Kelas-Kelas Dalam Masyarakat (Social Classes)

Di dalam uraian wacana teori lapisan, senantiasa dijumpai istilah kelas (social class). Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam sosiologi, istilah kelas juga tidak selalu memiliki arti yang sama, walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class-system. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, pengertian kelas paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan, atau dasar lainnya.

Ada pula yang memakai istilah kelas hanya untuk lapisan yang menurut atas unsur ekonomis. Sementara itu, lapisan yang menurut atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group). Selanjutnya dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan.

Max Weber* mengadakan pembedaan antara dasar hemat dengan dasar kedudukan sosial, tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat hemat dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan memakai kecakapannya. Di samping itu, Max Weber* masih menyebutkan adanya golongan yang menerima kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakannya Stand.

Joseph Schumpeter* menyampaikan bahwa kelas-kelas dalam masyarakat terbentuk alasannya yaitu diharapkan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Maka kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya sanggup dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.


Pada beberapa masyarakat di dunia, terdapat kelas-kelas yang tegas sekali alasannya yaitu orang-orang dari kelas tersebut memperoleh sejumlah hak dan kewajiban yang dilindungi oleh aturan positif masyarakat yang bersangkutan. Warga masyarakat semacam itu sering kali memiliki kesadaran dan konsepsi yang terang wacana seluruh lapisan dalam masyarakat. Misalnya di Inggris ada istilah-istilah tertentu ibarat commoners bagi orang biasa dan nobility bagi bangsawan. Sebagian besar warga masyarakat Inggris menyadari bahwa orang-orang nobility berada di atas commoners (sesuai dengan etika istiadat).

Contoh lain yaitu masyarakat Atoni Pah Meto di Timor. Di sana kaum ningrat disebut usif untuk membedakannya dengan golongan tog yang merupakan sebutan bagi orang-orang biasa. Masyarakat menyadari bahwa kedudukan golongan usif di atas tog. Lapisan demikian, yaitu yang ditegaskan dengan sistem hak dan kewajiban tertentu bagi warganya, dinamakan estate. Estate tersebut oleh masyarakat seperti telah diresmikan terbentuknya, berbeda dengan lapisan tak resmi yang didasarkan pada kekuasaan, kekayaan, dan selanjutnya. Seseorang yang kaya misalnya, belum tentu tergolong ke dalam lapisan sosial tertinggi alasannya yaitu hal itu paling tidak juga tergantung pada gaya dan tingkah laris hidupnya.

Apabila pengertian kelas ditinjau secara lebih mendalam, maka akan sanggup dijumpai beberapa kriteria tradisional, yaitu,
1. Besar jumlah anggota-anggotanya
2. Kebudayaan yang sama, yang memilih hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya
3. Kelanggengan
4. Tanda/lambang-lambang yang merupakan ciri khas
5. Batas-batas yang tegas (bagi kelompok itu, terhadap kelompok lain)
6. Antagonisme tertentu

Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, kelas memperlihatkan fasilitas-fasilitas hidup yang tertentu (life-chances) bagi anggotanya. Misalnya keselamatan hidup dan harta benda, kebebasan, standar hidup yang tinggi, dan sebagainya, yang dalam arti tertentu tidak dipunyai oleh para warga kelas-kelas lainnya. selain itu, kelas juga mempengaruhi gaya dan tingkah laris hidup masing-masing warganya (life style) alasannya yaitu kelas-kelas yang ada dalam masyarakat memiliki perbedaan dalam kesempatan-kesempatan menjalani jenis pendidikan atau rekreasi tertentu. Misalnya, ada perbedaan dalam apa yang telah dipelajari warga-warganya, perilakunya, dan sebagainya. Dalam masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar, pernah dikenal pembedaan antara golongan yang pernah mengalami pendidikan Barat dengan yang tidak pernah. Di dalam mendidik anak-anak, golongan-golongan tersebut menyebarkan referensi sosialisasi yang berbeda.


Download di Sini 

Baca Juga
1. Sistem Stratifikasi Sosial
2. Lapisan Masyarakat (Stratifikasi)
3. Lapisan yang Sengaja disusun
4. Status Sosial (Social Status) 
5. Peranan Sosial (Social Role)

Materi Sosiologi SMA
1. Materi Sosiologi Kelas XII. Bab 3. Lembaga Sosial (KTSP)
2. Materi Ujian Nasional Kompetensi Lembaga Sosial
3. Materi Sosiologi Kelas X Bab 2.2 Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial (Kurikulum Revisi 2016) 
4. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
5. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
6. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
7. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)   
8. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 3. Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum 2013)
9. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Bentuk-bentuk Struktur Sosial (KTSP)
10. Materi Ujian Nasional Kompetensi Dinamika Struktur Sosial

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel