
Etnometodologi menyangkut studi mengenai acara insan sehari-hari—khususnya aspek-aspek interaksi sosial yang diambil begitu saja. Garfinkel* (1967:11) membatasi etnometodologi sebagai “penyelidikan atas ungkapan-ungkapan indeksikal dan tindakan-tindakan simpel lainnya sebagai kesatuan penyelesaian yang sedang dilakukan dari praktek-praktek kehidupan sehari-hari yang terorganisir. Termasuk pendekatan yang menjelaskan “pertanggungjawaban tindakan simpel yang rasional” ini ialah: (1) perbedaan antara ungkapan yang objektif dan yang indeksikal; (2) refleksivitas banyak sekali tindakan praktis, dan (3) kemampuan menganalisa tindakan tersebut dalam konteks sehari-hari.

Singkatnya, yang menjadi dilema bagi para mahir etnometodologi yaitu bagaimana (dengan metode apa) orang menangkap dunia mereka sehari-hari. Para mahir tersebut menyinggung dengan cara bagaimana orang mendapatkan keteraturan atau pola-pola realitas mereka. Bahasa dan makna yang dikaitkan pada simbol-simbol signifikan yang demikian merupakan sumber-sumber penting dari ungkapan indeksikal. Berbagai ungkapan indeksikal merupakan rancangan mengenai ruang dan waktu kejadian yang sanggup berfungsi sebagai indikan (index) untuk menempatkan apa yang terjadi dalam dunia realitas.

Biasanya banyak sekali indikan sehari-hari yang kita miliki kurang tepat. Bila seseorang ditanya kapan terakhir pergi menonton di bioskop, mungkin jawabannya yaitu “sebulan yang lalu”. Dalam kehidupan sehari-hari kita terbiasa dengan ungkapan indeksikal mengenai waktu yang tidak persis. Yang ditanya tidak akan memberi balasan yang persis tepat, contohnya saya terakhir pergi ke bioskop pada hari jum’at, tanggal 23 bulan Juni tahun ini. Film mulai diputar sempurna pukul 21.00 dan berakhir pukul 23.12. Referensi waktu yang persis sekali ini bisa dianggap sebagai ungkapan objektif dan dalam beberapa hal akan teratur (misalnya dalam kartu-kartu pasien, rumah sakit yang mencatat beberapa perubahan fisik). Ungkapan-ungkapan objektif dan indeksikal mencerminkan realitas-realitas teoritis dan simpel Schutz*. Ungkapan indeksikal acara simpel sehari-hari, sedangkan ungkapan objektif merupakan mode bagi dunia ilmiah. Kaprikornus melalui bahasa, khusus yang menggunakan ungkapan indeksikal, insan bisa mengungkapkan keteraturan yang mereka buat terhadap dunia sehari-hari.

Menurut Garfinkel* ungkapan objektif sulit diterapkan dalam (sebagian besar) percakapan informal, tetapi ungkapan itu esensial bagi ilmu pengetahuan. Seni ditandai oleh ungkapan indeksikal, sedangkan ilmu bertumpu pada ungkapan objektif. Di sinilah sosiologi terperangkap dalam dilema. Sebagai ilmu, sosiologi mencoba menggunakan ungkapan objektif, tetapi ia menindih penggunaan ungkapan indeksikal sehari-hari dari subjek yang dipelajari. Garfinkel* mempersoalkan cara di mana realitas ilmiah itu ditindih oleh interaksi yang menggunakan ungkapan indeksikal. Kedua Garfinkel* menyatakan bahwa para sosiolog belum menganggap klarifikasi “tindakan praktis” itu penting. Ketiga, di ketika menganalisa tindakan, para sosiolog harus sadar bahwa tindakan itu terjadi dalam konteks yang lebih luas. Setiap tindakan punya sejarah yang sanggup ditelusuri pada konteks lain.


Download di Sini


Sumber.
Poloma, Margaret M. 1979. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.


Baca Juga
Harold Garfinkel. Biografi

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel